Candei Rilis Mini Album Self-Titled, Angkat Tradisi Lokal dengan Sentuhan Kekinian
Seiring waktu, formasi Candei berkembang dengan bergabungnya beberapa anggota baru, termasuk Putra Kusuma (gitar akustik nilon), Syahlan Loebis (perkusi), Triwibowo S. P. (suling), dan Fajrin Ramadani (akordeon).
Bersama-sama, mereka menghasilkan musik yang memadukan unsur folk melayu dengan lirik-lirik berbahasa Melayu Besemah, sebuah bahasa dari suku Melayu Besemah yang mendiami wilayah Sumatera Selatan, khususnya di Kikim, Kabupaten Lahat, tempat asal Fram.
Baca Juga : Maudy Ayunda Rilis Album”Pada Suatu Hari”: Perjalanan Musik yang Penuh Makna
Lagu-lagu Candei dalam mini album Self Titled didominasi oleh lirik-lirik yang ditulis oleh Fram dalam bahasa Besemah. “Awalnya saya ingin menggunakan bahasa Indonesia, namun rekan-rekan saya mendorong untuk menggunakan bahasa daerah sebagai identitas kami. Bahasa Besemah adalah bahasa asli saya,” ungkap Fram.
Musik Candei juga dipengaruhi oleh tradisi musik lokal Batanghari Sembilan, yang dikenal dengan irama gitar tunggal dan tradisi bertutur dalam lagu-lagunya. Namun, yang membedakan Candei dengan tradisi Rejung atau Merejung yang umum di Sumatera Selatan adalah tema yang lebih personal dan kontemporer.
Menurut Fram, lagu-lagu Candei lebih banyak bercerita tentang kehidupan pribadi dan respons terhadap masalah sosial dan politik yang ada di sekitarnya, termasuk kehidupan adat di desa yang mengalami penyimpangan.
Baca Juga : Gisella Kembali dengan Album Pertama “Perjalanan Berharga” dan Single Terakhir “Hai! Apa Kabar?”
Setiap lagu dalam album Self Titled Candei menyampaikan pesan yang dalam mengenai pentingnya mempertahankan tradisi dan nilai-nilai budaya yang baik. Lagu-lagu ini menyentuh tema-tema yang melibatkan kritik terhadap penyimpangan dalam tradisi, serta seruan untuk kembali ke akar budaya yang lebih positif. (*)
- Editor : Fatkhurrohim