Kisah Hidup Rinni Wulandari Yang Tertuang Jujur Lewat Album “Skins”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Tahun 2020 lalu, Rinni Wulandari telah memantapkan diri untuk kembali berkarier di dunia musik. Setelah sebelumnya secara berturut-turut merilis single di tahun 2018 dan 2019, Rinni kembali menyapa penikmat musik dan Team Rinni dengan single baru ‘Born Ready’ yang dirilisnya awal tahun lalu.

Sejak saat itu, hingga sekarang, Rinni telah merilis setidaknya 8 lagu untuk memberikan gambaran era terbarunya kepada para pendengar yang sudah lama menantikan karya terbaru dari salah satu penyanyi wanita Indonesia dengan warna suara yang khas ini.

Tetap dengan mengusung warna musik R&B, kini Rinni telah siap merilis album yang diberi judul “Skins”, album terbaru dirinya sejak terakhir merilis album di tahun 2017 lalu.

“Skins” dikatakan Rinni menjadi album yang menceritakan kehidupannya serta cerita-cerita yang pernah dan tengah dia alami. “Di album ini, aku benar-benar menceritakan layer kehidupan yang kujalani, apa adanya, jujur. Tanpa ada yang ditutupi sedikitpun,” ungkapnya.

Di EP Terbarunya “Our Story”, Dru Chen Berikan Rasa Nyaman

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Produser serta penyanyi asal Australia, Dru Chen akan mengeluarkan EP dengan 4 lagu yang terdiri dari 2 lagu baru – Our Story dan Hold You, serta 2 lagu yang sudah dikeluarkan sebelumnya – Eiffel Tower dan Relay. Track utama, Our Story, adalah lagu dengan genre indie-pop yang menceritakan tentang semua aspek pengalaman manusia dan kerinduan akan penerimaan yang sering kita cari. Seperti yang Dru katakan, “When the people have gone and left the party, and you’re all alone once again; how do you cope

with the emptiness?”

Saat pertama kali mendengar, lagu ini menggambarkan semacam kegembiraan yang menenangkan yang anda rasakan ketika sedang bergaul dengan teman-teman yang sudah anda kenal selama bertahun-tahun lamanya. Dengan ritme yang mengalir dan alunan chord gitar yang manis, terasa sulit untuk tidak menganggukkan kepala saat mendengarnya. Namun, ketika mendengarkan liriknya lebih dalam, kita bisa mendengar makna yang lebih dalam – tentang kesendirian dan introspeksi yang mengikutinya.

Our Story ditulis oleh Joel Tan, Paul McMurray dan Dru Chen, serta diproduseri oleh Dru sendiri.

Seperti yang terlihat dalam liriknya “Drowning in sorrows / Is not for tomorrow / When laughter is borrowed / It’s no fun at all”, Our Story adalah jawaban atas kejujuran yang pahit yang ingin diatasi. Dengan kesabaran dan pengertian itu sendiri, sangat memungkinkan untuk kita memperbaiki kesalahan yang pernah kita lakukan di masa lalu. Kita tidak bisa memahami kehancuran kita tapi kita bisa memperlambatnya, membiarkannya pulih dengan sendirinya.

“This song was my way of dealing with that feeling—that existential dread. It felt like therapy writing this song,” kata Dru, dan kita bisa mendengarnya dengan jelas pada saat produksi. Chord gitar yang berbeda dengan perkusi yang halus membantu para pendengar memahami lagu dengan cara yang ringan. Hal ini membuat anda merasa seperti walaupun anda di kamar tidur sendirian dengan headphones terpasang, anda tetap merasa aman karena tahu anda memiliki cinta dan diterima oleh keluarga, teman dan komunitas yang dekat di hati tanpa syarat. (*)

Pahit Manis Kehidupan Mariani Oelong, Tertuang Harmonis Dalam EP Perdana-nya, “Bercumbu”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Mariani Oelong adalah seorang pribadi yang unik. Sebagai seorang musisi keturunan Tionghoa yang memiliki ciri khas suara sinden dengan nuansa etnik Jawa, dia ternyata juga tertarik dengan dunia travelling terutama mendaki gunung. Selain itu, pekerjaan yang tengah dijalani yaitu sebagai perencana perlindungan keuangan menjadikan kehidupan Mariani semakin berwarna. Keragaman ini jugalah yang membuat Mariani selalu melihat dunia lebih dalam dan luas. Bahkan, Mariani sering meluapkan pandangannya dalam sebuah puisi. Hal ini yang membuat Mariani memantabkan diri mengembangkan puisi-puisinya yang berdasarkan pengalaman pribadi ke dalam bentuk lagu. Lagu-lagu tersebut kemudian dirangkai oleh Mariani ke dalam sebuah EP perdana berjudul “Bercumbu”. 

“Bercumbu” menceritakan tentang krisis seperempat kehidupan yang dilalui oleh Mariani. Dalam perjalanan kehidupannya, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam emosi, terutama saat menginjak usia 25 tahun. Keputusan-keputusan hidup sekaligus pengalaman yang dialami sering kali membuat banyak manusia mengalami kesedihan yang bertubi-tubi. Mariani sendiri kini telah berhasil menemukan solusi akan hal tersebut melalui kegiatan travelling yang dia lakukan. Lewat pengalaman tersebut, Mariani percaya bahwa kejutan akan selalu datang dan berjuang untuk menjalani hidup setiap hari adalah anugerah yang indah. Dalam pembuatannya Mariani turut dibantu oleh beberapa nama besar di dunia musik. Yaitu Vinson Vivaldi sebagai pengisi Musik, Petra Sihombing sebagai pengisi Gitar dan Penulis Lagu, dan Yosua Jose sebagai pengisi Perkusi. Vinson Vivaldi juga menjadi Produser EP milik Mariani ini, Mixing oleh David Erdidan Mastering oleh Ibo.

Lewat EP Perdananya ini, Mariani ingin menyampaikan bahwa tiap manusia akan selalu menghadapi masalah, mulai dari percintaan, teman, atau bahkan dengan dirinya sendiri. Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Jadi, menurut Mariani, mencari solusi dan bangkit kembali untuk menghadapi liku-liku dunia adalah sesuatu yang patut diperjuangkan.(*)

Rumah Kita, Album Mini Ungkapan Cinta Asteriska Terhadap Alam

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Penyanyi dan pencipta lagu asal Jakarta, Asteriska, mengungkapkan kecintaannya terhadap Planet Bumi melalui album mini barunya, Rumah Kita. Dirilis ke platform-platform digital pada 23 Juli 2021, Rumah Kita adalah album mini berisi empat lagu yang bertema alam, dan merupakan koleksi solo ketiga dari sang anggota Barasuara tersebut menyusul album Distance (2015) dan Past Possessions (2018).

“Aku merasa selama ini belum pernah melakukan hal berguna untuk alam walaupun aku merasa sebesar itu rasa cinta dan hormatku sampai rasanya ada adiksi tersendiri berada di alam terbuka,” kata Asteriska.“Ketika menyadari ternyata aku sudah pernah menciptakan beberapa lagu yang berkaitan dengan alam, aku memutuskan untuk mengumpulkannya dalam satu album. Ini memudahkanku untuk gerak lebih, seperti menyebarkan gaung kepedulian akan menjaga alam, menggalang dana untuk lembaga yang berkaitan dengan menjaga alam, dan menjadi pengingat untuk diriku sendiri bahwa aku harus terus berusaha lebih menjaga alam.” Melalui situs penggalangan dana Kitabisa.comAsteriska sedang mengumpulkan donasi untuk dua LSM pilihannya, yakni North Bali Reef Conservation dan Lindungi Hutan. Semua donasi dari kampanye ini akan dibagi merata antara kedua organisasi tersebut.

Untuk proses kreasi Rumah Kita, Asteriska kembali berkolaborasi dengan produser Andreas Arianto di Bali. “Mas Andreas mampu menerjemahkan keinginanku ke dalam lagu yang memang warnanya cocok dengan suaraku,” kata Asteriska. “Bali juga rasanya sudah seperti rumah keduaku, jadi kalau ke sana aku langsung atur agar tetap produktif dan bukan hanya bersenang-senang.”

Mengenai lagu-lagunya sendiri, “Ibu Pertiwi” menyuarakan keresahan Asteriska setelah berkunjung ke kota Muara Gembong yang semakin tenggelam; “The Waves and the Grey” menggambarkan kekuatan dan keindahan samudra; “Cerita Laut” membayangkan suka duka kehidupan di bawah laut; dan “When Earth Speaks” terdiri dari sahutan dan monolog tentang mendekatkan diri kembali dengan alam. “Mudah-mudahan album mini ini dapat mengangkat kepedulian orang mengenai kondisi alam Indonesia dan dunia saat ini,” kata Asteriska. “Agar teman-teman pendengar dapat ikut menjaga Bumi demi masa depan bersama.”.(*)

Nadya Fatira Kembali Dengan Merilis Mini Album Bertajuk “THE OTHER SIDE”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Kabar gembira kembali datang untuk para penggemar Nadya Fatira. Penyanyi ini kembali dengan mengeluarkan sebuah karya dalam bentuk mini album yang ia beri nama The Other Side.

Ini menjadi album ketiga darngan i Nadya Fatira setelah sebelumnya ia merilis album penuh My Story (2010) dan Pisces (2020). Mini album The Other Side kembali dirilis di bawah bendera label rekaman Universal Music Indonesia, sama dengan album Pisces.

Mini album The Other Side berisikan lima buah lagu, empat diantaranya merupakan lagu lama yang di-remake atau diaransemen ulang, ditambah satu buah lagu baru berjudul “Come Walk With Me”.

Pemilihan nama The Other Side sebagai judul mini album bukan tanpa alasan, Nadya mengatakan hal itu dikarenakan dari album sebelumnya, Pisces, dimana ia sangat minim sekali berbicara tentang cinta, untuk itu di mini album kali ini semua lagu ia pilih dengan mengambil tema cinta.

“Selain lagu-lagu bertemakan cinta, gue juga berusaha untuk lebih menonjolkan sisi feminin gue di album ini, juga dari segi visualnya. Karena itu gue pilih nama album ini The Other Side. Karena ini merupakan sisi lain dari Nadya Fatira, sisi yang sebenarnya ada dari dulu, cuma jarang diperlihatkan,” katanya. Tidak hanya itu, melalui mini album ini, Nadya Fatira juga ingin memberikan pesan yang positif terhadap konflik suatu hubungan yang terjadi dan atau dihadapi oleh banyak orang, dengan berharap semuanya akan menjadi lebih baik.

 “Come Walk With Me” menjadi lagu jagoan di mini album The Other Side dengan alasan sederhana, karena lagu ini menjadi materi baru yang ia bikin di mini album ini, yang tentunya menjadi pembuka jalan buat empat lagu remake lainnya.

Dari departemen suara, untuk aransemennya, baik untuk single “Come Walk With Me” atau di materi mini album secara keseluruhan, Nadya kali ini meminimalisir dominasi gitar akustik yang biasanya sudah sangat melekat dengan karya-karya terdahulunya.

Nadya Fatira melakukan eksplorasi suara dengan banyak memainkan sound beat yang lebih modern. Nuansa suara gitar Stratocaster dengan penambahan bunyi synthesizer membuat aransemennya lebih kaya suara. Nadya melakukan penetrasi yang luas untuk menghasilkan karya yang lebih fresh dari dirinya di mini album ini.

Di album ini gue agak one man show, enggak terlalu melibatkan banyak orang. Seperti di lagu “Come Walk With Me”, itu serratus persen semua instrument gue yang mainin. Jadi lagu itu total hasil isi kepala gue,” jelas Nadya. Lagu “Come Walk With Me” dan semua lagu lainnya yang ada di mini album The Other Side ini sudah ada di platform layanan musik digital. (*)

Swellow, Satu Lagi Cerita Manis dari Bogor dan Indie Rock-nya.

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Layaknya Jakarta sebagai Kota Metropolitan dan Bandung sebagai Kota Kembang, maka bisa dibilang (dengan sangat sotoy, tentunya) bahwa Bogor bisa mendapat predikat sebagai Kota Indie-Rock, bukan lagi sebagai Kota Hujan ataupun Kota Seribu Angkot. Terdengar menggelikan? Jelas. Respon yang sama juga dilontarkan oleh sang gitaris Swellow, Andi ‘Idam’ Fauzi jika mendengar predikat tersebut. “Geleuh”, katanya. Namun, tentu saja tidak sembarangan saya menempatkan predikat tersebut kepada Bogor .

Ingat Reid Voltus? Unit indie-rock asal Bogor yang sempat harum namanya di pertengahan era 2000-an? Setelah Reid Voltus meredup dan memutuskan untuk vakum di tahun 2012, kiprah “band indie- rock asal Bogor” dilanjutkan oleh kemunculan Texpack yang langsung mengambil hati para ‘abang-abangan’ di skena sana. Tidak berhenti disitu, muncul juga Rrag sebagai gerbong lanjutan cerita manis ini.

Di tahun 2021, untuk cerita yang satu ini, sebenarnya mereka bukanlah sebuah unit musik yang baru, mengingat nama-nama di dalamnya adalah nama-nama yang juga sudah tidak asing lagi di Bogor.

Andi ‘Idam’ setelah menutup perjalanannya bersama Reid Voltus, kini dirinya kembali ke jalur indie-rock (yang sebenarnya tidak pernah ia tinggalkan) bersama dengan empat nama lainnya, dengan membawa nama Swellow. Empat nama lainnya, adalah Bayu Azni (vokal, juga mengisi vokal di Diskoteq), Afnan Hissan (gitar, juga mengisi gitar di Texpack), Misbahuddin Nika (bass), dan Fadhil ‘Opay’ Naufal (drum). Tidak tanggung-tanggung, Swellow langsung menambah satu lagi cerita manis dari Bogor dan indie-rocknya dengan menghadirkan EP perdana mereka, Karet.

Resmi dilepas pada hari Minggu (23/05) lalu, Karet melengkapi rangkaian dari hadirnya nomor-nomor eceran dari Swellow yang sudah lebih dahulu dilepas, sebut saja “Gargantua” dan “Sukar” di beberapa waktu ke belakang.

“Beberapa materi yang sudah direkam akhirnya pada tahun 2021 ini kita pilih kembali, menjadi pembukaan yang kiranya bisa merepresentasikan seperti apa wajah Swellow”, tutur Bayu. “EP Karet dari Swellow bisa dibilang sebenarnya adalah hasil sortiran dari beberapa materi yang sudah direkam. Adalah sebuah hasil rangkuman dari beberapa materi yang dianggap cukup mewakili sebuah karakter dari Swellow itu sendiri”, tambah Idam.

Untuk urusan mixing dan mastering, Swellow menyerahkan semuanya kepada Deni ‘Denol’Noviandi dari Bens Co. Studio, seorang teman baik yang juga sering membantu menggarap rilisan-rilisan dari Bogor.

Selain hadir melalui Bandcamp dari Tromagnon Records, Swellow juga turut menghadirkan EP Karet dalam format kaset yang sudah bisa didapatkan melalui akun Instagram mereka. Pada tanggal 2 Juli 2021 Karet pun dapat dinikmati secara utuh di berbagai platform digital. Kemudian di bulan Agustus, lewat kerja sama dengan label rekaman demajors, akan dirilis dalam format compact disc, dengan tambahan dua lagu eksklusif bertitel “Kalam” dan “Superstitious Night”, yang menampilkan Alvi Ifthikhar dari grup Gascoigne pada vokal. (*)

White Chorus, Duo Elektronik Bandung Rilis Album Debut berjudul FASTFOOD

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah merilis lima single sejak pertengahan tahun 2020, duo elektronik asal Bandung, White Chorus, akhirnya merilis album penuh berjudul FASTFOOD. Sepuluh lagu bernuansa electro-pop ini sudah bisa dinikmati di seluruh streaming service.

“Melalui album ini, kami membicarakan tentang isu-isu, baik sosial maupun personal, yang banyak terjadi di sekitar kami hari ini, mulai dari trauma masa lalu, jatuh cinta yang sepaket dengan patah hati, seksualitas, maupun perasaan senang yang dialami,” tutur Clara Friska tentang FASTFOOD. “Berbagai tema tersebut kami kemas secara instan, sama seperti ketika kamu makan french fries atau ice cream.”

Di sisi lain, Emir Agung mengakui proses pembuatan album ini tergolong cukup dinamis. “Album ini memang menandai fase terkini dari White Chorus, di mana kami berdua sedang ‘nyaman-nyamannya’ membuat lagu berdasarkan spontanitas atau impulsivitas mood kami,” tuturnya. “Sehingga dari segi musik pun, semua lagu dalam FASTFOOD bisa dibilang ringan, singkat, namun variatif. Ini supaya pendengar bisa menikmatinya berulang-ulang tanpa membutuhkan waktu atau pemikiran terlalu dalam.”

Pertanyaan Friska dan Emir dapat dibuktikan langsung dengan mendengarkan FASTFOOD. Mulai dari sentuhan psychedelia seperti “I Shouldn’t Bring My Heart Next Time”, retro-chillwave di “HEATWAVE”, electro-pop yang danceable di “Disappear”, hingga kombinasi lo-fi pop dan triphop yang pas di “Go Run Away!”

Keduanya juga sepakat, White Chorus amat terbantu dengan kehadiran pihak-pihak lain dalam pembuatan album ini, seperti Mamoy (BLEU HOUSE) sebagai produser untuk 7 lagu di FASTFOOD. “Adanya Mamoy membuat kita lebih pede, sih. Kualitas mixing dan mastering beliau menurut kami sangat baik, ditambah dia bisa memberikan tweak pada beberapa bagian di lagu-lagu kami sehingga semakin nge-hook,” jelas Emir.

Menanggapi ekspektasi terhadap album debutnya ini, Friska dan Emir mengharapkan FASTFOOD dapat menjadi teman pendengar ketika menjalani momen-momen kecil sehari-hari. “Kamu percaya semua orang itu layered. Jadi ketika kamu sedang dalam perjalanan, di kamar, lagi sedih maupun senang, ada berbagai perasaan yang kita tidak akan pernah tahu di baliknya. You guys are always welcome to listen to FASTFOOD. Hope you all get addicted to it,” imbuh mereka.(*)

MLDSPOT dan Irama Nusantara Luncurkan Mini Album “Lagu Baru Dari Masa Lalu – Volume 1”

MLDSPOT dan Irama Nusantara Luncurkan Mini Album “Lagu Baru Dari Masa Lalu – Volume 1”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. MLDSPOT berkolaborasi dengan Yayasan Irama Nusantara meluncurkan mini album bertajuk “Lagu Baru dari Masa Lalu Volume 1”. Dalam mini album tersebut, terdapat lima lagu legendaris era 80an yang diaransemen dan dinyanyikan ulang oleh musisi Indonesia masa kini seperti Andien, Aya Anjani, Dhira Bongs, Kurosuke, Vira Talisa, Mondo Gascaro dan jawara MLDJAZZPROJECT musim perdana, Adoria.

Perwakilan MLDSPOT Goardan Saragih, menuturkan bahwa mini album “Lagu Baru Dari Masa Lalu Volume 1” merupakan upaya nyata dari MLDSPOT dan Irama Nusantara guna melestarikan dan mempopulerkan kembali lagu-lagu legendaris yang pernah berjaya di Indonesia. Diharapkan, melalui peluncuran mini album ini dapat menjadi momentum untuk memberi apresiasi terhadap pencipta musik lawas, memperkuat ekosistem, memperkaya khazanah musik yang ada di Tanah Air serta menginspirasi para pecinta musik di Indonesia.

“Kami sangat bangga bisa ambil bagian dalam upaya melestarikan serta mempopulerkan kembali karya-karya musisi legendaris Indonesia. Hal ini bisa menjadi pesan bagi generasi yang lebih muda bahwa Indonesia memiliki warisan musik yang sangat banyak dan juga dapat menjadi referensi untuk menciptakan karya berkualitas di masa mendatang. Ke depannya, kami juga berharap dapat bekerjasama dengan berbagai pihak demi turut menginspirasi dunia musik Indonesia,” ujar Goardan.

Selama ini, lanjut Goardan, MLDSPOT senantiasa mendukung dan menginspirasi perkembangan musik Indonesia melalui berbagai kegiatan. Diantaranya dengan berpartisipasi dalam hampir seluruh rangkaian tahunan event jazz nasional dan juga penyelenggaraan MLDARE2PERFORM, yakni sebuah ajang kompetisi pencarian musisi jazz muda berbakat Indonesia yang telah memasuki season keempat.

Adapun kolaborasi MLDSPOT dengan Irama Nusantara juga tak lepas dari rekam jejak Irama Nusantara sebagai lembaga nirlaba yang konsisten melakukan pengarsipan digital rilisan musik populer Indonesia sejak yayasan ini berdiri pada 2013 silam. Irama Nusantara memiliki impian bahwa data-data digital musik legendaris Indonesia kelak dapat diapresiasi dan diselebrasi oleh generasi yang lebih muda. Mimpi ini akhirnya diwujudkan bersama MLDSPOT dalam bentuk mini album.

“Kami membuka ruang untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan visi dalam hal mengolah arsip digital musik populer yang kami miliki. Bersama MLDSPOT tercetuslah ide membuat rilisan dalam bentuk mini album yang nantinya bisa menjadi upaya berkesinambungan dalam melestarikan musik-musik Indonesia yang berasal dari masa lalu. Rilisan ini akan memberikan dampak nyata, bukan hanya terhadap operasional Irama Nusantara tapi juga berbagai entitas musik yang terlibat di dalamnya,” tutur Gerry Apriryan selaku Program Manager of Irama Nusantara Irama Nusantara.

Mini album “Lagu Baru Dari Masa Lalu Volume 1” bertema Indonesian City Pop. Tema ini tercetus dari temuan di berbagai digital streaming platform yangsejak beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya fenomena bahwa pecinta musik di Indonesia sering memutar lagu-lagu yang diklasifikasikan sebagai Indonesian City Pop yang berisi lagu-lagu populer Indonesia dari akhir era 1970-an hingga paruh awal 1980-an. Fenomena ini yang diangkat oleh MLDSPOT dan Irama Nusantara dalam memilih lima lagu andalan yang merepresentasikan gaya musik di era tersebut lalu diaransemen ulang dan dibawakan kembali oleh generasi muda yang memiliki musikalitas yang sesuai.

Adapun lagu-lagu yang menjadi materi dalam album ini antara lain ; “Walau Dalam Mimpi” ciptaan David Mesakh yang sebelumnya dipopulerkan oleh Ermy Kulit, single “Senja dan Kahlua” milik grup band Transs yang digawangi oleh nama – nama tenar seperti Fariz RM dan Erwin Gutawa, “Terbanglah lepas” kepunyaan Yockie Suryoprayogo, “Dunia Yang Ternoda”-nya Jimmie Manopo, lagu duet masyhur, Chrisye – Vina Panduwinata, “Kisah Insani”

proses mastering mini album ini dilakukan di Abbey Road Studios, London oleh Frank Arkwright. “Karena saat ini semuanya serba online, kami mengambil kesempatan untuk melakukan mastering di studio terbaik di dunia yakni Abbey Road Studios dan ditangani oleh Frank Arkwright dikarenakan kesesuaian portfolio kerja dia yang bisa dibilang memiliki korelasi dengan gaya musik yang tertuang di mini album ini,” tutur Gerry. (*)

“Sebuah Cerita”, Album Debut MAHEN Yang Muncul di Era Pandemi

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Hidup adalah sebuah perjalanan dimana berbagai kisah terlewati menjadi suatu catatan panjang  dalam kehidupan setiap manusia. Kisah-kisah seperti kebahagiaan, kesusahan, kegigihan, ketegaran dan lainnya menjadi memori yang tak terlupakan dan bisa menginspirasi seseorang untuk melahirkan karya dan menjadikannya sukses.

Petrus Mahendra atau MAHEN adalah satu dari penyanyi muda masa kini yang menoreh kesuksesan di awal kemunculannya di industri musik Indonesia. Mahen sukses menampakan jejaknya di musik pop Indonesia pada akhir tahun 2019 lewat lagu “Pura Pura Lupa”, yang membawanya dikenal publik hingga sekarang.

Setelah lagu “Pura Pura Lupa”, Mahen mengeluarkan sederetan lagu bernuansa mellow seperti “Luka Yang Ku Rindu”, “Datang Untuk Pergi”, “Cinta Selesai” dan “It’s Okay To Not Be Okay”. Kehadiran lagu-lagu tersebut di blantika musik Indonesia semakin menguatkan sosok Mahen sebagai penyanyi pendatang baru yang bersinar dengan lagu-lagu patah hati.

Kini di tahun 2021 dibawah naungan label rekaman Indosemar Records, Mahen akhirnya berhasil merilis album perdananya yang diberi judul “Sebuah Cerita”. Di album ini Mahen dibantu oleh banyak musisi hebat seperti Pika Iskandar, Tito P.Soenardi, Ayu Purnamasari, Kamga, Beraldy Dean, Faiz Alfandy, Ilham Baso, Michael Juan, Daniel Mantiri, Banu Setiawan, dan masih banyak lagi.

“Kenapa album ini diberi judul ‘Sebuah Cerita’, mungkin sedikit banyak ini adalah cerita yang tertuang dalam kehidupan seorang Petrus Mahendra sendiri, baik yang dulu banget, yang sekarang dijalani atau yang akan aku jalani kedepannya. Dimana aku ingin bercerita tentang banyak hal seperti tentang patah hati, kebahagiaan, menunggu, dan banyak hal lainnya. Mungkin ada temen-temen yang bertanya-tanya, si Sad Boy ini mau keluarin lagu apalagi sih? Disini lah aku mau berbagi cerita dan ini bentuk ekspresi dari aku, yang mungkin  juga banyak dialami oleh orang lain”, jelas Mahen soal album ini.

Walaupun debut di era pandemi Covid19, proses penggarapan album yang memakan waktu kira-kira 1 tahun lebih ini dijalani Mahen dengan suka cita. Karena bisa mengeluarkan karya album sendiri adalah cita-citanya sebagai musisi. “Aku sebenarnya sudah punya lima lagu sebelum bikin album ini. Namun aku diberikan deadline kurang lebih 2 bulan untuk membuat lima lagu lainnya yang belum ada sama sekali,” kata Mahen

“Tapi ini sebuah Big Achievement buat aku bisa punya karya album sendiri. Umpamanya seperti punya ijasah sarjana sebagai musisi, wah senang banget sih akhirnya punya full album sendiri”, tambah Mahen senang.

Meski Mahen sering disebut netizen Indonesia sebagai penyanyi spesialisasi lagu-lagu patah hati, namun Mahen langsung unjuk gigi menunjukkan kemampuannya menulis lagu di album perdananya ini. Terinspirasi oleh musisi-musisi legend sebelumnya, Mahen ingin karya-karyanya juga bisa dinikmati banyak orang dari berbagai generasi dan sampai kapan pun.

“Sebelumnya aku udah keluarin 5 lagu yang nuansanya sedih dan patah hati, di album ini juga ada lagu yang mood-nya senang. Dan ada beberapa lagu di album ini yang aku tulis sendiri. Inspirasinya pengen kayak seperti almarhum bung Glenn Fredley yang punya banyak album dengan lagu-lagu yang sangat luar biasa, terutama lagu-lagu galaunya yang banyak disukai orang. Semoga karyaku ini juga bisa seperti itu, bisa menginspirasi dan bisa melanjutkan destinasi lagu-lagu galau ke generasi selanjutnya”, tutur Mahen.

Album “Sebuah Cerita” dari Mahen ini terdiri dari 10 lagu. Berikut judul-judul lagu yang ada dalam album ini beserta penjelasannya trek demi trek :

1.       Pura Pura Lupa

Lagu ini adalah single perdana Mahen yang diciptakan oleh Pika Iskandar dan diaransemen musiknya dengan indah oleh Tito P Soenardi. Lagu ini berhasil menarik perhatian publik dengan lirik yang sederhana namun tepat sasaran. Dengan nadanya yang sendu, lagu bertema ‘Move On’ ini sangat menyentuh hati, apalagi bagi yang mempunyai kisah cinta serupa pasti akan terbawa perasaan atau baper. Lagu ini cukup lama bertengger di chart musik teratas dan menjadi trending hingga dicover banyak orang dalam berbagai versi bahasa. Musik videonya pun sudah ditonton sebanyak 94juta views di Youtube, bahkan lagu ini menjadi lagu yang paling banyak di streaming sepanjang tahun 2020.

2.       Cinta Selesai

Masih dengan genre Pop Mellow, lagu yang kembali diciptakan oleh Pika Iskandar dan diaransemen oleh Tito P. Soenardi ini tampil dengan alunan musik akustik dengan lirik demi lirik yang disampaikan dengan sederhana. Vokal Mahen pun disini terdengar prima dan effortless, menyesuaikan dengan pesan dari isi lagu yang ingin ia sampaikan. Secara isi lagu, lagu ini masih berhubungan dengan lagu “Pura Pura Lupa” dan “Luka Yang Ku Rindu”, untuk itu Mahen rupanya harus menjalani workshop khusus untuk lagu ini, dalam menentukan aransemen musik dan menempatkan penjiwaan yang tepat di lagu ini.

3.       Arloji

Hadir dengan melodi yang chill dan di dominasi permainan gitar akustik dari awal lagu hingga akhir, lagu karya cipta dari Faiz Affandy ini, baik secara lirik dan musik membawa kita pada perasaan lelah menunggu seseorang yang tak kunjung datang, sesuai dengan isi dari lagunya. Memiliki lirik yang ringan, lagu ini sangat easy listening, enak dinikmati kapanpun dan dimanapun kita berada.

4.       It’s Okay To Not Be Okay

Lagu “It’s Okay Not To Be Okay” adalah lagu pertama yang ditulis oleh Mahen sendiri bersama rekan musisinya, Will Mara, yang juga bertindak sebagai Music Arranger di lagu ini. Berdasarkan pengalaman sedih yang dialaminya sendiri, Mahen menuangkannya dalam lagu berlirik bahasa Inggris yang ditujukannya untuk menyemangati orang-orang yang sedang merasakan kesedihan, kekecewaan atau sakit hati. Dalam proses rekaman lagu ini, Mahen dibantu oleh Kamga sebagai Vocal Director, untuk menyanyikan lagu ini dengan pengucapan yang baik dan benar agar pesan dari lagu ini sampai ke hati pendengar.

5.       Luka Yang Ku Rindu

Masih dengan lagu karya cipta dari Pika Iskandar, lagu patah hati yang lirih ini dikemas dengan aransemen musik yang indah oleh Tito P. Soenardi. “Cerita lagu ini adalah flashback dari lagu Pura-Pura Lupa, tentang kisah cinta yang penuh luka, namun luka itu enggak bisa menghapus memori indah yang pernah ada”, ucap Mahen. Permainan piano dan lirik yang deep, Mahen yang dibantu oleh Ayu Purnamasari sebagai Vocal Director, mampu memberikan penghayatan yang luar biasa dalam membawakan lagu ini. Sehingga menjadikan lagu ini memiliki kekuatan tersendiri, bahkan lagu ini menjadi salah satu lagu yang juga banyak dicover di Youtube selain lagu Pura Pura Lupa.

6.       Putus Saja

Ku seperti hujan di matamu, sampai kau harus berteduh menghindariku.. kata jodoh tak berlaku untuk hubungan kita. Kau seperti  duri dalam daging, bersama kita tapi saling menyakiti... Satu lagu patah hati dengan kekuatan lirik yang dalam yang diciptakan oleh Ilham Baso, mampu dinyanyikan dengan baik oleh Mahen. Kita disuguhkan vokal Mahen yang teduh diringi permainan piano yang apik di awal lagu, yang mampu menggetarkan hati kita yang mendengarkan seolah turut merasakan kesedihan di lagu ini.

7.       Foto Lama

Lagu ciptaan Mahen sendiri ini lagi-lagi hadir dengan nuansa galau. Diperkuat dengan notasi-notasi piano dipadu kata-kata yang sendu dalam lirik, lagu yang juga diaransemen oleh Tito P. Soenardi ini cukup menyayat hati. Hadir dengan tempo lambat untuk menegaskan isi lagu yang menggambarkan kesedihan seseorang yang mengenang kisah lama, lagu ini rasanya akan mudah membawa perasaan orang yang mendengarkan karena sangat relate buat mereka yang sedang patah hati.

8.       Seamin Tak Seiman

Bertemakan tentang kisah cinta beda agama, Mahen menulis lagu ini bersama Beraldy Dean. Mereka berdua cukup piawai memainkan kata demi kata dalam lirik lagu untuk menyampaikan pesan dari lagu ini. Secara aransemen musik yang juga ditangani oleh Beraldy Dean ini, mampu mencuri perhatian terutama pada bagian Reff-nya dan lagu ini memiliki klimaks yang membuat kita semangat untuk menikmati lagu ini hingga akhir. Penggunaan liriknya yang cerdas seperti pada bait “Cinta menyatukan kita yang tak sama, Aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam. Berjalan salah berhenti pun tak mudah, Apakah kita salah?” seperti menggambarkan betapa hebatnya perjuangan orang-orang yang sedang mengalaminya. Semoga lagu yang ini bisa memberi kekuatan bagi para pejuang hubungan beda agama.

9.       Datang Untuk Pergi

Salah satu lagu yang berhasil mengharu-birukan perasaan penikmat lagu-lagu patah hati dari Mahen ini, ditulis oleh Pika Iskandar yang bercerita tentang Toxic Relationship. Lagu yang diaransemen musiknya oleh Tito P.Soenardi ini, termasuk lagu yang mudah untuk di ingat di memori kita. Dibuat dengan alunan musik yang indah dengan permainan instrumen string section yang apik, semakin memperkuat emosi yang ingin dibangun dari kisah cinta rumit di lagu ini.

10.   LDR

Sebuah lagu yang dinyanyikan sangat manis  oleh Mahen ini adalah karya cipta dari Faiz Affandy. Kali ini Mahen dibantu oleh Michael JuanDaniel Mantiri dan Banu Setiawan dalam aransemen musik di lagu LDR ini. Lagu yang ringan, melodi yang manis dan lirik yang sederhana tentang hubungan jarak jauh ini, dibawakan dengan sangat easy listening. Memang sedikit berbeda dengan lagu-lagu Mahen lainnya yang cenderung galau, namun lagu ini bisa jadi alternatif untuk didengarkan di waktu-waktu senggang.

Untuk mendapatkan bentuk fisik CD album “Sebuah Cerita” dari Mahen ini sangat mudah, karena sudah bisa didapatkan di semua gerai KFC yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kini seluruh lagu di album ini sudah ada dan bisa dinikmati di semua aplikasi musik digital. Selamat menikmati dan mari kita dukung terus musik Indonesia.

Salam musik Indonesia! (*)

CHEAT CODES MEMPERSEMBAHKAN DEBUT ALBUM HELLRAISERS, PT. 1

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Trio hits Cheat Codes, yang dikenal lewat lagunya “No Promises” (feat. Demi Lovato), telah merilis bagian pertama dari album debut mereka yang terdiri dari 3 bagian, Hellraisers Pt. 1, tersedia di semua platform digital dan layanan streaming. Project dengan sebelas lagu yang inovatif ini memiliki single utama “Lean On Me (feat. Tinashe)” . Hellraisers, Pt. 1 menampilkan grup multi-platinum yang berkolaborasi dengan sesama artis eklektik, termasuk superstar Pop Tinashe dan penyanyi serta penulis lagu alt-pop Spanyol Au/Ra. Album ini juga menyertakan lagu-lagu yang baru saja dirilis, seperti “On My Life,” “Heaven,” “Between Our Hearts (feat. CXLOE),” “Stay (feat. Bryce Vine),” “Washed Up,” “Do It All Over (feat. Marc E. Bassy),” “No Chill (feat. Lil Xxel),” dan “Hate You + Love You (feat. AJ Mitchell).”

Nama album “Hellraisers,” adalah julukan yang diberikan kepada grup oleh mendiang manajer mereka, Michael Theanne, yang meninggal lebih dari setahun yang lalu, menggambarkan gaya hidup mereka yang ceria dan penuh petualangan. Album ini sendiri memiliki tiga bagian dan setiap bagian memiliki musik yang berbeda dengan ciri khas dari setiap anggota. Bagian pertama ini difokuskan pada musik Trevor yang cenderung pop, sedangkan bagian kedua akan difokuskan pada ciri khas Hip-Hop dari KEVI, dan bagian ketiga akan difokuskan pada Dance Music dari Matthew.

Ketiga personil ini menciptakan cerita yang penuh warna dan terasa hidup yang terlihat dari setiap lagu di Hellraisers Pt. 1 yang sangat dipengaruhi oleh musik pop. “Lean On Me” , single utama album ini menampikan Tinashe, akan memikat telinga anda sejak pertama kali mendengarkan. Bassline dan penggunaan elemen perkusi yang berbeda akan membawa emosi dan ambisi lagu ke tengah panggung berkat keterampilan grup ini. Vokal berkesan dari Tinashe andTrevor meningkatkan karya ini ke level yang lebih tinggi. Dengan lirik, “Baby when you’re falling, you can lean on me, when you don’t feel strong, when you don’t believe,” sulit untuk tidak tenggelam di dalamnya. (*)

Exit mobile version