Berisi 8 trek Lagu dan Ini Alasan Prabu merilis Album berjudul “Prabu”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Alamprabu atau akrab disapa dengan Prabu, menjelang tutup bulan lalu merilis album self-titled-nya yang diberi judul “Prabu”.  

“Sudah lama pingin bikin album. Dari dulu sering bikin lagu tapi tidak dipublikasikan. Lama vakum lalu saat kembali ke Indonesia, ketemu teman-teman yang komplain kenapa gak dirilis aja karya-karya lu. Karya seni itu kan sebuah kekayaan intelektual yah, itu yang meyakinkan pada akhirnya untuk publish karya-karya gue,” ungkap Prabu.

Baca Juga : 10 Tahun Berkarya, Tulus Persembahkan Album Berjudul “Manusia”

Album Prabu ini berisi 8 track lagu yang menyuguhkan sesuatu yang lebih untuk di dengar. Prabu menghadir musik dengan berbagai genre didalamnya. Yang menarik di cover album ini adalah pasfoto Prabu saat masih kanak-kanak.

Alasan kenapa album ini diberi nama Prabu, karena orang-orang taunya gue Prabu. Dan nama Prabu adalah nama yang ada di Indonesia, nama yang gampang disebut. Lalu, terkait foto dalam cover album, karena masih anak baru dan inilah music yang apa adanya.

Baca Juga : Menulis Lagu Berdasarkan Mood, Sorenza Perkenalkan Single Terbaru “Sensitive” Bernuansa Pop Atmosferik dan Mellow

Prabu pun meramu lagu-lagu di album ini bersama rekan musisinya, Bally. Meski digarap tidak dalam waktu yang lama, mereka meramu setiap lagunya dengan serius dan ada pengembangan secara aransemen musik disetiap lagunya.

Berharap Patah Hatinya Berakhir, Kaleb J Mirilis Mini Album Berjudul “Melancholy”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Dalam mini album yang dirilis pada akhir tahun 2021 dan diberi judul “Melancholy” ini, Kaleb J berusaha jujur mengungkapkan kegalauan perasaannya yang selalu berujung pada patah hati. 

Dalam mini album yang berisi 5 track lagu ini, adalah hasil dari rangkuman beberapa single yang ia rilis bahkan salah satu single yang berjudul “It’s Only Me” sempat viral di Tik Tok. 

Baca Juga : Grammy Awards Tahun Ini Bakal Ditunda, Ini Alasannya

Kata “Melancholy” ni adalah sebuah kata yang mampu menggambarkan sosok Kaleb J dengan segala hal dan pengalaman yang telah dilaluinya. 

“Sebenernya Melancholy bertema tentang rangkuman kisah-kisah patah hatiku. Dari ceritaku yang selalu ada buat dia, sampai harus ‘menghilang’ dari dunia percintaan untuk sementara waktu,” ungkap Kaleb saat ditanya tentang pemilihan nama dari mini album ini. 

Baca Juga : Sound Engineer Salah Ketik, Justru Dijadikan Judul Lagu Terbaru Oleh Danilla

Seperti yang disebut di atas, mini album ini terdiri dari 5 lagu dimana 3 lagunya merupakan lagu yang telah dirilis Kaleb sebagai single, diantaranya: ‘It’s Only Me’, ‘Now I Know’, dan ‘Tak Mau Sendiri’. Sementara dua lagu baru lainnya berjudul ‘Kebutuhan Hati’ dan ‘Sementara’.

Jika didengarkan secara berurutan, track di mini album ini memang menceritakan perjalanan dari Kaleb J untuk mengerti tentang Cinta hingga akhirnya memilih untuk ‘rehat’ sejenak dari urusan asmara untuk menyembuhkan luka yang ada.

Pemilihan tanggal rilis dari album inipun mempunyai tujuan. Dengan dirilisnya “Melancholy” di akhir tahun 2021 ini, Kaleb berharap semua kegalauannya selesai di tahun ini dan membuat tahun 2022 dia sudah siap melangkah dari kegalauannya selama ini. 

Baca Juga : Wow Lagu “All I Want for Christmas Is You” Menempati Puncak Tangga Lagu Billboard 4 Tahun Berturut-turut

“Setiap cerita patah hati yang kita alami bukan suatu yang memalukan. Malah cerita seperti ini memang harus ada, supaya kita jadi pribadi yang lebih baik,” pesan Kaleb pada pendengar mini albumnya ini.

Dalam pembuatan mini album ini, banyak juga pihak yang ikut terlibat dalam prosesnya. Belanegara Abe dan Abraham Edo ikut terlibat sebagai Composer dan Producer. Vocal Editor oleh Hery Alesis, Mixing oleh Ano Stevano, dan Mastering oleh Dimas Pradipta. [*]

Setelah Penantian Panjang, Akhirnya Julian Jacob Luncurkan Album Pertamanya “Allusion”

WARTAMUSIK.com –Jakarta . Aktor sekaligus musisi asal Indonesia, Julian Jacob akhirnya merilis album pertamanya yang sudah lama dinantikan. Kurang lebih menghabiskan 2 tahun lamanya untuk merampungkan album ini, Julian mengaku ini adalah saat yang sangat menyenangkan baginya karena merilis album pertama ini sudah menjadi impiannya sejak lama.

Diberi judul “Allusion”, album berisi 12 track yang beberapa diantaranya telah dirilis Julian sebagai single.“Aku ga pernah menyangka bisa punya album pertama yang sebagian besar merupakan pengalaman hidup yang kutulis sendiri,” ungkap musisi yang lahir 1 Juli 1994 ini. “Aku juga bersyukur bisa bertemu orang-orang yang baik dan hebat untuk membantuku menyelesaikan album ini dengan baik. I’m totally blessed.”

Nama “Allusion” diambil Julian sebagai judul album pertamanya yang jika di alih bahasakan adalah kiasan. Tentu ini merupakan sebuah referensi yang merujuk pada sesuatu yang lain. Itu jugalah yang berusaha ditampilkan oleh Julian di album pertamanya ini. Semua track dalam album ini, dia kemas menjadi sebuah cerita yang berbeda-beda. Itulah mengapa, di tiap track, Julian menyisipkan pesan yang berbeda-beda pula.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak pihak telah ikut membantu Julian Jacob dalam merampungkan albumnya ini, diantaranya: Weirdudes, Gamaliel Tapiheru, Tarrarin, Ayu Purnamasari, Reyner Ferdinand, dan nama-nama luar biasa lainnya. Album dari Julian Jacob ini juga melalui proses Mastering oleh Steve Corrao dari Sage Audio.

Julian Jacob berharap lagu-lagu yang di album ini sesuai dengan pesan yang ingin dia sampaikan yaitu untuk memberikan sesuatu yang positif karena tiap orang dalam kehidupannya pasti pernah jatuh, terpurukm atau moment yang tidak menyenangkan di kehidupan mereka. “Semoga karyaku ini bisa menemani mereka di setiap fase kehidupan tadi sampai mereka siap untuk kembali bangkit,” kata Julian.

Dia-pun mengatakan dengan mendengarkan album ini, penikmat musik akan merasa lebih dengan dengan Julian sebab cerita yang dia sampaikan lewat album ini memang adalah cerita pribadinya. “Aku juga yakin album ini bisa memotivasi dan menginspirasi orang-orang lewat karya yang kubuat,” pungkasnya. (*)

Rilis Album Digital “10.20.21” JAVATTA Mengingatkan Kenangan 20 Tahun Silam

WARTAMUSIK.com – Jakarta. AFE RECORDS merilis sebuah band rock bernama JAVATTA, sebuah band yang mengusung genre Glam Rock, tidak tanggung – tanggung tidak hanya sekedar merilis single lagu yang berjudul “NAIK TINGGI” tapi AFE RECORDS juga membuatkan album Digital yang bertajuk “10.20.21”.

JAVATTA terdiri dari musisi – musisi yang sudah banyak asam garam di dunia musik, rock, di Vocal ada Atta seorang penyanyi yang memiliki karakter seperti axl rose, Alung Wenges di guitaris yang sudah lama mengisi band-band rock, Jimmy Saerang di bass yang betot-an bassnya tidak perlu diragukan lagi, Ade Regar Drummer kawakan yang pengalamannya ngga perlu diragukan lagi, dan Hendy Ahmad di Keyboard yang dahulu di rekrut karena kamampuanya di atas panggungg terbukti beberapa kali menjadi keyboardist terbaik di festival – festival rock.

20 tahun lalu Ade Regar, Atta, Jimmy Saerang dan satu temanya lagi membuat sebuah band rock yang bernama Illusion Park, Band ini sangat terkenal di komunitas dan penikmat musik rock di medan, sudah banyak panggung di isi dengan hentakan musik dari Illusion Park, waktu berlalu mereka merekrut Hendy Ahmad untuk mengisi posisi keyboard yang kosong saat itu, “saat itu bang ade, aku dan jimmy merekrut hendy ini karena dia berhasil menjadi Keyboardist terbaik se-sumatera utara di festival rock Log Zhelebour selain itu Hendy ini masa kecilnya selalu menonton konser-konser illusion park di masa kecilnya” Kenang Atta.

Illusion Park kemudian vakum di tinggal beberapa personilnya hingga suatu ketika sekitar tahun 2010 – 2011 mereka kembali bertemu, kemudian bikin proyek band tribute, saat itu yang mereka bawakan adalah lagu-lagu Gun N Roses, mengalami pasang surut hingga sekarang, hingga suatu saat mereka bertemu ingin buat proyek-proyek cover di Youtube, “Naah saat itu kita lagi kumpul di mini studio rumahnya atta, tiba-tiba hendy nanya sedang dimana, kami bilang llagi ngumpul di rumah atta, singkat cerita menyusul hendy ke rumah atta, ketika dengar rencana proyek kami, hendy bilang sekalian aja kita buat musik yang bener bikin album, nanti rilisnya di AFE Records, ya denger itu ya tentu saja kami menyambut dengan baik, dan terlahirlah album 10.20.21” Cerita Ade Regar sang drummer.

Yang unik Hendy Ahmad adalah Eksekutif Produser di AFE Records, tentunya hal ini diluar perkiraan bahwa seorang eksekutif produser AFE Records adalah seorang musisi rock yang bahkan prestasinya di panggung festival – festival rock tak perlu diragukan, tentu saja keputusan untuk memproduksi JAVATTA lebih keputusan yang memorabilia, “album 10.20.21 adalah hadiah untuk kami, setidaknya kami yang tidak muda lagi ini masih bisa membuat sebuah karya yang sesuai passion kami, dan ini sebuah proyek untuk mengenang masa – masa indah kami diatas panggung dimana saat itu yang kami pikirkan hanya perform diatas panggung, aku ingin memiliki kenangan itu kembali bersama abang-abangku ini” Jelas Hendy Ahmad.

10 Lagu langsung di produksi oleh JAVATTA, hampir semua adalah karya dari sang vokalis Atta, untuk aransemen di pimpin langsung oleh Alung Wenges, “Supaya aransemennya tidak terlalu kami yang dahulu jadi kami mendaulat Alung untuk mengarahkan kami dalam aransemen, agar tidak terbawa bayang-bayang band kami dahulu, karena ini adalah semangat baru dari Javatta” Ujar Jimmy Saerang.

Album “10.20.21” memiliki makna tersendiri bagi JAVATTA, “seperti yang sudah dibilang Hendy sebelumnya bahwa album ini hadiah untuk kami yang telah 10 tahun berkarya menggunakan nama JAVATTA di panggung – panggung rock Indonesia” Jelas Atta Sang Vokalis.

Pemilihan lagu “NAIK TINGGI” sebagai single lagu pertama dari album “10.20.21” merupakan harapan dari setiap personil JAVATTA yang berharap mereka bisa meraih tempat tertinggi di hiruk pikuk industri musik yang jarang mengenal musik rock dan tidak turun lagi, “ini doa dan harapan kami semua” Ujar Ade Regar yang dituakan dalam formasi JAVATTA yang sekarang ini. (*)

Berbagi Kebahagiaan, SIVIA Luncurkan Mini Album CAMELLIA

WARTAMUSIK.com – Jakarta.  Berjarak satu tahun sejak kelahiran album perdana LOVE SPELLS, kini SIVIA kembali melahirkan mini album di tengah tahun 2021. Setelah mendapatkan berbagai respon positif, penyanyi belia berusia 24 tahun ini semakin bertekad untuk membagikan proses pendewasaannya secara pribadi dan bermusik melalui karya teranyarnya.

CAMELLIA, menjadi tajuk dari mini album SIVIA yang telah dibuka oleh dua lagu di awal tahun ini, diantaranya Are You My Valentine? dan Serene. Mini album ini berisi lima lagu dengan Lifeline sebagai sorotan utamanya. 

Nama CAMELLIA tercipta dari bunga Camellia yang ditafsirkan sebagai simbol cinta, kasih sayang, dan kekaguman. Sebagaimana pengambilan nama tersebut, SIVIA tujukan sebagai tanda proses dari perasaan yang ia miliki. 

Mini album ini bercerita tentang perasaan yang aku miliki. Berangkat dari kasmaran, mini album ini secara keseluruhan isinya happy songs, tapi dikemas dengan mood yang berbeda-beda.” Tutur SIVIA.

Dalam proses pembuatan CAMELLIA, penulisan lagu sepenuhnya dilakukan oleh SIVIA. Ia juga kembali bekerjasama dengan Iwanpopo selaku produser dan komposer. Menurutnya, Iwanpopo mampu menerjemahkan harapan musik, serta suasana yang ingin ia bangun seperti pada karya sebelumnya. Karenanya, ia kembali mempercayakan Iwanpopo dalam penggarapan mini album terbarunya. 

Mini album ini dianggap sebagai karya lanjutan dari album perdananya, yang ditandakan sebagai hasil dari proses pendewasaan SIVIA.

CAMELLIA adalah hasil dari proses yang pernah aku lewati. Semua keresahan yang aku punya. Mau itu terhadap hubunganku di masa lalu, atau pun prosesku sama diri SIVIA yang dulu.” Jelas SIVIA.

Pesan yang berusaha disampaikan melalui CAMELLIA turut membuat SIVIA untuk memperhatikan berbagai aspek yang disajikan dalam mini album terbarunya. Bukan hanya pada materi penulisan, tetapi juga dalam pemilihan anseremen musik di setiap lagunya. Disajikan dengan warna musik yang berbeda, CAMELLIA dengan sentuhan yang lebih personal, tenang, serta terasa dekat mampu menampilkan sisi dewasa dari SIVIA dalam bermusik.

CAMELLIA dapat dinikmati secara resmi pada 17 September 2021 di berbagai layanan streaming musik bersamaan dengan video lirik dan visualizer dari Intro, Butterfly, dan Lifeline di kanal YouTube SIVIA. Sebagaimana pengharapan SIVIA, semoga karya inimampu menemani serta menjadi penenang setiap para pendengarnya. (*)

10 Track Nan Eklektik Album THE PANTURAS Yang Bertajuk “OMBAK BANYU ASMARA”

WARTAMUSIK.com –Jakarta.  Akhirnya kapal Ombak Banyu Asmara berlabuh juga di dermaga terakhirnya: di kuping kalian, tempat kita semua tenggelam ke dalam pusaran dendang rock selancar kontemporer, album penuh kedua The Panturas yang lentur menjelajahi pelbagai dimensi perangai manusia. Dari timur mereka berlayar ke barat, memikat dengan cerita dan deras eksplorasi terhadap pembastaran tradisi musik Dick Dale. The Panturas keluar dari bentuk konvensional guna menemukan otentisitas yang tidak ditemukan di kebanyakan band surf rock yang beredar lainnya, hingga menghasilkan sebuah album eksplosif yang matang lagi kaya dan menantang.

“Kami menyebutnya kelab rock selancar kontemporer yang berbasis pada garage rock dan percampuran unsur punk,” cetus bassis Bagus ‘Gogon’ Patria menjelaskan visi musikal The Panturas.   

Album ini dibuka oleh komposisi instrumentalia berjudul Area Lepas Pantai, The Panturas memberi transisi sempurna dari polosnya debut Mabuk Laut menuju sepuluh lagu yang secara aransemen digubah rancak menuturkan ragam budaya yang tersaji di setiap nomor album ini. Seperti dikatakan dramer Surya ‘Kuya’ Fikri Asshidiq, bahwa mereka telah merambah pengaruh-pengaruh musikal lebih lebar, “Kami banyak mendengarkan referensi baru di luar wilayah surf music puritan, semisal Takeshi Terauchi atau Yanti Bersaudara. Ombak Banyu Asmara coba mendobrak kebiasaan yang sudah pernah Panturas lakukan sebelumnya. Kami tidak ingin tertebak.”

Benar saja. The Panturas menciptakan dunia kecil di atas kapalnya. Ketika menceritakan seorang bandit penipu di perantauan dalam lagu Tipu Daya, mereka melukiskannya lewat corak melodi calypso Karibia yang perkusif dengan harmonisasi koor vokal ala Wilmoth Houdini bergitar fusion Turki dan rock selancar Jepang. Kemudian muncul kisah tragis tentang Jim Labrador seorang preman fiktif yang DNA karakter penokohannya dicomot dari Hercules, Anwar Congo, dan Sugali. Atau Balada Semburan Naga yang mengawinkan unsur oriental Mandarin dengan gambang kromong di mana Adipati, vokalis band hc/punk TheKuda diundang sebagai tamu duel bagi penyanyi Abyan ‘Acin’ Zaki Nabilio dan sukses mengimpersonifikasi selera humor cablak Benyamin S. 

Jurus duet selanjutnya hadir pada nomor pamungkas berjudul Masalembo, menggamit Nesia Ardi dari NonaRia yang bernyanyi genit bak June Carter menaklukkan karnival broadway. Terasa sinematik lagaknya begitu belalai seksi brass lagu itu diliukkan, satu lagi kredo imajinatif diberikan kepada The Panturas dalam hal kemampuan mereka menggoda-gado hibrida. Termasuk unsur Sunda di lagu Menuju Palung Terdalam dan keroncong gipsi di lagu Tafsir Mistik, serta sebundel tembang instrumental lain; Menuju Palung Terdalam, Intana, dan Ombak Banyu Asmara. Semua eksplorasi tersebut lantas dilengkapi sebuah lagu pop bergaya sengau yang nantinya akan dibuatkan film pendek berjudul All I Want yang akan dibintangi oleh Prisia Nasution, Dimas Danang, dan Tio Pakusadewo.      

Di balik segala pencapaian maksimal album Ombak Banyu Asmara tidak bisa dilepaskan dari supervisi sang produser, Lafa Pratomo. Hasrat artistik The Panturas pun dapat terakomodasi dengan baik, membantu mereka menemukan keseimbangan perihal ego aransemen, eksperimen maupun kesempurnaan tata suara yang tersaji. Album ini membuktikan satu hal penting bagi kelanjutan arah musikal The Panturas: integritas mereka dalam menemukan orisinalitas. Tidak hanya itu, demi kampanye menyeluruh The Panturas akan mendukung album ini dengan menggelar grafiti mural di 5 kota oleh seniman Arnis Muhammad sebagai usaha untuk mengembalikan geliat artistik langsung penetrasi ke ruang publik.

Ombak Banyu Asmara serentak terbit di semua wadah digital pada 10 September 2021, dan segera menyusul deluxe album fisiknya via La Munai Records.(*)

The Melting Love, Interpretasi Mimpi Will Mara Sebagai Musisi

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sejak kembali ke Indonesia dan berkomitmen untuk fokus di industri musik, Will Mara tidak pernah main-main dengan konsistensi karyanya. Memulai karirnya secara independen di Indonesia, melahirkan karya-karya musik yang khas membuat Will Mara semakin diperhitungkan sebagai salah satu musisi muda berbakat. Bukan hanya karya yang dibawakan oleh dirinya sendiri tapi juga beberapa musisi ternama di Indonesia. Dan akhirnya, Will Mara melahirkan album EP bertajuk The Melting Love, sebagai wujud utuh karyanya sebagai musisi.

Sebelum merilis The Melting Love, Will sudah lebih dulu melempar beberapa single seperti Chocolate dan Detox yang juga masuk dalam album The Melting Love. Beberapa lagu lain yang masih dalam rangkaian cerita The Melting Love adalah Summer Dreams, Ice Cream, Fun & Games dan Neverland bersama Daniella Kharishma. “Perumpamaan yang diambil dalam EP ini menceritakan relasi seperti makanan manis seperti es krim dan coklat, yang jika terlalu panas akan meleleh, dan menjadi tidak nyaman seperti bentuk sebelumnya. Itulah cerita EP The Melting Love, yang dimulai dengan cinta yang bahagia, lalu menjadi tidak nyaman karena panasnya emosi tersebut.” Ujar Will Mara.

Will Mara semakin percaya diri dan berharap karya-karya musiknya semakin banyak diterima oleh para pendengar terlebih setelah ia melewati beberapa pengalaman bermusik bersama beberapa musisi Indonesia. Sebut saja beberapa karyanya yang cukup diperhitungkan seperti Blue Jeans bersama Gangga, It’s Okay To Not Be Okay bersama Mahen,Fairytale bersama Kevin Hugo dan beberapa karya lainnya bersama Diastika dan Raissa Anggiani. Sebagai produser musik, Will juga konsisten dan produktif menciptakan kolaborasi dengan beberapa musisi yang masih dirahasiakan.

Optimisme Will Mara dengan musik yang diciptakannya memang bukan mimpi yang sulit diwujudkan. “Sebelum saya memulai karir saya menulis lagu bahasa Inggris di Indonesia, banyak orang yang berkata bahwa lagu-lagu tesebut tidak menjual di dalam negri” Kata pria kelahiran Jakarta tersebut. Melihat dinamika musik di Indonesia yang semakin luas dengan audiens yang semakin beragam juga, “Saya berharap semakin banyak orang Indonesia dan luar Indonesia yang menyadari banyaknya karya-karya luar biasa dari dalam negri, dan saya berharap bisa menjadi salah satu dari pencipta lagu yang menciptakan karya-karya luar biasa tersebut.” Ujar Will Mara.

The Melting Love sudah bisa dinikmati di seluruh kanal digital seperti Spotify, Apple Music, YouTube dan lainnya sejak 10 September 2021. Dengan cerita yang kompleks dan relevan, pilihan tepat jika para pendengar mulai memasukkan lagu-lagu Will Mara atau album EP The Melting Love dalam playlist yang menemani sehari-hari. (*)

“Bercumbu” EP Perdana Mariani Oelong Berkisah Harmonisasi Kehidupannya

WARTAMUSIK – Jakarta. Sebagai seorang musisi keturunan Tionghoa, Mariani yang memiliki ciri khas suara sinden dengan nuansa etnik Jawa, dia ternyata juga tertarik dengan dunia travelling terutama mendaki gunung. 

Bahkan, Mariani sering meluapkan pandangannya dalam sebuah puisi. Hal ini yang membuat Mariani memantabkan diri mengembangkan puisi-puisinya yang berdasarkan pengalaman pribadi ke dalam bentuk lagu.

Baca Juga : Solois Rendy Pandugo Rilis Single Digital terbarunya “Morning Light”

Lagu-lagu tersebut kemudian dirangkai oleh Mariani ke dalam sebuah EP perdana berjudul “Bercumbu”. EP ini menceritakan tentang “Bercumbu” menceritakan tentang krisis seperempat kehidupan yang dilalui oleh Mariani. 

Dalam perjalanan kehidupannya, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam emosi, terutama saat menginjak usia 25 tahun. Keputusan-keputusan hidup sekaligus pengalaman yang dialami sering kali membuat banyak manusia mengalami kesedihan yang bertubi-tubi. 

Baca Juga : FLØRE Rilis Single Ketiga ‘Cigarette’, Yang Diambil dari album EP Terbarunya ‘Romaniac’

Mariani sendiri kini telah berhasil menemukan solusi akan hal tersebut melalui kegiatan travelling yang dia lakukan. Lewat pengalaman tersebut, Mariani percaya bahwa

kejutan akan selalu datang dan berjuang untuk menjalani hidup setiap hari adalah anugerah yang indah. 

Dalam pembuatan EP tersebut Mariani turut dibantu oleh beberapa musisi seperti di antaranya Vinson Vivaldi sebagai pengisi Musik, Petra Sihombing sebagai pengisi Gitar dan Penulis Lagu, dan Yosua Jose sebagai pengisi Perkusi. Vinson Vivaldi juga menjadi Produser EP milik Mariani ini, Mixing oleh David Erdi dan Mastering oleh Ibo.

Baca Juga : Gambaran Sudut Pandang Kehidupan Saat Ini di Singel terbaru Chiki Fawzi, Berjudul ‘Bandara’

Lewat EP Perdananya ini, Mariani ingin menyampaikan bahwa tiap manusia akan selalu menghadapi masalah, mulai dari percintaan, teman, atau bahkan dengan dirinya sendiri.

Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Jadi, menurut Mariani, mencari solusi dan bangkit kembali untuk menghadapi liku-liku dunia adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. [*]

Langkah Awal Bermusik, GANGGA Ajak Pendengar Berproses Bersama

WARTAMUSIK.com – Jakarta. GANGGA, solois muda berbakat yang terinspirasi dari sang ibu dan lingkungannya sejak dini, menemukan minatnya untuk berkarya di industri musik dan menekuni bakat yang ia miliki. Ia mengaku, keluarga dan lingkungannya turut bermain peran dalam perjalanannya bermusik hingga hari ini.

Main musik terdorong karena lihat ibu dan lingkungan waktu kecil, tapi pada akhirnya bisa sejauh ini karena balik lagi dari minat diri sendiri.” Ucap GANGGA.

Pada perilisan single keduayang bertajuk Blue Jeans di tahun lalu, GANGGA memperoleh respon positif dari para pendengar, tidak hanya di Tanah Air, tetapi juga membuka potensi pendengar di luar Indonesia. Hal ini divalidasi dengan adanya dukungan editorial playlist di banyak negara, seperti Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Taiwan, Jepang, Hongkong, dan masih banyak lagi. Respon tersebut kian memotivasi dirinya untuk terus menyajikan karya-karya teranyarnya, terlebih karya yang ia hasilkan berdasarkan pada pengalaman pribadinya.

Memasuki tahun kedua sejak menjajaki industri musik, kini GANGGA mengajak para pendengarnya untuk berproses bersama dengan mempersembahkan album perdananya di tengah tahun 2021. Album perdana GANGGA telah dibuka dengan tiga singles pertama, yaitu Forever, Whiskey Bottle dan Waiting for You.

Sebagaimana dirinya memberikan tajuk It’s Never Easy sebagai album perdananya. It’s Never Easy mengisahkansebuah proses dari seseorang yang tengah berupaya melupakan masa lalu yang ia miliki.

Selain menjadikan pengalaman pribadinya sebagai ide cerita dari tiap lagu di album perdananya, GANGGA mengaku bahwa It’s Never Easy merupakan mediumnya dalam mengomunikasikan kesedihannya dengan dirinya sendiri.

It’s Never Easy yang digarap sejak Februari 2021 melahirkan 10 buah lagu dengan This Love Will Never End sebagai lagu sorotan utamanya.

Buat gue, This Love Will Never End ini adalah bukti bahwa kekuatan cinta itu besar. Lagu ini jadi salah satu yang paling bisa menceritakan album ini secara keseluruhan.” Ungkap GANGGA.

Pada album perdananya, GANGGA turut melibatkan Petra Sihombing, Mohammed Kamga, Ankadiov, Will Mara, hingga Eky Rizkani (Reruntuh). Dalam pembuatannya, GANGGA sangat menikmati setiap proses kolaborasi di dalamnya. Ia mengaku, nama-nama tersebut mampu membantunya dalam mewujudkan It’s Never Easy sesuai dengan visinya.

Dengan gaya musik Pop Soul yang melekat pada GANGGA, It’s Never Easy juga menawarkan sentuhan Jazz Chord Progression sebagaimana referensi musik yang ia peroleh sejak tumbuh dan berkembang.

Dalam albumnya, GANGGA seolah memberikan gambaran akan seorang laki-laki yang tengah berproses dalam melupakan suatu hubungan yang kian berlalu. Penggambaran tersebut ia turut sisipkan dalam lagu pembuka dan penutup pada album It’s Never Easy.

Lagu pertama dan terakhir itu gue jadikan sebagai lagu pengenalan dan penutup cerita. Kalau mengalami perpisahan di suatu hubungan, laki-laki biasanya suka denial di awal, padahal ujungnya sebenarnya butuh dan begitu adanya.” Jelas GANGGA.

Dengan kata lain, GANGGA mengajak para pendengarnya untuk mewajarkan dan menikmati proses kesedihannya di setiap perpisahan, utamanya ia peruntukkan pada para laki-laki yang tengah patah hati.

Album perdana GANGGA, It’s Never Easy, akan dijadwalkan rilis secara resmi pada 27 Agustus 2021 di berbagai layanan streaming musik bersamaan dengan album visualizer pada kanal YouTube. Selain itu, video lirik dari tiap lagu dapat segera dinikmati per tanggal 27 hingga 31 Agustus 2021 dan turut disertai dengan sesi Into My Room setiap Rabu mulai dari 1 September 2021.

Tidak hanya akan diriliskan di dalam negeri, album perdana GANGGA juga akan dipromosikan di Asia Tenggara, utamanya Malaysia, Singapura, Filipina, dan juga Amerika Serikat.

Langkah awal bermusik ini akan menjadi awal dari perjalanan GANGGA. Melalui langkah awalnya, GANGGA berharap karyanya dapat mendatangkan lebih banyak pendengar, di dalam maupun di luar Indonesia. Album perdana ini diharapkan pula mampu menemani dalam berproses, mau pun melengkapi hati  para pendengarnya. (*)

Lagu “Langit Favoritku” Menjadi Trilogi Semesta Cerita Teddy

WARTAMUSIK – Jakarta. Langit Favoritku merupakan rilisan pembuka dalam rangkaian Trilogi persembahan dari Teddy Adhitya yang terdiri dari tiga lagu yang saling bertautan.

Di lagu ini Teddy bercerita tentang proses untuk berdamai dengan memori dan kenangan melalui proses merayakan rasa. Kesadaran bahwa terdapat sebuah pembelajaran kehidupan di dalam setiap peristiwa yang terjadi. 

Dari pembelajaran tersebut kita bisa memulai merayakan rasa. Semua rasa yang kita dapatkan dari kenangan-kenangan yang kita punya. 

Baca Juga : Kisah Hidup Rinni Wulandari Yang Tertuang Jujur Lewat Album “Skins”

“Langit Favoritku” adalah hasil kontemplasi diri yang terlahir berdasarkan pengalaman pribadi saat Teddy melewati fase kehidupan yang cukup berat dengan masalah-masalah yang datang bertubi-tubi. P

roses penulisan lagu ini dimulai ketika Teddy menyepi selama dua bulan di Bali pada awal tahun 2021. Menjadi perkenalan karya perdananya dalam Bahasa Indonesia, Langit Favoritku adalah perumpamaan tentang sesuatu yang indah dan nyaman.

Baca Juga : Gugah Semangat Persatuan Dalam Menjalani Kesulitan, Cinta Wirawan Rilis ‘Kita Bersama’

Teddy Adhitya adalah seorang storyteller, penyanyi, penulis lagu, produser musik, dan pengembara yang merintis karir bermusiknya sejak tahun 2008. Di tahun 2016, Teddy merilis single pertamanya sebagai solois berjudul “In Your Wonderland”.

Semenjak itu, Teddy sudah merilis dua buah album yaitu “Nothing is Real” (2017) dan “Question Mark” (2019). Langit Favoritku dapat dinikmati di berbagai platform musik digital di tanggal 25 Agustus 2021. (*)

Exit mobile version