“Setengah Tahun Ini” Manifestasi Diri Baskara Putra
wartamusik.com – Jakarta. Tahun 2020 seharusnya menjadi tahun pembuka yang bergairah setelah melewati kehebatan dekade musik Indonesia 2010-2019. Sebagaimana diketahui, skenario tersebut harus tertahan sementara karena pandemi Covid-19 lebih dulu menerjang.
Bahkan ketika enam bulan pertama 2020 sudah terlewati, ruang bergerak musik Indonesia masih belum juga bebas seutuhnya. Tetapi luar biasanya, situasi yang masih tak menentu ini malah membuat para pelakunya kian membongkar celah kreativitas.
Tidak terkecuali label rekaman Sun Eater dan Baskara Putra lewat moniker musiknya bernama Hindia.
Terhitung selama setengah 2020, lagu-lagu Hindia dari album debut Menari Dengan Bayangan (2019) telah sukses dipasangkan dengan seragam barunya. “Secukupnya” digubah ulang oleh produser andal Dipha Barus. “Rumah ke Rumah”, “Evakuasi”, dan “Evaluasi” dirilis secara satuan dalam bentuk video musik yang apik.
Bahkan khusus untuk judul yang terakhi, ia memiliki format gubahan lainnya ala permainan Animal Crossing maupun reprise. Sayangnya, mau tidak mau cerita panjang dari Menari Dengan Bayangan harus bertemu penghujungnya.
Kisah “Setengah Tahun”
Hindia resmi menutup era album tersebut lewat sebuah lagu terbaru berjudul “Setengah Tahun Ini”.
Sesuai dengan judulnya, “Setengah Tahun Ini” bercerita tentang manifestasi diri seorang Baskara Putra selama satu semester 2020. “Awalnya, lagu ini ditulis sebagai sebuah karya responsif dalam melihat kejadian besar yang berlangsung selama setengah tahun 2020,” jelas Baskara.
Lagu ini kemudian malah merangkum apa yang saya rasakan secara sosial dan pribadi selama enam bulan ke belakang.
Dalam proses penulisan, akhirnya diputuskan bahwa ‘Setengah Tahun Ini’ menjadi lagu untuk menutup era Menari Dengan Bayangan – ini merupakan alasan mengapa banyak lirik dalam “Setengah Tahun Ini” yang mengutip lirik-lirik lain dari album Menari Dengan Bayangan.
Kejadian Besar di Indonesia
Dalam “Setengah Tahun Ini”, Baskara mengunjungi kembali beberapa catatan kejadian besar tanah air semacam lika-liku penanganan pandemi, omnibus law yang bergerak secara senyap, kredibilitas staf khusus Istana yang dipertanyakan, sampai rasa kehilangan besar mendiang Glenn Fredly.
Semua kejadian lingkup sosial tersebut dipadankan dengan catatan kejadian besar milik Baskara pribadi, yakni dirundungnya ia oleh kebengisan cancel culture di dunia maya.
Lalu, Baskara secara sadar menyampul cerita-cerita tersebut dengan sikap penerimaan diri yang ia pernah curahkan di Menari Dengan Bayangan.
Untuk itu, kita akan menemukan kembali potongan lirik dari repertoar Hindia sebelumnya seperti “Ku ingin melihatmu esok hari” (“Evaluasi”), “Aku hanya ingin ketenangan” (“Evakuasi”), “Semua yang sirna kan’ nanti terganti” (“Secukupnya”/”Belum Tidur”), hingga “Menarilah dengan bayangan sendiri” (“Mata Air”).
Aransemen Musik
Dalam muatan aransemen musik, “Setengah Tahun Ini” memiliki asupan yang segar meski masih menjadi bagian dari perjalanan Menari Dengan Bayangan. Terdapat lapisan paduan suara yang menemani lajunya lagu ini, seakan turut membangun secara limpah ruah rasa mawas diri.
Ada pula sisipan vokal serupa gaya rap selayaknya upaya penegasan cerita yang praktis. Kedua elemen ini ditulis, direkam, dan dinyanyikan sendiri oleh Baskara dengan kembali membaurkan polesan sejawat musiknya yaitu Rayhan Noor, Wisnu Ikhsantama Wicaksana, dan Kunto Aji.
“Pada format awal, ‘Setengah Tahun Ini’ lebih ‘mirip’ disandingkan dengan berbagai lagu-lagu folk/akustik milik Iwan Fals atau ‘Membasuh’ jika disandingkan dengan katalog milik Hindia sendiri,” kata Baskara menggambarkan.
Namun tambah Baskara, dirombak ulang saat akhirnya tercetus ide untuk menciptakan sebuah aransemen track yang menggunakan progresi chord dan elemen yang belum pernah digunakan oleh Hindia sebelumnya di Menari Dengan Bayangan.
Refleksi Diri
Dirinya pun menyimpulkan, “Dalam menulis ‘Setengah Tahun Ini’, walau menggunakan contoh kejadian sosial maupun pribadi yang spesifik.
Ia ingin menggunakan lagu ini sebagai sebuah refleksi pribadi atas apa saja yang terjadi selama setengah tahun 2020 dan menggunakannya untuk menjadi pembelajaran di setengah tahun mendatang.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa 2020 sejauh ini menjadi masa yang pelik bagi kebanyakan orang. “Setengah Tahun Ini”, yang sudah dapat didengar di berbagai layanan musik digital, mengatakannya dengan cukup gamblang, “Siapa yang sangka? Kita ada di sini, oh absurd rasanya.”
Penuturan kisah “Setengah Tahun Ini” menjadi sebuah cerminan perubahan diri untuk menghadapi periode selanjutnya. Secara bersamaan, lagu ini mengisyaratkan pula satu perubahan yang jelas sudah dalam genggaman. [*]
- Penulis : Agus Harianto
- Editor : Fatkhurrohim