noui Rilis Single Keduanya ‘ hometonone’

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah sebelumnya merilis “everytime we fall”, noui baru saja merilis single keduanya “hometonone” pada 13 Agustus 2021 bersama Wonderland Records/Universal Music Indonesia. Dengan sedikit sentuhan filosofi dalam musiknya, ia berharap dapat memberikan semacam harapan dan kebersamaan bagi para pendengarnya, atau bahkan mengubah cara mereka hidup dan memandang sesuatu melalui musiknya.

Oleh karena itu, ia selalu memasukkan makna tersembunyi dalam lagu-lagunya, terutama tentang kebenaran keberadaan, momen, dan kegilaan, seperti dalam single sebelumnya “everytime we fall”. Melalui single “hometonone”, noui bernyanyi tentang menemukan arti rumah dan menemukan pelipur lara dalam ketidakpastian. Hidup seringkali memberi kejutan, terkadang menghasilkan hasil yang tidak diinginkan. Orang mungkin merasa seolah-olah mereka tidak memiliki rumah ketika mereka dipaksa untuk menyendiri, dan di momen itulah mereka akan mulai menemukan arti dari apa pun yang membuat seseorang merasa betah.

Ketika seseorang mulai menjelajah ke hal yang tidak diketahui dan menyadari betapa kecilnya mereka dibandingkan dengan gagasan itu, seseorang mungkin mulai bertanya-tanya apa itu rumah. Apakah itu surga, apakah itu tujuan akhir, apakah itu sesuatu yang nyata? Akankah sesuatu membawamu pulang di penghujung hari? Mungkin. Mungkin tidak. Dan menemukan kedamaian di dalamnya.

Setelah merilis “hometonone” dan menerima tanggapan yang baik dari pendengarnya, noui telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu total streaming. Dan sekarang, noui memutuskan untuk memberi pendengarnya getaran baru untuk menikmati “hometonone”, yang merupakan versi stripped.

Ditulis dan disusun oleh noui sendiri, yang sentimental dan penuh perasaan, dan juga dengan getaran baru dan versi yang lebih menenangkan, “hometonone (stripped version)” adalah lagu yang sempurna untuk didengarkan untuk malam-malam tanpa tidur dan saat-saat merenung saat anda tersesat di pikiran. (*)

15 Penampil Fase Pertama Di FLAVS Festival 2021

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Kabar gembira kembali diumumkan oleh FLAVS 2021 — A Hip Hop, Soul, R&B Festival melalui lini media sosial pada sabtu malam lalu (2/10/2021) dengan mengumumkan sejumlah nama artis penampil nasional yang akan tampil pada perhelatan akbar tanggal 30 -31 Oktober 2021 mendatang.

Sejumlah 15 nama musisi dan rapper hiphop, soul r&b yang diumumkan pada fase pertama pengumuman, mereka adalah: Asep Balon X Fiksi X Udin And Friend seorang rapper Majalaya yang melanglang buana hingga ke negeri Jepang dan Dubai; Batik Tribe yang adalah grup hip hop yang berisi 4 orang, diantaranya Della MC (Havis), Cool B, Wizzow, DJ S-Tea; Cantika Abigail seorang penyanyi solo soul r&b, dan juga merupakan bagian dari grup musik GAC; Dhira Bongs penyanyi, pencipta lagu, sekaligus produser musik asal Bandung; D.P.M.B duo rapper legendaris yang terdiri dari M.2.M.X dan Donnero asal Jogja; EvilDope yang adalah duo DJ turntablis yang adalah moniker DJ E-One dan Danger Dope; Gunz yang adalah seorang rapper asal Sorong – Papua Barat; KeilandBoi seorang rapper asal Maluku Tenggara; Kojek Rap Betawi seorang seniman muda betawi yang mengakulturasi musik hiphop dengan budaya Betawi.

Lalu ada Laze, rapper muda bersinar dengan kepiawaian bermain lirik dan wordplay, dan baru merilis album kedua bertajuk Puncak Janggal; Mario Zwinkle rapper muda jagoan asal Jogja yang baru melepas album Soul Plane; M. E Voices adalah grup pop r&b yang mempopulerkan lagu “Inikah Cinta” pada era 90an; Nartok rapper asal kota Medan yang baru saja merilis album bertajuk Dao; Rahmania Astrini penyanyi solo soul r&b; serta the one and only Tuan Tigabelas.

Gelaran malam puncak FLAVS Festival di tanggal 30-31 Oktober 2021 akan turut menghadirkan puluhan musisi hip hop, soul, r&b terbaik dan terkurasi dari berbagai daerah dan komunitas di Indonesia yang akan diumumkan secara spesial pada pengumuman fase berikutnya. (*)

Keberanian Baru Idgitaf dengan Single “Takut”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Berapa pun usia seseorang pernah merasakan takut dalam hidupnya. Sebesar apapun ketakutan yang dirasakan merupakan sesuatu yang manusiawi. 

Penyanyi sekaligus penulis lagu, Idgitaf menangkap fenomena rasa tidak berani yang pernah ia rasakan atau mewakili perasaan banyak orang dengan merilis single berjudul “Takut”. 

Sebenarnya, lagu ini sudah pernah dibocorkan via media sosial delapan hari setelah ia menginjak usia ke-20 tanggal 15 Mei 2021. Usia yang membuat Gita tersadar tentang banyak hal dalam merefleksikan segala bentuk kekhawatiran. 

Tadinya lagu tersebut dibuat untuk senang-senang. Namun, tak disangka mendapat sambutan baik dari para pengikut hingga Gita memutuskan untuk meresmikannya.

“Aku melihat banyak yang masih komentar di unggahan video Takut. Sampai sekarang juga masih banyak yang menandainya di Instagram. Aku merasa ini panggilan. Kayak udah terlalu banyak yang resonansi sama lirik lagu ini,” kata Gita.

Pembuatan lirik lagu “Takut” dilakukan saat ia pergi liburan bersama keluarga untuk merayakan ulang tahun. Gita mendapatkan inspirasi menuliskan lirik dengan duduk berlama-lama di tepi pantai sambil menghayati suara ombak memecah dari gelap sampai pagi semakin terang.

“Tiba-tiba ada saat yang begitu hening. Sampai aku hanya mendengar nafasku sendiri. Aku mendapat inspirasinya dari momen itu. Terus aku ketemu kalimat, ‘Aku tetap bernafas, meski sering tercekat. Aku tetap bernafas, meski aku tak merasa bebas’,” ungkap Gita mengenai ide lirik lagunya.

Kekhawatiran Gita saat menginjak usia 20 tahun menjadi hal yang lumrah yang juga dirasakan para remaja, bahkan tak mengenal usia di setiap fase kehidupan mereka. Gita pun menganggap manusia itu perlu merasa takut. Maka, lagu “Takut” diciptakan sebagai cerminan dan bisa menjadi refleksi diri bagi siapapun. 

“Enggak ada satu pun yang lebih berani dari yang lain. Tapi semua orang berhak memiliki rasa takut. Ketika merasa benar-benar sudah sesak dan capek. Di lagu ini, aku berharap pendengar juga menormalisasikan kekhawatiran dan ketakutan sebagai bagian dari perjalanan hidupnya.”

Gita tetap memercayai Ezra Mandira ‘HIVI!’ menjadi produser musik untuk single barunya ini. Ia menganggap Ezra bukan sekadar musisi, melainkan seperti kakaknya sendiri. 

“Kak Ezra tidak hanya menjadi produser, tidak hanya menjadi Ezra ‘HIVI!’. Tapi juga menjadi sosok kakak karena dia juga punya adik yang seumuran aku. Jadi, dia tau bagaimana cara mengayomi aku seperti memperlakukan adiknya. Aku ngerasa dia juga ngedengerin cerita aku sebagai seorang adik tidak hanya sebatas sebagai produser,” jelas Gita.

Sesuatu yang berbeda di single baru Gita, yaitu mengenai pemilihan aransemen musik. Semula di video yang diunggah via Instagram, ia bernyanyi menggunakan gitar. Kemudian Gita berpikir untuk menggantinya dengan piano, sentuhan biola, dan strings section untuk mendapatkan kesan yang intim.

Perilisan single “Takut” juga didukung video musik yang siap beredar tanggal 14 Oktober 2021 melalui kanal YouTube Idgitaf. Gita yang memerankan langsung videonya demi mempresentasikan isi pikirannya dengan mengambil lokasi syuting di area transportasi umum.

“Cuma pengin menunjuki aku bertemu banyak sekali orang. Setiap harinya mereka berlalu lalang untuk berkantor atau melaukan kegiatan lain. Mereka belum tentu bertemu orang yang sama keesokan harinya.” 

Gita menceritakan, di videonya pasti banyak orang yang takut dan ada juga yang memikirkan hal yang sama sepertinya.

“Selama perjalanan di video, aku cuma benar-benar berjalan dan bernyanyi. Aku memvisualisasikan kegiatan yang dilalui mayoritas masyarakat Jakarta dengan harapan akan menambah rasa intim dan sense of familiarity,” tutup Gita. (*)

‘Dancing On My Heart’ Menjadi Lagu Terbaru Penyanyi Pop Cmagic5

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Memiliki vokal yang kuat dan bersemangat, artis asal Kanada yang sedang naik daun Cmagic5 kembali dengan lagu pesta baru yang memperkuat posisinya sebagai salah satu artis yang harus diperhatikan dalam dunia musik pop. ‘Dancing On My Heart’ menceritakan cerita yang sering kita dengar ; perjuangan seseorang untuk move on dari kekasihnya di masa lalu yang terus menerus dating dan kembali untuk menemukan kesempatan agar kita membiarkannya masuk kembali dalam hidup kita.

Penyanyi serta penulis lagu ini membagikan ceritanya mengenai lagu ini ; “This track emphasizes the ‘moving on’ phase after falling out of a relationship and the frustration that develops when you’re avoiding falling in love with the same person all over again, knowing they’re not the one for you. but hey, it happens! In a fun and playful way, it’s all about holding your ex responsible for your inability to move on,”.

Lagu ini ditulis seluruhnya hanya melalui satu sesi Zoom di tengah pandemi global, ‘Dancing On My Heart’ adalah kolaborasi pertamanya dengan penulis lagu papan atas, setelah merilis album debutnya yang ditulis sendiri, ‘Ready to Run’.

“The songwriting process for this track was unlike any of my previous releases. It definitely is one of my favorites and showcases my artistic evolution,” tambahan dari pemain triple-threat yang berbasis di Toronto ini. Dipenuhi dengan perkusi bergaya rock dan gitar elektrik live, lagu ini dibangun dengan syair gitar yang halus dan santai lalu kemudian menjadi chorus yang eksplosif dan memikat, meningkatkan energi lagu ini ke tingkat yang baru.

Ia menambahkan bahwa salah satu bagian paling menarik dari lagu ini adalah penggunaan suara dari ‘leaf blower’ yang direkam oleh salah satu produsernya dalam perjalanan ke tempat kerja. “Once he played it for me, I immediately knew we needed to incorporate that cool sound! For fans of Dua Lipa, The Weeknd, and Ariana Grande, this power pop track is certainly up your alley.”

Lagu ini memiliki video musik yang keren yang menangkap selera fashion Cmagic5 yang unik. Ditemani dengan kru penari, video musik ini akan menampilkan dance chops-nya untuk pertama kali. (*)

Dalam Single Debut ‘27’, GR Yunk Bahas Tentang Konspirasi

WARTAMUSIK.com _ Jakarta. Industri musik Hip-Hop dan Rap di Indonesia semakin berkembang dengan menghasilkan musisi-musisi Hip-Hop dan Rap yang kreatif dan out of the box. Banyak juga diantara mereka yang berani menyuarakan keluh kesah mereka melalui permainan kata yang apik di tiap karya yang mereka rilis. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh Giovanni Milky Riung yang memperkenalkan diri sebagai GR Yunk.

Sejak dulu, Rap dan Hip-Hop menjadi musik yang diminati oleh GR Yunk. Single debut yang diberi judul ‘27’, yang telah disiapkannya ini memiliki pesan mendalam. ‘27’ sebenarnya menceritakan tentang seseorang yang sedang berjuang meraih mimpinya di tengah keadaan yang sangat sulit. Cerita tersebut disajikan GR Yunk sekaligus dengan menyinggung konspirasi terhadap adanya Club 27 sekaligus dengan mental illness yang merupakan salah satu hal yang penting dan harus dibahas secara gambling menurut GR Yunk.

“Hal itu (mental illness) kurang dibicarakan secara serius, padahal menurut saya, mental illness adalah hal yang sangat sering terjadi di kalangan semua orang apalagi anak muda,” ungkap musisi yang mengidolakan J Cole ini. “Itulah kenapa, saya berharap dengan adanya lagu ini, bisa membantu orang yang memiliki mental illness,” lanjutnya. Dalam proses pembuatan lagu ini, GR Yunk juga turut dibantu oleh Mouzect sebagai Produser, Mixing, dan Mastering. Dirilis dibawah label GR Yunk Management, GR Yunk ingin menyampaikan pesan bahwa mental illness adalah sesuatu yang serius dan tidak bisa dianggap remeh. “Untuk siapapun yang sedang mengejar mimpinya di tengah situasi sulit, saya ingin berpesan ‘You Can Do It!’. Mungkin kamu merasa semuanya itu tidak mungkin, tapi kamu harus terus percaya dengan visimu,” pesan GR Yunk.

Genre Rap dipilih oleh GR Yunk karena dirinya merasa lebih bisa mengaspirasikan opini miliknya secara detail melalui rangkaian lirik dan melodi dalam sebuah lagu. Tentu, dengan single ‘27’ ini, membuat GR Yunk lebih serius menekuni karier di dunia musik. Karena dia masih akan terus membuat lagu tentang masalah yang dianggap tabu. “Saya tetap akan membuat lagu tentang masalah kehidupan yang dianggap tabu, dan saya berharap lagu saya akan bisa menginspirasi banyak orang,” pungkasnya. (*)

‘Kamu’ Single Debut Adjani Bercerita Ghosting Dalam Kisah Bittersweet

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Banyak yang mengatakan bahwa musik adalah salah satu cara untuk menyampaikan sesuatu ke seseorang melalui lirik, melodi, atau kiasan indah di dalamnya. Itulah kenapa, seringkali orang-orang merasa sangat terhubung dengan cerita yang dihadirkan oleh sebuah lagu.

Adjani, seorang penyanyi muda pendatang baru yang sekaligus merupakan Putri Sulung dari Aktris, Alya Rohali, juga tengah berusaha untuk membuat banyak orang relate dengan kisah yang dia hadirkan lewat single debut’nya, ‘Kamu’. Sejak kecil, kecintaan terhadap dunia tarik suara sudah ditunjukkan oleh Adjani dengan mengikuti kompetisi, les vokal, dan lain sebagainya. Adjani bahkan pernah membuat cover dari lagu-lagu yang tengah dia sukai dan kini dia akhirnya dapat merilis single debut yang telah ditunggu-tunggu.

Dihadirkan dengan nuansa Pop-Jazz, lagu ini diambil dari pengalaman pribadi dari Adjani serta beberapa cerita dari temannya yang mengalami kemiripan kisah. Bercerita mengenai seorang perempuan yang mempertanyakan tentang perasaan sang lelaki yang dirasa telah berubah dibandingkan saat mereka pertama kali saling tertarik. “Ini memang cerita dengan tema yang sering banget kita rasain, yaitu di-ghosting. Tapi, aku mengemas lagu ini sedikit berbeda jadi ghosting tadi lebih terasa bittersweet,” ungkap Adjani yang memiliki hobi berlari , berkuda dan menari ini.

Lagu ‘Kamu’ memang telah melalui perjalanan yang panjang, kurang lebih 1 tahun Adjani telah meracik lagu ini sedemikian rupa sehingga dirinya merasa sangat tepat untuk merilisnya kali ini. Otti Jamalus, sebagai guru vokal Adjani sejak usia 7 tahun di OJMH ( OJ Music House ), sangat mendukung niat berkarya dari sang murid. Hingga terwujudlah kolaborasi dalam pembuatan single ini, yang juga melibatkan nama-nama besar seperti: Iyas Pras (Ecoutez), Yance Manusama, dan Yoseph Sitompul.

“Aku memang ingin mencoba membuat karya yang aku banget secara idealisme dan taste, tapi masih tetap bisa dinikmati oleh banyak orang,” kata penyanyi yang sangat mengidolakan Isyana Sarasvati ini. Sementara itu, sosok ibunda, Alya Rohali, adalah sosok yang sudah memberikan support dan fasilitas yang dibutuhkan putrinya sejak pertama kali Adjani menekuni dunia tarik suara. Bahkan, sejak usia belia, Alya mengaku Adjani sangat tertarik dengan tarik suara dan menjadi salah satu dunia seni yang sangat ingin ditekuninya.

Kini, di usia yang telah dewasa, Alya merasa bahwa Adjani , yang saat ini adalah mahasiswi semester akhir di Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini , telah matang secara teknik vocal maupun personality sehingga sudah siap untuk meniti kariernya secara professional di dunia tarik suara. Itulah kenapa, akhirnya lagu debut dari Adjani mendapatkan support penuh dari Alya. Tidak sampai disitu saja, ternyata Adjani juga telah menyiapkan single lainnya lepas merilis single debut’nya ini. Bahkan, menurut Adjani, single kedua ini akan memiliki nuansa yang berbeda dari single ‘Kamu’, karena Adjani ingin selalu mengeksplorasi range tarik suara sekaligus menunjukkan sisinya yang berbeda. (*)

Kolaborasi Cheat Codes – Grey dan Tyson Ritter ‘The All American Reject’ Rilis Single ‘Hurricane’

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Trio hits Cheat Codes, yang dikenal lewat lagunya “No Promises” (feat. Demi Lovato), mengeluarkan single baru mereka yang ketiga dari album yang sangat dinanti-nantikan, Hellraisers Part 2. Hurricane menampilkan Artis Alt Pop Favorit, Tyson Ritter dari The All American Rejects. Setelah single crossover Country-Pop mereka, “Never Love You Again” dengan Little Big Town dan Bryn Christopher, artis-artis pemuncak tangga lagu ini kembali menampilkan sisi lain dari bakat bermusik mereka dengan kolaborasi terbaru. “Hurricane” sudah tersedia di semua platform digital streaming.

“Hurricane” adalah single alt pop sempurna yang menggabungkan musik rock, dan pop menjadi satu. Ditulis dengan bantuan Grey and Tyson Ritter, lagu ini memiliki vibe yang fresh yang membuat anda mendengarkan berulang kali sambil menari bersama teman- teman.

 “This is the last single we are releasing before Hellraisers Part 2 comes. We grew up listening to Tyson and All American Rejects so having him on our record is a huge honor and Grey has always set the standard for the highest level of production so it’s been great to work with those guys” kutip Cheat Codes

“We were super hyped on working with cheat codes and Tyson on this because first of all Tyson is an absolute legend and we grew up screaming his songs in the car. And cheat codes have been killing it for ages and we’ve always loved their approach to dance music” sambung Grey.

Tyson Ritter menambahkan “When I first listened to the demo, what struck me was the beautifully delivered vocal by Grey, and frankly I heard it and said to myself “can I sing this song?” There were nuances to the vocal that I knew I couldn’t re-create, yet I felt something pulling me, daring me to approach it”.

Cheat Codes merilis part pertama dari album debut mereka Hellraisers, Pt. 1 di bulan Mei. Rilisan yang sangat dinanti-nantikan ini menampilan single utama “Lean On Me (feat. Tinashe),” “Stay (feat. Bryce Vine),” “Do It All Over (feat. Marc E. Bassy),” dan “Hate You + Love You (feat. AJ Mitchell).” Nama album , “Hellraisers,” merupakan nama panggilan yang diberikan kepada group oleh manajer sebelumnya, Michael Theanne, yang meninggal lebih dari setahun yang lalu, nama tersebut menggambarkan gaya hidup mereka yang menyenangkan dan penuh petualangan.

Album ini sendiri memiliki 3 bagian – setiap bagian memiliki musik yang berbeda dari setiap member. Part pertamanya fokus pada suara pop- leaning Trevor, sedangkan bagian kedua akan difokuskan pada cita rasa hip-hop KEVI, dan bagian ketiga akan difokuskan pada musik yang dipengaruhi dance Matthew. Album ini juga mengeluarkan music video untuk “Lean On Me,” pada album Hellraisers, Pt 1 Remixes yang menampilkan electronic dance music artists Morgan Page, Michael Calfan, dan banyak lagi.(*)

Alan Walker dan The Chainsmokers Digandeng Untuk Mengenalkan realme Buds Air 2

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Demi meningkatkan daya tarik sekaligus menjadi relevan di kalangan muda, realme juga kerap berkolaborasi dengan bintang dan figur yang diidolakan kaum muda. Saat ini, salah satunya adalah Alan Walker, yang musikalitas dan performanya sebagai DJ ternama tentu tidak diragukan lagi dalam memanjakan indera pendengaran penikmatnya.

Untuk memenuhi kebutuhan anak muda yang senang mendengarkan musik dengan kualitas terbaik, membuat realme mengajak DJ muda berusia 24 tahun itu untuk bekerjasama mengembangkan realme Buds Wireless, yang dirilis 23 Oktober 2019 lalu. Didapuk menjadi brand ambassador dan Chief Earbuds Officer realme, Alan juga terlibat langsung di proses penelitian, pengembangan dan penyetelan realme Buds Wireless hingga menjadi output bass suguhan khas Alan Walker.

Lalu di tahun 2021, giliran duo music elektroni ternama The Chainsmokers yang diajak berkolaborasi, untuk menggarap earphone nirkabel TWS (True Wireless Stereo), realme Buds Air 2 yang dirilis April 2021 lalu. Generasi muda yang dinamis dan selalu mencari inspirasi dan hiburan menjadi dasar pilihan realme untuk bekerjasama dengan The Chainsmokers. Karna lewat karya music yang telah dihasilkan The Chainsmokers dianggap mewakili kebebasan, fashion dan tren banyak kaum muda sekarang ini.

Ditahun yang sama, realme juga menggandeng desainer produk terkemuka asal Jepang, Naoto Fukusawa dalam pengembangan produk. Realme GT Master Edition yang dirilis Agustus 2021, menjadi buah kolaborasi realme dengan desainer produk industry lulusan Tama Art University itu.Di realme GT master Edition hadir sebagai smartphone flagship dengan kualitas premium kecanggihan tekhnologinya dan dibalut dengan disain indah, unik dan penuh gaya yang digandrugi kaum muda sekarang ini. (*)

Single ‘Changed’,  Cara Naykilla Ubah Kecewa Jadi Motivasi

WARTAMUSIK.com – Jakarta.  Industri musik di Indonesia semakin ramai kedatangan musisi wanita yang siap memberikan warna tersendiri dengan ciri khas musik hingga warna vokal yang dihadirkan. Termasuk di dalamnya adalah musisi muda pendatang baru, Naykilla, yang siap meramaikan musik Indonesia dengan single debutnya ‘Dreams’. Lagu dibawakan Naykilla dengan nuansa Pop R&B namun dengan sentuhan dreamy di dalamnya, sehingga mampu membawa siapapun yang mendengarkan terhanyut dalam dimensi yang diciptakan oleh Naykilla lewat lagunya. 

Diciptakan sendiri oleh Naykilla, lagu ini bercerita tentang pengalaman pribadinya yang dibuat patah hati oleh orang yang disayanginya. “Aku selalu buat lagu di saat aku patah hati atau sedang berbunga-bunga. Nah, kebetulan lagu ini kubuat saat lagi patah hati, jadi inspirasinya dari orang yang saat itu membuat aku patah hati,” ungkapnya. Di lagu ini, Naykilla juga berusaha menyampaikan bahwa mengandalkan diri sendiri adalah satu hal yang penting dibandingkan mengharapkan seseorang untuk selalu berada di samping kita.

“Di hubungan itu, aku sempat berpikir apa yang salah pada diriku. Tapi, akhirnya aku menyadari tidak ada yang salah dalam diriku. Aku lebih membutuhkan diriku sendiri daripada aku membutuhkan orang lain,” kata musisi yang sangat mengidolakan Ariana Grande, Clairo, hingga Sabrina Claudio ini. Dalam proses pembuatannya, Naykilla juga ikut dibantu oleh Kaio dan Reza sebagai Music Producer, dan Navis sebagai Pengarah Vokal atau Notasi di dalam lagunya. Saat pembuatan lagu, Naykilla mengaku masih berada di masa-masa sedih berpisah dengan kekasihnya. Namun, dia bersyukur bisa merampungkan lagu ini di masa-masa tersebut karena lagu ini menurutnya terdengar lebih dari dalam hati.

Naykilla-pun sadar, lagu ini akan sangat relate ke banyak orang, terutama para wanita yang pernah dan sedang dikecewakan oleh orang yang dia sayangi. Oleh karena itu, Naykilla ingin menyampaikan sebuah pesan pada mereka. You can’t please someone to stay! Jadi, buka mata kalian karena yang harus kalian selamatkan pertama kali adalah diri kalian sendiri. Karena, pada akhirnya, kita hanya bisa mengandalkan kita sendiri,” pesan Naykilla.

“Jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kalian dari orang lain. Kebahagiaan kalian datang dari dalam diri kalian sendiri,” lanjutnya.  ‘Changed’ merupakan langkah awal Naykilla untuk lebih serius ke dunia musik ke depannya. Tentu, lagu debut ini merupakan lagu pertama yang dirilis oleh Naykilla untuk kemudian akan merilis lagu-lagu terbaru miliknya. (*)

Single “All I Want” The Panturas Dibesut Dalam Sebuah Cerita Film Pendek

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Mempersembahkan tafsir sinema “All I Want”, single ketiga The Panturas dari sophomore Ombak Banyu Asmara; sebuah film pendekkarya sutradara Edy Khemod yang mengekspos kisah balas dendam berbalut asmara milik seorang perempuan bernama Ida kepada seorang tukang jagal, pembunuh orang tuanya yang dituduh antek PKI pada masa pemberangusan komunis ’65. Dengan tiga peran karakter yang dibintangi oleh para aktor berkelas: Prisia Nasution sebagai Ida, Dimas Danang sebagai Anwar, dan the one and only Tio Pakusadewo sebagai sang tukang jagal.

Cerita kemudian berkembang menuju 16 tahun berikutnya ketika dengan dramatis Ida telah berhasil menyekap si penjagal, yang tangannya kini terikat di tempat pengulitan daging di restoran sate kambing miliknya. Siap dicacah. Sebelum Anwar, gebetan Ida yang lugu dan romantis itu, nongol secara mengejutkan di depan pintu, merengek, menagih balasan cinta yang tak kunjung juga diterimanya. 

Sadar dirinya nanti membutuhkan bantuan bersih-bersih paska pembantaian, mental psikopat Ida pun berkibar, diseretnya Anwar masuk ke dalam rencana sadisnya malam itu dengan cara klasik: ia mempertanyakan seberapa besar kesungguhan cinta Anwar, dan demikian pula ia menuntut sebuah pembuktian darinya. Anwar yang bersemangat kontan masuk perangkap, sampai akhirnya terjadilah hal yang sudah dinantikan Ida selama hidupnya. 

Aksi cincang tubuh manusia. Dipecah-pecah kemudian menyerupai potongan ‘kambing guling’ dan ditempatkan ke dalam beberapa kardus yang selanjutnya akan digeletakkan begitu saja di pinggir jalan, persis seperti kasus Setiabudi 13 di tahun 1981.

“Setiabudi 13 adalah kasus yang masih menjadi misteri hingga hari ini. Siapa pembunuhnya, apa motifnya, kenapa bisa seperti itu, tidak ada yang pernah tahu. Karena ada area abu-abu tersebut, kami berpikir menarik jika kami bersama Khemod membuat cerita fiksi dari kejadian nyata tersebut,” ujar dramer Surya ‘Kuya’ Fikri Asshidiq.  

The Panturas dan kisah fiktif adalah kombinasi sahih yang menghasilkan kekuatan bercerita apik. Penggalian konflik di antara celah imajinasi itulah yang membuat lagu-lagu surf rock mereka selalu terasa memiliki daya hidup, oleh karena kehadiran serangkaian tokoh rekaan yang lahir bergantian mewarnai seluk beluk adegan aransemen.  

Mereka mempraktikkan literasi dengan baik, dan yang tak kalah penting, mereka serius ketika harus menerjemahkannya secara visual. Tonton saja video musik mereka belakangan ini, seperti Queen of the South atau Tafsir Mistik, pasti bernafas sinematis dan berjahil komikal.              

“Visual adalah salah satu elemen penting yang selalu kami jaga. Namun kami juga bukan tipe saklek, yang memaksakan ide-ide visual tersebut harus sama dengan keinginan kami. Kami terbuka akan hal-hal yang kolaboratif. Kami suka ketika orang mengutarakan perspektif lain dari lagu yang kami buat,” sebut Kuya lagi.

Nah, di titik itulah The Panturas bertemu dengan Edy Khemod bersama tim Angin Segar Films. Alih-alih membuat video musik untuk single berikutnya, keduanya malah menerobos kebiasaan baru lewat besutan film pendek. Ide tentang film pendek ini pertama kali dicetuskan oleh Khemod. Selanjutnya The Panturas datang melempar topik pembunuhan, dengan basis khayalan mengadaptasi kasus Setiabudi 13.

Terkait premis cerita yang mengambil latar kelam sejarah genosida komunis di tahun 1965 sebagai motif utama pembalasan dendam, Edy Khemod menanggapinya dengan menyelipkan dua pesan khusus yang ingin disampaikannya. 

“Ketika tengah mengembangkan cerita, kami sadar kalau ternyata violence breed violence. Susah untuk memutus mata rantai lingkaran kekerasan, makanya sebaiknya dihindari. Dan walaupun bergaya fiksi film ini mengandung pertanyaan, bahwa ada masa lalu yang terus ditutupi, dan kita tidak pernah terbuka sebagai sebuah bangsa setiap kali menghadapi masalah itu. Jadi, bukan tidak mungkin kejadian berdarah seperti di film ini bisa terwujud di kehidupan nyata,” jelas Khemod.

Pemilihan terhadap situasi ’65 tersebut juga ditekankan secara berbeda oleh vokalis/gitaris Abyan ‘Acin’ Zaki Nabilio dalam lagu All I Want yang ditulisnya berdasarkan pengalaman personalnya mendekati perempuan seorang ‘hipster kiri’ yang disindirnya melalui secuil bait berikut:

‘I wish i’ll end up with you

But i don’t think i’m left enough for you.’

Kata ‘left’ di sana maksudnya adalah paham ideologi kiri yang memang dianut si tokoh perempuan, sementara si tokoh pria cenderung lebih suka bersikap pragmatis. 

Film pendek “All I Want”sekali lagi membuktikan jika The Panturas jelas punya kapasitas yang berbeda dibanding band-band lainnya. Mereka mengerti langkah yang sebaiknya ditempuh atau kreasi macam apa yang harus diciptakan supaya dapat beradaptasi di era serba digital yang membabi buta ini. Yaitu dengan meningkatkan nilai mutu produksi di segala aspek, baik aransemen lagu, suguhan visual maupun aksi panggungnya nanti, tentu saja, seketika kondisi pandemi telah total pulih. 

Seperti dikatakan manajer The Panturas, Iksal R. Harizal: “Ini formula eksperimen baru yang tepat untuk mengenalkan lagu The Panturas setelah sebelumnya kami sudah mencoba hampir semua hal dalam menangani video musik; dari mulai treatment stop motion, warna yang vibrant, warna hitam-putih dan lain-lain. Dan The Panturas tidak pernah melakukan sesuatu dengan setengah hati. Makanya kami mengajak orang-orang terbaik di bidangnya.” (*)

Exit mobile version