Cara Duo Produser Jepang AmPm Mengapresiasi Kota Jakarta Menjadi Kota Tak Terlupakan

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sebagai seniman, inspirasi bisa datang dari mana saja. Terkadang dari pengalaman yang sudah cukup lama, karena kesannya begitu membekas di hati, bisa terus menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah habis untuk digali. Itulah yang terjadi pada AmPm (baca: Ampam).

Berkunjung ke Jakarta menjadi satu pengalaman yang berkesan bagi duo kreatif bertopeng asal Jepang, AmPm (baca: Ampam). Sebagai bentuk rasa apresiasi mereka terhadap kota yang banyak memberi momen penting dalam perjalan karir mereka sebagai musisi, AmPm pun menciptakan single baru yang sepenuhnya terinspirasi oleh kota Jakarta.

Single terbaru mereka berjudul ‘Jakarta’ akan menjadi single dance instrumental ketiga mereka yang terinspirasi dari kota-kota di berbagai belahan dunia. ‘Jakarta’ akan diluncurkan serentak di semua digital streaming platform mulai tanggal 10 September, bersamaan dengan pemutaran perdana video musiknya di Youtube yang akan menampilkan dinamika lanskap dan pemandangan kota Jakarta sebagai ibu kota Indonesia.

Duo yang memulai karir pada Maret 2017 dan populer secara global lewat single ‘Best Part of Us feat. Michael Kaneko’ ini memang kerap mengungkapkan kekaguman mereka terhadap Indonesia, terutama Jakarta, kota di luar Jepang dimana mereka pertama kalinya berkesempatan tampil di festival music besar dengan ribuan penonton.

“Sebagai kota dimana pertamakalinya kami tampil di sebuah konser, Jakarta menyimpan banyak kenangan bagi kami. Kota yang menjadi rumah bagi orang-orang dengan latar belakang yang sangat beragam, Jakarta memiliki budaya yang unik. Sebagai kota yang berkembang begitu pesat, Jakarta memiliki karakter yang khas dan, tak bisa dipungkiri, menjadi salah satu kota favorit kami. Kami bertujuan untuk mengekspresikan kenangan-kenangan indah kami tentang Jakarta beserta dengan getaran atmosfir yang kami rasakan dalam sebuah lagu dance,” ungkap kedua personel AmPm.

Seperti yang sudah diterangkan di atas, ‘Jakarta’ merupakan lagu ketiga dari seri lagu dance instrumental bertemakan kota-kota di dunia yang menginspirasi serta memiliki peranan penting dalam perjalanan karir AmPm. Serial lagu tematis ini dimulai dengan peluncuran single ‘Tokyo’ pada Maret 2021, dilanjutkan dengan ‘New York City’ pada Juni 2021 dan kini, ‘Jakarta’ pada 10 September.                                    

Pemilihan kota-kota ini tentu saja berkaitan dengan perjalanan musik duo produser ini dimana masing anggota personel AmPm merasa ada keterikatan emosional kuat terhadap kota-kota tersebut. Khusus untuk Jakarta, AmPm tampil di Jakarta pada 2017 sebagai satu-satunya artis Jepang yang tampil di festival Spotify On Stage dimana, sebagai artis pendatang baru, ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.

Ditambahkan jika, “Kami masih bisa dengan jelas mengingat betapa besarnya antusias kami akan penampilan konser pertama kami itu di Jakarta. Untuk saat ini, mungkin masih sangat sulit untuk mengulang pengalaman seperti itu dimana kelompok besar penonton berkumpul dan musik diputar dalam volume yang paling keras. Namun, kami optimis jika akan datang saatnya dimana kami dapat kembali ke Jakarta dan tampil di panggung konser, menampilkan karya musik terbaru AmPm.”

Dari keterkaitan emosional ini, terciptalah lagu yang mengkombinasikan lagu dance khas AmPm yang smooth chill dengan melodi kental khas Asia Tenggara yang dianggap bisa menggambarkan ibu kota Indonesia yang begitu menggugah hati bagi para personel AmPm.

“Lagu ini juga merupakan upaya pertama kali kami untuk memasukkan suara instrumen tradisional rakyat dan kami berharap pendengar bisa menikmati dan merasakan perjalanan ke kota Jakarta saat mendengarkan lagu ini.”Oh ya, curhatan mengenai pengalaman penuh kesan mereka selama di Jakarta dan inspirasi yang didapat dari kota Jakarta, bisa lebih lanjut dibaca melalui blog mereka di:

https://ampm-tokyo.medium.com

Sepanjang karir mereka, AmPm telah memproduksi lagu dance yang menampilkan berbagai vokalis tamu dari berbagai belahan dunia. Namun, sebagai tambahan dari apa yang sudah mereka kerjakan, mereka memang berencana akan meneruskan untuk berkarya mengedarkan musik dance instrumental yang terisnpirasi dari kota-kota favorit mereka, sebagai ekspresi mereka terhadap inspirasi berharga yang didapat saat berkeliling dunia.

Single dance instrumental yang telah lebih dulu beredar seperti ‘Tokyo’ dan ‘New York City’ juga akan disertakan dalam perilisan single ‘Jakarta’ melalui berbagai digital streaming platform seperti Spotify, Apple Music dan Joox. (*)

10 Track Nan Eklektik Album THE PANTURAS Yang Bertajuk “OMBAK BANYU ASMARA”

WARTAMUSIK.com –Jakarta.  Akhirnya kapal Ombak Banyu Asmara berlabuh juga di dermaga terakhirnya: di kuping kalian, tempat kita semua tenggelam ke dalam pusaran dendang rock selancar kontemporer, album penuh kedua The Panturas yang lentur menjelajahi pelbagai dimensi perangai manusia. Dari timur mereka berlayar ke barat, memikat dengan cerita dan deras eksplorasi terhadap pembastaran tradisi musik Dick Dale. The Panturas keluar dari bentuk konvensional guna menemukan otentisitas yang tidak ditemukan di kebanyakan band surf rock yang beredar lainnya, hingga menghasilkan sebuah album eksplosif yang matang lagi kaya dan menantang.

“Kami menyebutnya kelab rock selancar kontemporer yang berbasis pada garage rock dan percampuran unsur punk,” cetus bassis Bagus ‘Gogon’ Patria menjelaskan visi musikal The Panturas.   

Album ini dibuka oleh komposisi instrumentalia berjudul Area Lepas Pantai, The Panturas memberi transisi sempurna dari polosnya debut Mabuk Laut menuju sepuluh lagu yang secara aransemen digubah rancak menuturkan ragam budaya yang tersaji di setiap nomor album ini. Seperti dikatakan dramer Surya ‘Kuya’ Fikri Asshidiq, bahwa mereka telah merambah pengaruh-pengaruh musikal lebih lebar, “Kami banyak mendengarkan referensi baru di luar wilayah surf music puritan, semisal Takeshi Terauchi atau Yanti Bersaudara. Ombak Banyu Asmara coba mendobrak kebiasaan yang sudah pernah Panturas lakukan sebelumnya. Kami tidak ingin tertebak.”

Benar saja. The Panturas menciptakan dunia kecil di atas kapalnya. Ketika menceritakan seorang bandit penipu di perantauan dalam lagu Tipu Daya, mereka melukiskannya lewat corak melodi calypso Karibia yang perkusif dengan harmonisasi koor vokal ala Wilmoth Houdini bergitar fusion Turki dan rock selancar Jepang. Kemudian muncul kisah tragis tentang Jim Labrador seorang preman fiktif yang DNA karakter penokohannya dicomot dari Hercules, Anwar Congo, dan Sugali. Atau Balada Semburan Naga yang mengawinkan unsur oriental Mandarin dengan gambang kromong di mana Adipati, vokalis band hc/punk TheKuda diundang sebagai tamu duel bagi penyanyi Abyan ‘Acin’ Zaki Nabilio dan sukses mengimpersonifikasi selera humor cablak Benyamin S. 

Jurus duet selanjutnya hadir pada nomor pamungkas berjudul Masalembo, menggamit Nesia Ardi dari NonaRia yang bernyanyi genit bak June Carter menaklukkan karnival broadway. Terasa sinematik lagaknya begitu belalai seksi brass lagu itu diliukkan, satu lagi kredo imajinatif diberikan kepada The Panturas dalam hal kemampuan mereka menggoda-gado hibrida. Termasuk unsur Sunda di lagu Menuju Palung Terdalam dan keroncong gipsi di lagu Tafsir Mistik, serta sebundel tembang instrumental lain; Menuju Palung Terdalam, Intana, dan Ombak Banyu Asmara. Semua eksplorasi tersebut lantas dilengkapi sebuah lagu pop bergaya sengau yang nantinya akan dibuatkan film pendek berjudul All I Want yang akan dibintangi oleh Prisia Nasution, Dimas Danang, dan Tio Pakusadewo.      

Di balik segala pencapaian maksimal album Ombak Banyu Asmara tidak bisa dilepaskan dari supervisi sang produser, Lafa Pratomo. Hasrat artistik The Panturas pun dapat terakomodasi dengan baik, membantu mereka menemukan keseimbangan perihal ego aransemen, eksperimen maupun kesempurnaan tata suara yang tersaji. Album ini membuktikan satu hal penting bagi kelanjutan arah musikal The Panturas: integritas mereka dalam menemukan orisinalitas. Tidak hanya itu, demi kampanye menyeluruh The Panturas akan mendukung album ini dengan menggelar grafiti mural di 5 kota oleh seniman Arnis Muhammad sebagai usaha untuk mengembalikan geliat artistik langsung penetrasi ke ruang publik.

Ombak Banyu Asmara serentak terbit di semua wadah digital pada 10 September 2021, dan segera menyusul deluxe album fisiknya via La Munai Records.(*)

Sal Priadi Gandeng Sutradara Muda Aco Tenri Untuk Official Short Film “Serta Mulia”, Yang Dibintangi oleh Ryan Adriandhy

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sal Priadi merilis official short film untuk single “Serta Mulia”. Sal menggandeng sutradara muda Aco Tenri untuk menggarapnya. Selain menampilkan Sal sebagai pemilik kafe, video ini dibintangi oleh komika/sutradara animasi Ryan Adriandhy dan Januarizen. Official short film “Serta Mulia” dapat disaksikan di YouTube Sal Priadi.

Dikemas dengan format film pendek mengisahkan persahabatan antara manusia dan monster

Berdurasi 15 menit, official short film ini bercerita tentang Adit, seorang pria muda yang mengalami kesulitan dan kegagalan dalam segala hal, mulai dari mencari kerjaan, mencari pasangan, bahkan dalam mencari passion-nya sendiri. Hingga suatu hari ia harus bekerja di sebuah kafe bersama GOBRADINZOR (512), sesosok monster yang membuatnya takut. Namun, seiring waktu berjalan Adit semakin belajar dan berani menghadapi monster tersebut dan mencari cara untuk merayakan perjumpaan mereka.

Lagu yang sebenarnya telah dirilis sejak Februari 2021 ini menemukan waktu yang lama untuk kemudian dibuatkan videonya. Sal mengaku banyak yang bertanya kepadanya mengenai video untuk lagu “Serta Mulia”, namun ia seperti tidak dapat menemukan alasan untuk membuatnya. Sampai ia bertemu dengan Aco. “Pertemuan pertama dengan Aco karena ada pekerjaan lain. Gue lihat karya-karya Aco, kemudian gue menemukan ada hal yang jarang gue temukan di filmmaker lain. Ada kepolosan, kesederhanaan. Kalau melihat Aco dan karyanya, ya sesuai. Aco ya kayak gitu.”

Ia melanjutkan, “Apa yang berusaha gue lakukan di penulisan lirik ‘Serta Mulia’ adalah berusaha tulus, tanpa banyak dekorasi. Persis seperti karya-karya Aco.”

Untuk official short film terbarunya, Sal Priadi melakukan sesuatu yang baginya tak biasa, “Gue berusaha memberikan kepercayaan penuh kepada orang lain atas apapun yang mereka lakukan untuk karya yang gue buat.” Kepercayaan ini syukurnya berbuah baik. Kolaborasi antar keduanya menghasilkan karya yang mereka anggap memuaskan. Sal bahkan mengatakan ibunya menangis ketika menonton official short film “Serta Mulia”. Sebuah momen yang langka terjadi.

Aco Tenri, yang sebelumnya menyutradarai salah satu segmen film “Quarantine Tales”, mengatakan bahwa Sal adalah partner yang menyenangkan diajak bekerja sama, “Dari awal, dia sudah memberi tahu apa yang dia mau. Gue bergeraknya tetap berawal dari ekspektasi dia.” Tapi setelahnya, ia diberikan kebebasan. Sal menambahkan, “Sampai editing pun, gue membiarkan Aco berkreasi.”

Mengambil lokasi di klab Jazz Fabster Kemang, video ini menampilkan suasana kafe yang menyenangkan. Sal yang berperan sebagai pengelola kafe muncul di awal video mengobrol dengan Adit, yang kemudian mencoba open mic namun gagal. Adit kemudian makin kaget karena rekan kerjanya, GOBRADINZOR (512) atau dipanggil Din, tidak sesuai bayangannya. Seiring waktu, tumbuh persahabatan di antara keduanya.

Dengan lokasi syuting yang hanya satu, bukan berarti semuanya menjadi mudah. Aco menjelaskan bahwa ia banyak terbantu prosesnya dengan tim yang sepakat memberikan yang terbaik, di tengah segala keterbatasan. Kunci dari pembuatan video ini adalah kolaborasi Aco dengan berbagai orang, salah satunya adalah Ryan Adriandhy yang menjadi bintang utama. “Semua udah tahu bahwa dia adalah sosok yang lucu, juara satu acara stand up comedy, tapi dia juga udah lama banget nggak tampil sebagai komika. Gue sebagai sutradara pastinya ingin bekerja sama dengan orang yang memudahkan. Ryan itu comedy timing-nya udah selesai. Dan terbukti saat syuting, semua adegan stand up selesai dalam satu kali take. Dia tahu kapan harus berhenti, harus menahan.” Meski Ryan juga merupakan seorang penulis, untuk video ini Aco mengatakan bahwa semuanya scripted. Untuk bit stand up comedy, Ryan dan Aco mempunyai sesi menulis yang terinspirasi dari video-video YouTube atau teman-teman komika lainnya.

Kolaborasi lainnya adalah sinematografi. Aco bekerja sama dengan Goenrock, sinematografer iklan yang sudah cukup berpengalaman, dan dukungan penuh dari yourock studio. Dengan partner yang perfeksionis, Aco meyakinkan Goenrock bahwa mereka bisa mengerjakan video ini dengan sentuhan yang tidak umum. “Beberapa shot gue harus menjelaskan bahwa lebih penting mengikuti cerita dan emosi, ketimbang mengejar keindahan,” ujar Aco.

Proses lain yang dialami Aco adalah sentuhan make up efek spesial untuk karakter Din. Ia dibantu oleh Dodi Setiadi dan tim dalam pengerjaannya. Dengan waktu yang sedikit, ternyata biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan make up sesuai yang diinginkan teramat besar. Untungnya Dodi bersiasat hingga akhirnya dapat menemukan cara agar Aco mendapatkan apa yang ia mau. Aco mengatakan, “Gue harus sangat berterima kasih pada mas Dodi, karena tanpanya mungkin video ini nggak bisa tercipta.”

Aco juga bersyukur dapat bertemu dengan Januarizen yang berperan sebagai Din. “Gue punya pikiran spesifik mengenai karakter ini dan syukurnya dipertemukan oleh Teuku Rifnu Wikana dengannya. Ia bisa memberikan dimensi sesuai bayangan gue.”

Setelah perjalanan yang penuh lika liku Aco menutup dengan harapan, “Semoga video ini dapat membuat orang-orang semakin berani menghadapi monster atau ketakutan dalam hidup mereka.” Baginya penting untuk merangkul monster dalam diri, “Jangan lari terus dari monster lu, monster itu akan tambah gede. Hadapin saja.” 

Sal dengan serius mengamininya, “Apa yang diberikan Aco melalui videonya, konsep monster dan lainnya menambah horison lebih luas mengenai lagunya. Gue rasa sekarang lagunya sudah lengkap. Memang ini yang mau gue persembahkan secara utuh. Semoga teman-teman juga bisa senang menikmati karya ini.” (*)

Mirza W. Soenarto Rilis Lagu “Berkarya untuk Negeri” Berikan Semangat Berkarya

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Dalam ketiadaannya, Glenn Fredly hadir bersama Mirza W. Soenarto lewat suara dan lagu untuk memberikan semangat berkarya kepada masyarakat Indonesia, khususnya para generasi muda.

Glenn Fredly sudah tidak berada lagi di antara kita. Meskipun begitu, ide dan semangat kemanusiaannya, kebersamaan di atas perbedaan, saling peduli, memahami secara mendalam tentang mencintai apa yang kita lakukan, dan memotivasi generasi penerus untuk tetap produktif, masih hadir melalui suara dan karya agungnya.

Hal inilah yang kita dengar lewat lagu terbarunya, “Berkarya untuk Negeri”, yang rilis pada 10 September 2021 ini. Berkolaborasi bersama Mirza W. Soenarto, lagu bernafas nasionalisme ini coba menyampaikan pesan yang kuat kepada masyarakat Indonesia dan generasi penerus bangsa tentang apa yang bisa kita raih dengan segala bentuk wujud keberanian untuk terus berkarya yang dilandasi dengan hati nurani.

“Lagu ini sebenarnya sudah saya tulis cukup lama, sekitar awal 2017,” kenang Mirza. “Lalu dalam satu kesempatan, Glenn mendengar lagunya, dia kemudian antusias dan malah menawarkan diri untuk menyanyikannya. Saya senang banget. Benar-benar suatu kehormatan bagi saya,” lanjutnya.

Materi ini kemudian direkam ulang di MW Music Studio Jakarta, dan dibantu oleh beberapa musisi dalam proses pengerjaannya. Salah satunya adalah Andre Dinuth, yang bertugas sebagai produser di lagu ini dengan aransemen yang menggunakan nuansa orkestra di dalamnya.

“Dinuth juga ikut bantu sejak awal. Dia produce dan membantu mengaransemen ulang lagu ini,” ujar Mirza.

Di industri musik Indonesia, nama Mirza W. Soenarto masih tergolong baru, mengingat profesi dia sebenarnya adalah pengusaha dan profesional di berbagai bidang. Meski sebenarnya hobi bermusik dan bermain piano ini sudah dia geluti sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, tetapi dia baru benar-benar menapak di industri musik di awal tahun ini dengan beberapa single yang sudah dikeluarkan bersama bandnya, ASIA 87 Band.

“Sejujurnya, saya bukan musisi profesional. Buat saya, musik masih sebatas hobi yang dapat membawa keseimbangan hidup dan menghibur suasana hati. Sebagai penikmat musik, saya merasa sangat bersyukur dapat memberanikan diri untuk berkarya dengan menciptakan lagu-lagu karya sendiri,” akunya.

Meski mengaku bukan musisi profesional, Mirza termasuk produktif dalam menulis lagu. Sedikitnya, sudah belasan lagu yang dia tulis dan siap dirilis dalam waktu dekat dengan berbagai musisi.

“Kondisi bangsa kita sedang banyak diuji. Tapi apapun ujian yang dihadapi, pesan yang ingin disampaikan adalah semangat untuk tetap berkarya membangun negeri harus dijaga. Saya berharap semoga lagu ini bisa membawa semangat baru ke seluruh masyarakat Indonesia sekaligus mengobati rasa kangen masyarakat akan Glenn Fredly yang juga merupakan sosok atau figur yang dikenal selalu mengutamakan kebersamaan di atas perbedaan,” ungkap mirza mengenai harapan dari lagu ini. (*)

The Melting Love, Interpretasi Mimpi Will Mara Sebagai Musisi

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sejak kembali ke Indonesia dan berkomitmen untuk fokus di industri musik, Will Mara tidak pernah main-main dengan konsistensi karyanya. Memulai karirnya secara independen di Indonesia, melahirkan karya-karya musik yang khas membuat Will Mara semakin diperhitungkan sebagai salah satu musisi muda berbakat. Bukan hanya karya yang dibawakan oleh dirinya sendiri tapi juga beberapa musisi ternama di Indonesia. Dan akhirnya, Will Mara melahirkan album EP bertajuk The Melting Love, sebagai wujud utuh karyanya sebagai musisi.

Sebelum merilis The Melting Love, Will sudah lebih dulu melempar beberapa single seperti Chocolate dan Detox yang juga masuk dalam album The Melting Love. Beberapa lagu lain yang masih dalam rangkaian cerita The Melting Love adalah Summer Dreams, Ice Cream, Fun & Games dan Neverland bersama Daniella Kharishma. “Perumpamaan yang diambil dalam EP ini menceritakan relasi seperti makanan manis seperti es krim dan coklat, yang jika terlalu panas akan meleleh, dan menjadi tidak nyaman seperti bentuk sebelumnya. Itulah cerita EP The Melting Love, yang dimulai dengan cinta yang bahagia, lalu menjadi tidak nyaman karena panasnya emosi tersebut.” Ujar Will Mara.

Will Mara semakin percaya diri dan berharap karya-karya musiknya semakin banyak diterima oleh para pendengar terlebih setelah ia melewati beberapa pengalaman bermusik bersama beberapa musisi Indonesia. Sebut saja beberapa karyanya yang cukup diperhitungkan seperti Blue Jeans bersama Gangga, It’s Okay To Not Be Okay bersama Mahen,Fairytale bersama Kevin Hugo dan beberapa karya lainnya bersama Diastika dan Raissa Anggiani. Sebagai produser musik, Will juga konsisten dan produktif menciptakan kolaborasi dengan beberapa musisi yang masih dirahasiakan.

Optimisme Will Mara dengan musik yang diciptakannya memang bukan mimpi yang sulit diwujudkan. “Sebelum saya memulai karir saya menulis lagu bahasa Inggris di Indonesia, banyak orang yang berkata bahwa lagu-lagu tesebut tidak menjual di dalam negri” Kata pria kelahiran Jakarta tersebut. Melihat dinamika musik di Indonesia yang semakin luas dengan audiens yang semakin beragam juga, “Saya berharap semakin banyak orang Indonesia dan luar Indonesia yang menyadari banyaknya karya-karya luar biasa dari dalam negri, dan saya berharap bisa menjadi salah satu dari pencipta lagu yang menciptakan karya-karya luar biasa tersebut.” Ujar Will Mara.

The Melting Love sudah bisa dinikmati di seluruh kanal digital seperti Spotify, Apple Music, YouTube dan lainnya sejak 10 September 2021. Dengan cerita yang kompleks dan relevan, pilihan tepat jika para pendengar mulai memasukkan lagu-lagu Will Mara atau album EP The Melting Love dalam playlist yang menemani sehari-hari. (*)

Proyek Kolaboratif TRAH-nya Wima J-Rocks Fokus di Momentum Bersejarah

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Kreativitas rupanya tak terbendung oleh ganasnya terpaan pandemi. Oleh banyak musisi, menanti kondisi kembali normal hanyalah penggunaan waktu yang sia-sia. Salah satu musisi yang tak ingin duduk diam berpangku tangan adalah Swara Wimayoga, pembetot bass di grup rock J-Rocks.

Lewat sebuah gerakan kolaboratif bernama TRAH, Wima – begitu ia biasa disapa – lalu mengajak beberapa rekannya yang sevisi untuk bersama-sama mewujudkan ide dan gagasan berkarya. Mereka adalah Mahardhika ‘Didi’ Soekarno, Rizki M. H., Dimas Pandu Danardono serta Nanda Persada.

Bagi Wima serta juga rekan-rekan bandnya di J-Rocks, para personel TRAH bukan sosok yang asing. Bisa dibilang mereka adalah sekumpulan produser dan penulis lagu yang sudah berteman lama. Dan Mahardhika Soekarno khususnya, cucu dari tokoh proklamator sekaligus Presiden RI pertama, Ir. Soekarno tersebut sejak dulu memang seorang musisi di balik layar untuk beberapa musisi Indonesia, termasuk J-Rocks. Sejak awal karir J-Rocks, mereka pernah tinggal di satu atap yang sama, sebelum tempat tersebut bertransformasi menjadi studio kreatif untuk konten YouTube bernama 1945 studio pada awal 2020 lalu. Dan sejak pertengahan 2021, tempat itu berkembang menjadi sebuah label bernama 1945MF Record.

Nama TRAH sendiri bermakna ‘keturunan’ atau ‘anak bangsa’. “Kami mencari ide nama bahasa Indonesia yang punya arti bagus, namun jarang dipakai,” ujar Wima mengungkapkan asal-usul nama proyeknya itu.

Pada Agustus lalu, hasil brainstorming TRAH telah menghasilkan sebuah single debut berjudul “Untuk Indonesia Raya”. Sebuah karya lawas yang diciptakan oleh Dimas Pandu dengan tema berbeda dan kemudian digubah notasi dan liriknya bersama TRAH pada 3 November 2020 lalu menjadi tema nasionalisme. Video musik dari lagu ini juga sudah bisa dinikmati di YouTube, tepatnya di kanal 1945MF Record selaku label rekaman yang menaungi.

“Kami sepakat untuk tidak me-monetize video ini sebagai bentuk sumbangsih kami kepada negara.”

Di video yang disutradarai Anggi Andriyana tersebut, beberapa lokasi bersejarah dan ikonik di Jakarta menjadi sentral pengambilan gambarnya. Di antaranya Bunderan HI, Gedung DPR, Museum Satria Mandala, Gelora Bung Karno dan Monumen Nasional. Proses syuting video dikerjakan hanya dalam waktu dua hari, yaitu pada 15 dan16 Agustus lalu, atau tepatnya sehari menjelang HUT RI dimana pada saat itu semua lokasi sudah clear area dan sudah terdekorasi oleh negara. Konsep videonya pun bahkan baru diputuskan pada 15 Agustus dini hari.

“Canggih sih menurut saya si Anggie, dengan segala keterbatasan baik waktu, perijinan dan lainnya, dia bisa meng-capture banyak message dari lagu dengan baik. Keren konsepnya, tanpa asisten pula. Belum lagi proses editing-nya yang juga dikerjakan oleh Anggie dibantu oleh Rizki dalam waktu seminggu. Nggak ada capeknya tuh dua anak…. 

Salah satu momen penting adalah scene di Museum Satria Mandala yang dulu dikenal dengan nama Wisma Yaso, yaitu adalah tempat dimana bapak pendiri bangsa Bung Karno menjalani masa-masa tersulit hingga wafat mengenaskan di sana. “Makanya ada satu scene di Wisma Yaso si Nanda menunjuk sebuah tulisan ‘Kenali Sejarahmu’. Deep banget sih.”

Selain itu, TRAH juga melibatkan teman-teman musisi yang sering tampil di konten kanal YouTube 1945 Studio untuk ambil bagian di scene video dan beberapa artis untuk mengisi suara dan tampil di video klip tersebut sebagai bentuk dukungan. Di antaranya ada Guruh Soekarno Putra, para personel J-Rocks, Ipang Lazuardi, Buluk ‘Superglad’, Bagus ‘NTRL’ dan bahkan artis pelaku seni di luar dunia musik seperti Deny Sumargo, Astrid Tiar, Sarah Azhari, Deny Cagur dan masih banyak lagi. Lewat video tersebut, TRAH ingin menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan di lagu “Untuk Indonesia Raya” berlaku untuk seluruh kalangan.

Lagu ‘Untuk Indonesia Raya’ itu lebih kepada menguatkan sesama untuk jangan menyerah dengan keadaan, dengan tetap bersatu tidak terpecah belah. Untuk selanjutnya kami menyiapkan lagu baru buat (tema) Sumpah Pemuda. Temanya lebih kepada menguatkan janji kita lagi di masa sekarang. Untuk generasi sekarang. Jadi kami tak ada tema cinta-cintaan. Hanya (tentang) cinta kepada negara,” urai Wima semangat.

Sesuai pesan di lirik single pertamanya, TRAH memang seterusnya memproyeksikan memusatkan orientasi konsep musiknya terhadap hal-hal yang bertema perjuangan kebangsaan.

Nah, untuk menguatkan visi dan misi itu, selaku penulis lagu dan produser, Wima bersama Didi, Rizki, Dimas dan Nanda tak ingin menghadirkan olahan musik yang biasa-biasa saja. Menurut Wima, konsep musiknya kali ini jauh berbeda dibanding yang biasa ia kerjakan bersama bandnya, J-Rocks. “Kami gabungin referensi musik kami yang bisa dibilang beda-beda, dengan tetap menampilkan sound yang mengikuti zaman dengan aransemen lagu yang  menyesuaikan tema di lirik-lirik lagu TRAH. Poin penting sih di message-nya….“

Untuk pengisi suara utama di lagu “Untuk Indonesia Raya” diisi oleh Nanda Persada yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum IMARINDO (Ikatan Manager Artis Indonesia) serta menjadi host di program podcast YouTube Nanda Tanya. “Kenapa Nanda yang kami tunjuk mengisi vokal utama di lagu itu… karena dia yang paling bisa menjiwai lirik lagunya. Nasionalis banget dia. Sekali-kalilah manajer artis kita ‘ceburin’ jadi artis sekalian… hahaha. Nanda juga yang menjadi tokoh utama di video klipnya.”

Eksekusi rekaman, termasuk proses pemolesan mixing “Untuk Indonesia Raya” sendiri dikerjakan TRAH di 1945MF Studio. Sementara untuk tahapan mastering dipercayakan kepada Romy Soekarno di Marlinspike Hall Studio. TRAH berharap, lagu “Untuk Indonesia Raya” bisa menjadi sebuah karya musik yang dapat dinikmati secara audio serta visual, dan pesannya bisa tersampaikan ke seluruh masyarakat Indonesia. TRAH sendiri tak akan berhenti sampai di sini saja. Seperti yang sudah disinggung di atas, TRAH akan terus melahirkan karya baru, dan fokus pada momen-momen bersejarah. (*)

Rilis Single “Masa Depan”, Teddy Adhitya Lengkapi Rangkaian Trilogi “3”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Masa Depan adalah lagu terakhir di dalam Trilogi “3”, berisi tiga lagu yang saling bertautan dari Teddy Adhitya. Setelah mengenang memori dalam “Langit Favoritku” dan kembali ke diri sejati menjadi “Semestinya”, “Masa Depan” adalah sebuah pencerahan dalam menyikapi keadaan untuk beradaptasi di kehidupan. 

Di dalam lagu yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya ini, Teddy bercerita bahwa untuk memperbaiki suatu keadaan, semua perubahan harus dimulai dari tiap diri masing-masing. Kita terlalu sering berusaha menjinakkan ombak, padahal ombak tidak akan pernah bisa dijinakkan. Yang bisa diubah hanyalah mindset kita sendiri tentang bagaimana cara menghadapi ombak yang ganas, dan mengingat bahwa ombak ganas itu tidak akan menetap selamanya.

Masa Depan mengakhiri rangkaian semesta cerita dalam Trilogi “3” dengan optimisme bahwa semua yang pernah terjadi dan semua yang akan terjadi adalah perbekalan dan pengharapan untuk Masa Depan. 

Teddy Adhitya adalah seorang storyteller, penyanyi, penulis lagu, produser musik, dan pengembara yang merintis karir bermusiknya sejak tahun 2008. Di tahun 2016, Teddy merilis single pertamanya sebagai solois berjudul “In Your Wonderland”. Semenjak itu, Teddy sudah merilis dua buah album yaitu “Nothing is Real” (2017) dan “Question Mark” (2019).


Trilogi “3” dari Teddy Adhitya yang terdiri dari “Langit Favoritku”, “Semestinya.”, dan “Masa Depan” sudah dapat dinikmati di berbagai layanan musik digital. (*)

Solois Rendy Pandugo Rilis Single Digital terbarunya “Morning Light”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Rendy Pandugo, salah satu penyanyi populer di Indonesia yang berasal dari kota di Sumatera Utara menemukan kesuksesan pertamanya setelah akhirnya mendapatkan record deal pertamanya ketika ia masih bernyanyi dari kafe ke kafe di Jakarta. Sejak merilis album

debutnya pada tahun 2017 ia telah meraih jutaan streaming secara global. Rendy Pandugo sebelumnya telah merilis EP “SEE YOU SOMEDAY” pada Januari 2021 yang telah meraih lebih dari 10 juta streaming. Kini, Rendy Pandugo dengan bangga mengumumkan perilisan single barunya, berjudul “Morning Light” yang dirilis pada 3 September 2021.

Lagu ini akan menjadi salah satu track dalam albumnya yang akan datang, yang akan dirilis pada tahun 2022 dan diselesaikan oleh beberapa engineers pemenang Grammy, Randy Merril @ Sterling Sound yang kreditnya termasuk untuk pengerjaan “SOUR” dari Olivia Rodrigo, Folklore dari Taylor Swift, dan banyak lagi, dan di-mixed oleh Ollipop @ The Kennel Sweden, yang bekerja untuk beberapa nama besar seperti TXT Big Hit dan Red Velvet.

Dengan nada akustik yang ringan, segar, dan bahagia, Rendy menyanyikan hati dan pemujaannya dalam lagu ini saat ia mencoba untuk mendapatkan wanita yang ia puja, dan menyebutnya sebagai “Morning Light” nya. Sebutan ”Morning Light” mewakili wanita yang benar-benar ia puja. Dibalut dengan suara-suara autentik dan organik, “Morning Light” sepertinya membawa kita kembali ke momen ketika Rendy Pandugo pertama kali memulai perjalanannya di tahun 2017.

Inilah Rendy yang benar-benar menjadi dirinya sendiri. Dibuat dan diproduksi dengan indah oleh Rendy Pandugo mulai dari lirik hingga instrumen, “Morning Light” di-mixed oleh Ollipop dari The Kennel Sweden dan di-mastered oleh Randy Merril dari Sterling Sound. “Morning Light” tersedia di semua platform streaming digital. (*)

FLØRE Rilis Single Ketiga ‘Cigarette’, Yang Diambil dari album EP Terbarunya ‘Romaniac’

WARTAMUSIK – Jakarta. Sukses merilis single terakhirnya ‘Bad Medicine’, FLØRE merilis single selanjutnya ‘Cigarette’. Single dengan potensi yang besar untuk daya tarik yang besar. Dinyanyikan dengan suara falsetto khas FLØRE dan chorus yang membuat kita bersenandung, ‘Cigarette’ merupakan single terbaru dari EP kedua FLØRE ‘Romaniac’.

“When I forgot what I tried to forget

Something wakes up inside in my chest

And it burns through my skin like a cigarette”

(Lyrics from the 1st verse of ‘Cigarette’)

 ‘Cigarette’ merupakan single kontemporari ballad dengan musik dan harmoni lembut, menjanjikan para pendengar keindahan yang menyentuh. Lagu ini menceritakan tentang ‘toxic love’ dan efek samping darinya. ‘Cigarette’ merupakan loncatan menuju penampilan pop FLØRE yang akan membawanya menjadi superstar dengan kemampuannya mengemas lagu dari kerentanan dan rasa sakit menjadi lagu dengan kenangan yang susah dilupakan

.“The song focuses on the self-destructive side of love. I often do things just to write about it and being hurt just keeps the fire going. So I like to lighten up sometimes and ‘Cigarette’ is the ‘Bad Medicine’ for something that does not need to be fixed. Being wasted is just something I’m attracted to artistically. So always coming back to the same pattern, felt like an addiction, I hurt myself on purpose. The outro in the song on the other hand, shows the vulnerable side of it and feels like the rehab in the story.”

Hingga saat ini, FLØRE telah mencapai total 5.7 juta streams di Spotify sambil mengerjakan EP keduanya ‘ROMANIAC’ yang akan rilis pada musim semi 2021. Saat ini, ia tampil di daftar putar ‘Radar GSA’ Spotify yang menampilkan musik dari beberapa musisi yang sedang naik daun dari Jerman, Swiss, Austria.

Lagu nya juga berada pada daftar playlist populer di 20 negara diantaranya; New Music Friday US, Southeast Asia & Korea. FLØRE menjadwalkan pertunjukan debutnya dengan menampilkan konser virtual pertamanya di Amazon Music  pada awal bulan Mei. (*)

Presiden RI Beri Penghargaan dan Apresiasi Konser Online “48 Tahun godbless Berkarya – Mulai Hari Ini“

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Promotor ROCKINLILO dan group band godbless untuk KONSER: “48 Tahun godbless Berkarya”, pada hari Jumat – 27 Agustus 2021 pada pukul 10.00 – 11.30 WIB diterima langsung di ISTANA NEGARA oleh Presiden Republik Indonesia JOKO WIDODO yang didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Bapak Pratikno. Kehadiran ROCKINLILO (yang diwakili oleh Lilo dan Fendy Mugni) serta seluruh personil  godbless (Achmad Albar, Ian Antono, Donny Patah, Abadi Soesman dan Fajar Sastritama) yang bertujuan untuk audiensi dan melakukan paparan mengenai sejauh mana persiapan dan progress konser yang akan berlangsung disambut baik oleh Presiden Joko Widodo. Pertemuan berlangsung hangat dan menghasilkan berita baik yang perlu diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Presiden Joko Widodo sangat mendukung tujuan konser “48 Tahun godbless Berkarya” yang tidak hanya menampilkan pertunjukan musik saja, akan tetapi adanya misi dan visi penyelenggara untuk Kebangkitan Dunia Pertunjukan di era Pandemi agar ekosistem dunia bisnis pertunjukan bisa berjalan kembali yaitu mulai membiasakan masyarakat menyaksikan Konser Online Berbayar, serta Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 56 mengenai Royalti dan Hak Cipta dalam sebuah kegiatan pertunjukan musik.

Pihak ROCKINLILO dan Group band godbless yang hadir dalam pertemuan yang berlangsung kemarin juga melaporkan mengenai perkembangan persiapan Konser yang sudah hampir 90% dilakukan.

Presiden Joko Widodo mendukung konser tersebut dan memberikan arahan kepada pihak promotor dan godbless untuk disampaikan kepada seluruh pelaku bisnis industri pertunjukan lainnya agar dalam masa pandemi ini kita semua dan seluruh masyarakat Indonesia harus tetap berkarya. Beliau menyatakan “Konser 48 Tahun godbless Berkarya” ini harus bisa menjadi TEMPLATE untuk pelaksanaan pagelaran Musik di masa pandemi yang bisa diduplikasi oleh pelaku bisnis hiburan lainnya, tidak hanya di kota besar saja tapi juga di daerah-daerah atau desa-desa dengan penyelenggaraan yang lebih mikro. Pelaku Bisnis Pertunjukan tetap bisa mengadakan kegiatan pertunjukan dengan mematuhi protokol kesehatan dan mensosialisasikan kebiasaan baru di masa pandemi yaitu “Menyaksikan Konser Online Berbayar”. Dengan demikian diharapkan bahwa roda ekonomi bisnis pertunjukan akan bisa berjalan kembali dengan tumbuhnya kesadaran dari seluruh masyarakat.

Presiden Joko Widodo sangat mengapresiasi ide dan keberanian ROCKINLILO dan godbless yang akan menyelenggarakan Konser 48 Tahun godbless Berkarya ditengah Pandemi ini. Apresisasi seorang Presiden Republik Indonesia terhadap group band legendaris yang sampai hari ini masih tetap konsisten berkarya dan menjadi panutan bagi musisi lainnya. Untuk itu Presiden Jokowi akan memberikan tanda atau plakat penghargaan kepada godbless yang akan langsung Beliau serahkan kepada godbless. Hal ini akan menjadi sejarah bagi dunia musik Indonesia, karena baru kali ini pertama kalinya seorang Presiden memberikan penghargaan langsung kepada musisi Indonesia.

ROCKINLILO dan godbless mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atas dukungan penuhnya, dan juga kepada semua pihak, beberapa pihak terkait atas arahan bapak Presiden sehingga turut membantu terlaksananya  konser ini, KONSER 48 Tahun godbless BERKARYA – MULAI HARI INI.

Konser 48 Tahun godbless berkarya – Mulai Hari ini akan dimeriahkan dengan Konsep  ‘tribute to godbless’ bersama Isyana Sarasvati, Teza Sumendra, Dul Jaelani & Tissa Biani, Danilla, FourTwnty, Kamila dan Krisyanto Jamrud ft DeadSquad. Serta Konsep penampilan ‘Rock Collaboration’ bersama Ivanka Slank, Andy/rif, Fadly Padi, Sandy Andarusman, Krisna Prameswara, Roy Jeconiah, Eet Sjahranie, Adi Adrian, Karis DeadSquad, Cella, Stevi Item serta Ebenz dan Agung Burgerkill. Dan dipandu oleh presenter keren seperti Coki Pardede, Kikan, Tantri Syalindri, Eddi Brokoli, Azizah Hanum, Tretan Muslim dan Host Lilo. (*)

Exit mobile version