wartamusik.com – Jakarta. Bagi anda pengemar musik beraliran Jazz tentu sudah tidak asing dengan musisi ‘nyentrik’ bernama Ardhito Pramono.
Kemunculan Dhito sapaan akrabnya memang cukup unik, meskipun karyannya kental dengan musik tahun 40-an namun ternyata ia menciptakan lagu dengan bantuan alat digital.
Muncul di tahun 2013, melalui platform youtube dan soundcloud suara Ditho menuai banyak pujian setelah membawakan ulang lagu berjudul “She is Mine“.
Mendapatkan sambutan baik mulailah ia merilis beberapa lagunnya dan diganden oleh Sony Music Entertaiment Indonesia.
Setelah peluncuran albumnya berjudul A LETTER TO MY 17 YEAR OLD di tahun 2019, pada tanggal 28 Februari 2020 kemarin ia pun meluncurkan Extended Play.
Diberi judul Craziest Thing Happened in My Backyard terdapat 5 lagu dalam album ini yang memiliki ‘rasa’ yang berbeda. Mau tahu seperti apa, berikur ulasannya.
Lagu berjudul Trash Talkin ini dipilih menjadi lagu pertama yang dibuat dalam format music video.
Lagu ini memang cukup menarik, mendapat sentuhan rockabilly ala Elvish Presley membuat kaki kita bergoyang mengikuti irama.
Menceritakan mengenai pengakuan seorang pria yang memiliki ‘affair’ dengan istri sahabatnya, Dhito mengaku memperoleh ide cerita dari film Parasite dan Midsommar.
Pada lagu keduannya ini Dhito dengan jenius mengangkat keluh kesah para pekerja kantoran di ibukota.
Ia menceritakan perasaan rendah diri seorang pria yang tunduk pada keadaan karena harus bekerja dari pukul 9 sampai 5.
Memberikan sentuhan Bossanova, lagu ini sangat cocok sebagai teman relaksasi.
Ardhito dikenal sebagai seorang musisi yang selalu menyuarakan kejujuran dan realita kehidupan disekitarnya.
Untuk lagu ketinganya ini ia memasukan unsur Disney ke dalamnya, menceritakan rasa cinta dan keinginan untuk memiliki secara berlebihan lagu ini terasa indah namun sedikit mengandung unsur gelap.
Baru mendengarkan tiga lagu dalam album ini kita sudah dapat menikmati kualitas musik karya pria yang menamatkan sekolahnya di Australia ini.
Namun, meski terlihat sempurna Dhito ingin menyampaikan ke para pendengarnya bahwa ia memiliki kebiasaan yang sangat buruk.
Mengaku sebagai pecandu alkohol, dalam lagu ini dia menyampaikan bahwa cintannya terhadap minuman layaknya terhadap seorang pasangan.
Menjadi lagu pamungkas dalam album ini, Dhito justru menutupnya dengan lagu berlirik kesedihan.
Meski berjudul Happy lagu ini berkisah mengenai kegundahan hatinya yang sampai saat ini belum dapat membahagiakan orang-orang terdekatnya.
Ia merasa puas terhapa lima lagu dalam album ini, hal ini dikarenakan ia merasa lebih jujur bahkan dalam menyampaikan sisi-sisi gelapnya. [*]
WARTAMUSIK.com – Bandung. Kejutan spektakuler terjadi di Playlist Live 2024 yang digelar di Bandung, kota… Read More
WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah hiatus sejenak untuk fokus pada debut aktingnya, Prinsa Mandagie kembali ke… Read More
WARTAMUSIK.com – Jakarta. Grup musik Kobam kini tengah viral di media sosial berkat video cover… Read More
WARTAMMUSIK.com – Jakarta. Penyanyi solo dan pencipta Denda merilis "Jingle Labuan Bajo". Jingle ini merupakan… Read More
WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sebelum menyebar ke kota-kota besar di Amerika pada awal abad 20, jazz… Read More
WARTAMMUSIK.com – Jakarta. Daun Jatuh, band pop-folk asal Tangerang yang dikenal dengan lagu-lagu penuh makna,… Read More
Leave a Comment