wartamusik.com – Jakarta. Beats and Bytes di bawah naungan Famous Allstars merilis kembali sebuah audio visual series terbarunya yang berjudul “What I Want” pada hari Jum’at (24/07/2020) kemarin.
Rilisan terbaru ini dimaksudkan sebagai suatu wadah kolaborasi bagi kreator video, story teller, animator, musisi, komposer dalam eksplorasi karya dan ragam.
Diharapkan dengan adanya wadah ini, talenta-talenta pemula di industri kreatif dapat menemukan cara untuk saling mendukung serta bertumbuh bersama sebagai penggerak inovasi.
Audio Visual series yang ke 5 ini dibawakan oleh NSG ft. Bagus Bhaskara, Willy Winarko. Mereka berkolaborasi dengan Darda Fahlawi dalam pembuatan karya visual lagu ini.
Menggabungkan RnB, Hip Hop dan Chill
Lagu “What I Want” sendiri menceritakan tentang pengalaman saat seseorang bermimpi tinggi dan sedang berjuang untuk mimpinya. Banyak orang-orang di sekitarnya komentar “mimpi kok aneh-aneh, memangnya bisa?”.
Pusing akibat banyak orang mengomentari apa yang kita kerjakan untuk mimpi, tapi tidak memberikan solusi atau bantuan.
Bagus Bhaskara dan Willy Winarko menceritakan perjuangan yang harus mereka hadapi setiap hari. Bukan hanya tantangan dalam meraih mimpi, melainkan perkataan orang juga.
Dan mereka mewakili setiap orang yang memiliki teriakan yang sama di dalam hati. Dengan nuansa RnB, Hip Hop, dan Chill, mereka coba menyampaikan pesan ini melalui lagu “What I Want”.
Untuk mendengarkan lagunya klik di sini. Gimana menurut kalian setelah mendengar AV terbaru Beats and Bytes? Silahkan komentar di bawah. [*]
wartamusik.com – Jakarta. Tetap produktif dan kreatif selama masa karantina, boyband UN1TY kembali merilis lagu baru yang merupakan karya resmi pertama hasil produksi para anggota berkolaborasi dengan Patrick Effendy dan kemudian dibantu oleh Ifa Fachir.
Lagu “Terbunuh Sepi” mengangkat tema kesendirian serta menggambarkan pengalaman remaja pada umumnya. Rasa kurang pede karena terlalu lama menjomblo, anxiety, depression, insecurity, rasa dikucilkan, juga aneka masalah lain yang dekat dengan rasa kesepian.
Lagu “Terbunuh Sepi” mengangkat tema kesendirian serta menggambarkan pengalaman remaja pada umumnya./Photo by_Instagram
Bersama, anggota UN1TY berhasil meramu lagu “Terbunuh Sepi” yang memiliki topik cukup berat ini menjadi sebuah karya dengan narasi manis yang menyayat perasaan ditemani aransemen simpel dari piano, strings, serta sentuhan harmonika.
Dalam lagu ini, UN1TY juga menampilkan kompleksitas harmoni vokal lebih tinggi dibanding lagu-lagu mereka yang telah dirilis sebelumnya.
Aangkat Isu Kesehatan Mental Remaja
Lagu “Terbunuh Sepi” dari UN1TY akan dapat dinikmati diberbagai platform streaming pada 29 Juli 2020 mendatang./Photo by_Instagram
Melalui lagu ini, UN1TY ingin berbagi dan berempati kepada publik dan fans bahwa rasa kesepian dan rasa takut kehilangan adalah perasaan yang normal untuk dialami serta dirasakan. Dengan dihadapi, maka langkah menuju solusi telah dimulai.
Tepat pada tanggal (29/07/2020) mendatang, lagu “Terbunuh Sepi” dari UN1TY akan dapat dinikmati diberbagai platform streaming seperti Spotify, iTunes, Apple Music, Joox, YouTube Music dan Langit Musik.
Sedangkan untuk Video Music (VM) sendiri akan dirilis pada hari Jumat, 31 Juli 2020 mendatang pukul 19.00 WIB. VM ini disutradarai Patrick Effendy, bakal menyajikan serangkaian narasi visual nan dramatis yang belum pernah ditampilan oleh UN1TY.
Perpaduan palet hitam putih dengan fashion styling elegan akan menjadi fitur menarik dari video musik tersebut. [*]
wartamusik.com – Jakarta. Tahun 2020 seharusnya menjadi tahun pembuka yang bergairah setelah melewati kehebatan dekade musik Indonesia 2010-2019. Sebagaimana diketahui, skenario tersebut harus tertahan sementara karena pandemi Covid-19 lebih dulu menerjang.
Bahkan ketika enam bulan pertama 2020 sudah terlewati, ruang bergerak musik Indonesia masih belum juga bebas seutuhnya. Tetapi luar biasanya, situasi yang masih tak menentu ini malah membuat para pelakunya kian membongkar celah kreativitas.
Tidak terkecuali label rekaman Sun Eater dan Baskara Putra lewat moniker musiknya bernama Hindia.
Selama setengah tahun, lagu-lagu Hindia dari album debut Menari Dengan Bayangan (2019) telah sukses dipasangkan dengan seragam barunya.
Terhitung selama setengah 2020, lagu-lagu Hindia dari album debut Menari Dengan Bayangan (2019) telah sukses dipasangkan dengan seragam barunya. “Secukupnya” digubah ulang oleh produser andal Dipha Barus. “Rumah ke Rumah”, “Evakuasi”, dan “Evaluasi” dirilis secara satuan dalam bentuk video musik yang apik.
Bahkan khusus untuk judul yang terakhi, ia memiliki format gubahan lainnya ala permainan Animal Crossing maupun reprise. Sayangnya, mau tidak mau cerita panjang dari Menari Dengan Bayangan harus bertemu penghujungnya.
Kisah “Setengah Tahun”
Lagu “Setengah Tahun Ini” bercerita tentang manifestasi diri seorang Baskara Putra selama satu semester 2020.
Hindia resmi menutup era album tersebut lewat sebuah lagu terbaru berjudul “Setengah Tahun Ini”.
Sesuai dengan judulnya, “Setengah Tahun Ini” bercerita tentang manifestasi diri seorang Baskara Putra selama satu semester 2020. “Awalnya, lagu ini ditulis sebagai sebuah karya responsif dalam melihat kejadian besar yang berlangsung selama setengah tahun 2020,” jelas Baskara.
Lagu ini kemudian malah merangkum apa yang saya rasakan secara sosial dan pribadi selama enam bulan ke belakang.
Dalam proses penulisan, akhirnya diputuskan bahwa ‘Setengah Tahun Ini’ menjadi lagu untuk menutup era Menari Dengan Bayangan – ini merupakan alasan mengapa banyak lirik dalam “Setengah Tahun Ini” yang mengutip lirik-lirik lain dari album Menari Dengan Bayangan.
Kejadian Besar di Indonesia
Dalam “Setengah Tahun Ini”, Baskara mengunjungi kembali beberapa catatan kejadian besar tanah air semacam lika-liku penanganan pandemi, omnibus law yang bergerak secara senyap, kredibilitas staf khusus Istana yang dipertanyakan, sampai rasa kehilangan besar mendiang Glenn Fredly.
Semua kejadian lingkup sosial tersebut dipadankan dengan catatan kejadian besar milik Baskara pribadi, yakni dirundungnya ia oleh kebengisan cancel culture di dunia maya.
Lalu, Baskara secara sadar menyampul cerita-cerita tersebut dengan sikap penerimaan diri yang ia pernah curahkan di Menari Dengan Bayangan.
Untuk itu, kita akan menemukan kembali potongan lirik dari repertoar Hindia sebelumnya seperti “Ku ingin melihatmu esok hari” (“Evaluasi”), “Aku hanya ingin ketenangan” (“Evakuasi”), “Semua yang sirna kan’ nanti terganti” (“Secukupnya”/”Belum Tidur”), hingga “Menarilah dengan bayangan sendiri” (“Mata Air”).
Aransemen Musik
Dalam muatan aransemen musik, “Setengah Tahun Ini” memiliki asupan yang segar.
Dalam muatan aransemen musik, “Setengah Tahun Ini” memiliki asupan yang segar meski masih menjadi bagian dari perjalanan Menari Dengan Bayangan. Terdapat lapisan paduan suara yang menemani lajunya lagu ini, seakan turut membangun secara limpah ruah rasa mawas diri.
Ada pula sisipan vokal serupa gaya rap selayaknya upaya penegasan cerita yang praktis. Kedua elemen ini ditulis, direkam, dan dinyanyikan sendiri oleh Baskara dengan kembali membaurkan polesan sejawat musiknya yaitu Rayhan Noor, Wisnu Ikhsantama Wicaksana, dan Kunto Aji.
“Pada format awal, ‘Setengah Tahun Ini’ lebih ‘mirip’ disandingkan dengan berbagai lagu-lagu folk/akustik milik Iwan Fals atau ‘Membasuh’ jika disandingkan dengan katalog milik Hindia sendiri,” kata Baskara menggambarkan.
Namun tambah Baskara, dirombak ulang saat akhirnya tercetus ide untuk menciptakan sebuah aransemen track yang menggunakan progresi chord dan elemen yang belum pernah digunakan oleh Hindia sebelumnya di Menari Dengan Bayangan.
Refleksi Diri
Lagu “Setengah Tahun Ini”, yang sudah dapat didengar di berbagai layanan musik digital.
Dirinya pun menyimpulkan, “Dalam menulis ‘Setengah Tahun Ini’, walau menggunakan contoh kejadian sosial maupun pribadi yang spesifik.
Ia ingin menggunakan lagu ini sebagai sebuah refleksi pribadi atas apa saja yang terjadi selama setengah tahun 2020 dan menggunakannya untuk menjadi pembelajaran di setengah tahun mendatang.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa 2020 sejauh ini menjadi masa yang pelik bagi kebanyakan orang. “Setengah Tahun Ini”, yang sudah dapat didengar di berbagai layanan musik digital, mengatakannya dengan cukup gamblang, “Siapa yang sangka? Kita ada di sini, oh absurd rasanya.”
Penuturan kisah “Setengah Tahun Ini” menjadi sebuah cerminan perubahan diri untuk menghadapi periode selanjutnya. Secara bersamaan, lagu ini mengisyaratkan pula satu perubahan yang jelas sudah dalam genggaman. [*]
Selain untuk menjaga agar bahasa Lampung tetap ada musik tradisional Lampung pun tetao terjaga kelestariannya.
“Saya ingin mempersembahkan album ini untuk kampong kelahiran tercinta Provinsi Lampung,” terang Cheery.
Menambahkan Elemen Musik Tradisional
Dalam album “Sikam Lampung”, Cheery Trees menambahkan elemen musik tradisional.
Ada sesuatu yang istimewa dalam album ini di mana Cheery Trees menambahkan elemen musik tradisional yang tersirat oleh cetik atau gamolan—yakni alat musik bambu khas lampung, tambuhan rebana serta menggunakan lirik bahasa Lampung.
Fakta lainnya, Pandu—gitaris, yang juga sebagai putra daerah mengaku membuat lagu Lampung memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
Ini seakan menjadi ciri khas lagu Lampung yang memiliki nada minor dan bertema galau. Selain itu, lagu Lampung tidak memiliki banyak pilihan kata-kata puitis yang dapat dipakai membuat liriknya.
Cheery Trees memberi judul almbumnya “Sikam Lampung” asli bahasa Lampung yang berarti “Kami Lampung”.
“Materi album ini sebenarnya telah dibuat sejak tahun lalu dan dirilis pada bulan Maret 2020 lalu. Karena pandemi Covid-19 akhirnya tertunda,” ungkap Puput Vokalis Cheery Trees. [*]
wartamusik.com- Jakarta. Definisi sukses sebuah karya bisa terukur dari berbagai sudut pandang. Mistar yang paling mudah, adalah ketika hasil akhir karya tersebut menuai keberhasilan komersial, dan memberikan value bisnis terhadap sang pelaku.
Namun bagi Laze, salah satu bidikan kesuksesan yang tidak kalah penting adalah saat sang pelaku berhasil mengidentifikasi pesan yang jelas, memprosesnya dengan orisinalitas dan melahirkan output yang impactful.
Dalam rentang karir yang terbilang belia, Laze sudah berhasil melacak karakter musikalnya yang paling appealing. Kombinasi diksi, artikulasi dan konsistensi mudah saja membuat Laze mencuri perhatian banyak orang, khususnya di sirkuit Hip-hop Nusantara.
Keputusannya untuk bertutur menggunakan bahasa Indonesia juga menjadi salah satu alasan kenapa Laze mencuat dengan mudah di tengah-tengah hiruk pikuk artis pendatang baru.
Bukan Mamble Rap
Poin yang menarik, kombinasi antara lirik berbahasa Indonesia dan racikan tutur rap yang lebih tegas (bukan mumble rap).
Poin yang menarik, kombinasi antara lirik berbahasa Indonesia dan racikan tutur rap yang lebih tegas (bukan mumble rap) juga membuka kontak Pandora.
Laze tidak hanya bermain-main dengan pilihan kata, namun strategi tutur menggunakan majas, puns perandaian, kiasan dan berbagai jurus sastra lainnya.
Buat saya, mendengarkan karya-karya Laze adalah cara paling menyenangkan untuk belajar tesaurus bahasa Indonesia.
Lagu “Turun Dari Langit” merupakan contoh konkrit dari craft seorang Laze. Havie dengan cermat mengemas hasil inspeksinya terhadap dinamika sosial ekonomi di sekitarnya belakangan ini.
Di masa yang sulit ini ada baiknya berkhayal yang menyenangkan agar bisa menjauh sedikit dari kecemasan.
“Ketika roda ekonomi sedang tidak berputar dengan baik alangkah menyenangkannya kalau uang bisa turun dari langit, lalu kita bisa berlari mengejarnya,” jelas Havie.
Cerita “Turun dari Langit”
“Turun Dari Langit” jadi anthem yang tepat untuk tidak berhenti berusaha, sambil berandai-andai apa rasanya menjadi kaya raya.
Elaborasi yang cermat dan menggelitik menjadi tepat guna ketika diganjar oleh chorus merdu Kara Chenoa, memungkas karya ini dengan baik.
Produser musik Monty Hasan, dan sentuhan mixing oleh Randy MP memberikan nyawa yang berisi di “Turun Dari Langit” – saya terpikat khususnya oleh bassline kuat yang mengawal segmen ritmik di sepanjang lagu.
wartamusik.com – Jakarta. Ray Shareza, kembali merilis single terbaru untuk kali ke3 dengan judul “Sebelum Terlambat”. Single terbaru ini merupakan lanjutan dari kisah perjalanan religiusnya di dalam menyiarkan dakwah lewat musik.
Single “Sebelum Terlambat,” merupakan bentuk pertobatan seorang hamba kepada Sang Pencipta setelah mendapatkan hidayah dan menyadari bahwa kematian itu tidak dapat ditunda. Sehingga muncul rasa penyesalan dan takut jika dosanya tidak dapat diampuni oleh-Nya.
Ray Sahreza mengungkapkan, “Dia berada di satu titik start dengan keraguan bercampur kepastian. Ragu apakah dosanya bisa diampuni jika jumlahnya sebanyak buih di lautan. Ragu apakah dia bisa meninggalkan kecintaannya pada dunia.”
“Sementara dia harus maju, kembali kepada Allah, bertaubat kepada Allah, sungguh-sungguh atau kaffah [kembali ke Al- qur’an dan Hadist – red] menjalani kehidupannya ke depan sebagai hamba Allah,” kisah Ray Shareza.
Mengingat Kematian
Lagu “Sebelum Terlambat” ini sangat mengarah untuk mengingat kematian.
Lagu ini ditulis oleh Muhamad Ridwan dan aransemennya dipercayakan sepenuhnya kepada Wildan Poh. Wildan mengemas lagu ini dengan begitu apik, sehingga alunan musik terdengar serasi dengan lirik yang disampaikan oleh Kang Ray, sapaan akrab dari Ray Shareza.
Mantan vokalis Nineball menambahkan, lagu ini sangat mengarah untuk mengingat kematian. Mengharapkan setiap pendengarnya dan semua orang yang mendengarkan lagu ini ingat akan ajal.
wartamusik.com – Jakarta. Layaknya seorang bayi masih di dalam kandungan, album teranyar Lady Gaga berjudul “Chromatica” telah dinanti oleh jutaan penggemarnya di seluruh dunia.
Sebelum “bayi”—(Chromatica) ini lahir ke bumi, gen-nya pun telah disukai oleh jutaan manusia baik dijagad maya maupun di jagad nyata.
Lagu “Rain on Me” duet sang Lady Gaga dengan Ariana Grande pun sukses besar di berbagai platform digital. Bahkan, lagu “Sour Candy” yang berkolaborasi dengan girls band Korea BLACKPINK yang dirilis sehari sebelum “bayi” ini lahir pun begitu dipuja-puja oleh para penggemar mereka Little Monsterdan Blinks.
Dan hari ini, Jum’at (29/05/2020) sang “Bayi” itu resmi hadir di Bumi langsung disambut dengan trending di Twitter di seluruh dunia. Tak hanya di Twitter, “Chromatica” pun mampu merangsek ke atas tangga lagu di platform digital.
Tertunda Karena Covid-19
Sejatinya album Chromatica akan dirilis pada bulan April, karena Covid-19 Lady Gaga pun menurungkan rencananya./Photo by_Twitter
Sejatinya, “Chromatica” bakal di rilis pada 10 April 2020 lalu. Virus Corona atau Covid-19 lah yang mampu menahan bakal riuhnya dari perilisan album tersebut.
Meski tertunda rilis di bulan tersebut, pop star Lady Gaga tak kehilangan akal untuk menarik simpati para little monster. Duet kolaborasi dengan Ariana Grande dan BLACKPINK mampu menjadi obat mujarab kekecawaan penggemarnya.
Rilisan single “Stupid Love”, “Rain on Me” dan “Sour Candy” tak hanya menjadi penawar. Akan tetapi melebihi espektasi.
Jagad maya dibuat riuh dengan sukacita dari satu single Lady Gaga dan 2 kolaborasi tersebut. Di platform digital lagu-lagu tersebut pun mampu meroket ke titik tertinggi.
“Chromatica” Album Universal
Album Chromatica berisi 16 lagu beberapa diantaranya berkolaborasi dengan Elton John, Ariana Grande dan BLACKPINK./Photo by_Twitter
Album Chromatica berisikan 16 lagu beberapa diantaranya berkolaborasi dengan penyanyi kelas dunia seperti Sir Elton John, Ariana Grande dan BLCAKPINK. Album ini juga menampilkan sejumlah produser seperti BloodPop, Tchami, Max Martin, Sophie, Justin Tranter dan Boyz Noise.
Gaga, seperti dikutip dari Billboard mengatakan ke pada Zane Lowe, bahwa dia membiarkan sebanyak mungkin produser mengerjakan albumnya.
Perlu juga dicatat bahwa, sementara Chromatica adalah album universal, itu bukan album yang impersonal. Alih-alih dipenuhi dengan lagu-lagu kebangsaan yang penuh dengan cinta, atau rasa sakit Gaga mengemas hampir setiap lagu dengan nuansa kerentanannya yang lembut.
Siapa pun yang menganggap Chromatica sebagai fluff lantai dansa murni tidak memperhatikan bagian dirinya yang cacat dan rapuh yang Gaga selipkan di hampir setiap sudut, dan menggunakan untuk menambah volume pada momen layar lebar. [*]
wartamusik.com – Jakarta. Setelah meraih sukses bersama Ariana Grande dengan lagu “Rain on Me”. Kini Lady Gaga merilis lagu baru “Sour Candy” dan menggandeng BLACKPINK.
Lagu “Sour Candy” masuk dalam album keenam Lady Gaga “Chromatica” yang menurut rencana akan di rilis esok (29/05/2020).
Yang paling mendapat berkah dari rilisan lagu ini adalah masing-masing penggemar kedua artis tersebut. Sebab, lagu “Sour Candy” dirilis lebih awal yakni pada hari ini Kamis (28/05/2020). Tentu ini menjadi kejutan.!
Lagu “Sour Candy” adalah lagu dansa pop yang dibuat dalam dua bahasa yakni Inggris dan Korea./Photo by_Twitter
Perlu diketahui, bahwasannya lagu “Sour Candy” adalah lagu dansa pop yang dibuat dalam dua versi bahasa yakni Inggris dan Korea.
Melihat hal ini, BLACKPINK pun langsung memberikan komentar, merupakan suatu kehormatan untuk berkerja sama dengan Lady Gaga, seorang seniman yang sangat dikagumi.
“Tentu kami sangat senang bekerja pada jalur yang benar. Jadi kami berharap BLINKS (Penggemar BLACKPINK) di seluruh dunia dapat menikmati dan mendengarkan “Sour Candy”. Kami pun berharap lagu ini dapat di cintai banyak orang,” katanya.
wartamusik.com – Jakarta. Dalam unggahan akun twitter masing-masing super pop ini saling memuji. Bak berbalas pantun Lady Gaga dan Ariana Grande mengakui kelebihan dan kekompakan mereka.
Lagu single “Rain on Me” yang di rilis hari ini Jum’at (22/05/2020) bakal masuk dalam album Chromatica yang menurut rencana bakal dirilis Lady Gaga pada (29/05/2020) mendatang.
Ariana Grande dan Lady Gaga tidak hanya memiliki kedekatan ketika mereka akan memasuki studio untuk rekaman “Rain on Me”. Ternyata mereka pun memiliki kedekatan yang sangat personal.
“Suatu kali… saya bertemu dengan seorang wanita yang tahu rasa sakit hati dengan cara yang sama saya lakukan…. Menangis, minum anggur dan makan pasta sebanyak yang saya lakukan. Dia seprti saudara bagiku,” cuit Grande tentang Lady Gaga.
“Dia kemudian memegang tangan saya dan mengundang saya dunia chromaticayang indah dan bersama-sama, kita harus mengungkapkan betapa indah rasanya sampai menangis. Saya harap ini membuat anda semua merasa terangkat seperti halnya kita berdua. Aku saying kamu @LadyGaga. U superwoman yang menakjubkan,” tulis Ariane Grande kembali.
Lady Gaga pun menyambut hangat cuitan Ariana Grande “Suatu kali saya merasa ingin menangis hinga tak terhenti. Alih-alih ingin melawan tangis, namun saya pikir lebih membawanya untuk melakukan hal-hal sulit @ArianaGrande. Aku sayang kamu karena kekuatan dan persahabatanmu. Mari kita tunjukan pada mereka apa yang kita punya,” [*]
wartamusik.com – Jakarta. Setelah Lady Gaga meluncurkan daftar lagu Chromatica-nya yang sangat dinanti-nantikan, para penggemar telah sibuk membicarakan kolaborasi dengan Ariana Grande yang berjudul “Rain on Me.”
Hal ini terungkap dalam unggahan akun Instagram Lady Gaga yang mengunggah art work dirinya dan Ariana Grande.
Di unggahan tersebut Lady Gaga menambahkan tulisan, “#RAINONME WITH @ARIANAGRANDE. FRIDAY 5/22, MIDNIGHT ET WORLDWIDE,”
Fans masing-masing, Little Monsters dan Arianators tidak perlu menunggu lebih lama untuk mendengar sang superstar pop berkolaborasi.
Kedua penyanyi ini pun langsung menginformasikan perihal ini ke akun media sosial masing-masing pada hari Jumat (15/05/2020) kemarin untuk mengungkapkan bahwa “Rain on Me” akan datang 22 Mei.
Di sosial media masing-masing mereka menampilkan art work tunggal yang menampilkan Gaga di luar angkasa dan terbaring di gua yang hangat, sementara Ariana Grande di pintu masuknya.
Lagu ini akan dapat dinikmati satu minggu sebelum album Chromatica dirilis secara penuh pada tanggal 29 Mei. [*]