SAHARSA Rilis Album Debut “Resonansi Ayat 1” : Kebesaran Tuhan di Album Pertama

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sejak awal terbentuk di tahun 2022 lalu, SAHARSA telah merilis dua single pertamanya yaitu “Jurang Asmara” dan “NUR”. Setelah hampir tiga tahun di dunia musik, akhirnya SAHARSA berhasil menelurkan album debut awal tahun ini.

Album debut ini berjudul “Resonansi Ayat 1” yang terdiri dari delapan lagu, bertema “Perjalanan Hidup Cinta dan Spiritual”. Resonansi Ayat 1 secara bahasa memiliki arti “Resonansi: Getaran” , “Ayat: tanda-tanda kebesaran Tuhan”, “1: pertama”. Jadi Resonansi Ayat 1 dapat diartikan sebagai getaran dari tanda-tanda kebesaran Tuhan di album yang pertama.

Baca Juga : Ghostbuster Rilis Album Terbaru “Insulin Adrenalin”

Album resonansi terdiri dari 8 lagu yang masing – masing berjudul “Permulaan”, “Seuran dari Sang Penakluk”, “ESA”, “Mutiara”, “NUR”, “Binar Asa”, “Jurang Asmara”, “True Lantern”. “Secara garis besar lirik dalam keseluruhan lagu album tersebut berisi tentang perjalanan hidup cinta dan spiritual,” terang Nasal, Kamis, (13/2/2025).

Dalam setiap lagu – lagu tersebut tergambarkan bagaimana fase kehidupan yang sedang dialami oleh si penulis. Produksi Album Resonansi Ayat 1 membutuhkan waktu 1 tahun penuh di 2024 mulai dari take guide hingga album ini rilis. Kegiatan produksi musik diproduseri oleh personil SAHARSA sendiri.

Baca Juga : Logamulia Rilis Album Distorsi Narasi dalam Format CD, Raih Dua Penghargaan AMI Awards

Personil Saharsa berjumlah enam orang; Taufik (bass), Satrio (gitar), Rama (gitar), Selfi  (vokal), Nasal (vokal), dan Deansyah (keyboard). Namun dalam proses recording album SAHARSA dibantu oleh beberapa orang diantaranya Dickey Danovan (drum, mixing dan mastering), Ryo (bass), Veronica (backing vocal), Natanael (drum), dan Natasha (backing vocal). (*)

Ghostbuster Rilis Album Terbaru “Insulin Adrenalin”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah melalui perjalanan panjang yang penuh tantangan, band Ghostbuster akhirnya merilis album terbaru mereka bertajuk Insulin Adrenalin.

Album ini dirilis melalui kerja sama dengan label rekaman demajors dan menjadi saksi bisu dari perjalanan emosional band ini, yang mencakup kisah-kisah sosial politik, pertemanan, hingga dinamika kehidupan sehari-hari yang penuh warna.

Baca Juga : Ghostbuster Kembali dengan Single Terbaru “Insulin Adrenalin” yang Penuh Energi Positif

Proses produksi Insulin Adrenalin tidaklah mudah. Materi album sebenarnya sudah direkam sejak lama, namun perilisan sempat tertunda karena berbagai kendala, termasuk musibah yang menimpa keluarga besar Ghostbuster.

Meski demikian, semangat untuk terus berkarya dan menjadikan band sebagai “rumah” bagi para personel berhasil menyatukan mereka kembali. Nongkrong, berbagi cerita, dan melanjutkan proses album ini menjadi cara mereka bangkit dan menyelesaikan karya yang telah lama dinantikan oleh penggemar.

Proses rekaman album Insulin Adrenalin dilakukan di beberapa tempat. Gitar direkam di home studio milik Bardi, sementara drum, vokal, dan bass dikerjakan di 3Am Studio. Semua track drum dikerjakan oleh Fajri, dalam dua shift, sementara bass dikerjakan oleh Yoga yang menggantikan Danny Dagor yang sempat berhalangan hadir.

Album Insulin Adrenalin melibatkan banyak kolaborator berbakat yang memperkaya warna musik dan emosi di setiap track. Untuk vokal, Ghostbuster bekerja sama dengan Aulia Rahman, Indah dari grup The Secret, Indra Pasient, Deni Sherman dari Keep The Faith, Fadil dari Take a Brave, Van dari Korupurba, hingga Arum—putri teman mereka.

Baca Juga : Anxieparty Rilis Single “Metrik Ruang Waktu” Menyusul Kesuksesan Pencarian Peraduan

Mixing dan mastering album ini dikerjakan oleh Bardi dari band Raze, yang membawa sentuhan akhir dengan kualitas maksimal. Sementara untuk artwork, Ghostbuster mempercayakan desain visual kepada Mas Modjo, yang berhasil menerjemahkan konsep album ke dalam visual yang kuat dan artistik.

Insulin Adrenalin bukan hanya sekadar album musik, tetapi juga merupakan refleksi perjalanan band dan semangat untuk terus melangkah meskipun diterpa berbagai rintangan. Dengan kolaborasi yang kuat di setiap aspek, mulai dari musik, lirik, hingga visual, album ini diharapkan mampu menyuntikkan semangat baru kepada para pendengarnya. (*)

Logamulia Rilis Album Distorsi Narasi dalam Format CD, Raih Dua Penghargaan AMI Awards

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah dirilis dalam format digital pada awal tahun 2024, album Distorsi Narasi dari Logamulia kini hadir dalam format compact disc (CD) melalui kerja sama dengan label rekaman demajors.

Album ini menjadi bukti perjalanan panjang Logamulia, yang sukses memadukan musikalitas cadas dengan lirik yang tajam dan penuh makna.

Baca Juga : Laissez-Faire Kembali dengan Single Baru “Rancour”, Tanda Kebangkitan Musik Lokal

Album Distorsi Narasi berisi sembilan lagu yang dirampungkan melalui proses intensif dan waktu yang tidak singkat. Pandemi awal tahun 2020 serta kesibukan para personel Logamulia turut memengaruhi perjalanan mereka.

Achmad Hafizullah (vokal), Pratama Putra Rahardjo (gitar, vokal latar), Abdul Aziz Turhan (bas, vokal latar), dan Alejandro Saksakame (drum, vokal latar) bekerja keras untuk menyempurnakan album perdana mereka ini.

Keberhasilan mereka tidak datang secara instan. Single perdana Logamulia, “Musuh Publik,” yang dirilis pada 2019, menjadi nominasi di AMI Awards untuk kategori Karya Produksi Metal/Hardcore Terbaik. Tahun berikutnya, single “Sang Penghasut” kembali masuk nominasi AMI Awards 2020 dalam kategori Karya Produksi Metal Terbaik.

Kedua lagu ini di-remix dan dimasukkan dalam album Distorsi Narasi, menjadi cetak biru musik Logamulia: keras, agresif, namun tetap mudah dicerna tanpa kehilangan identitas metal mereka.

Sebagai band yang terinspirasi dari Lamb of God, Slipknot, Mudvayne, Meshuggah, dan Soulfly, Logamulia menyuguhkan musik yang tidak hanya bertenaga tetapi juga memiliki dinamika dan kedalaman. Vokalis Achmad “Apit” Hafizullah, mantan anggota Purgatory, mengombinasikan teknik vokal yang berteriak dan bernyanyi untuk menyampaikan pesan dengan jelas.

Dalam lagu seperti “Anti Kritik” dan “Hantam Amarah,” lirik yang ditulis bersama Abdul Aziz Turhan alias Comi menyoroti isu-isu sosial seperti otoritarianisme dan perilaku warganet. (*)

Hurricane Out Luncurkan EP Perdana “Under Substance”, Hibrida Grindcore Black Metal yang Menggelegar

WARTAMUSIK.com – Malang. Unit grindcore, black metal, dan powerviolence asal Kota Malang, Hurricane Out, akhirnya merilis EP perdana mereka yang berjudul “Under Substance” pada 19 Desember 2024.

EP ini menandai langkah besar band yang terbentuk pada pertengahan 2019 ini dalam meramaikan gelombang musik grindcore dan metal yang semakin berkembang di ranah underground.

Baca Juga : Laissez-Faire Kembali dengan Single Baru “Rancour”, Tanda Kebangkitan Musik Lokal

Musik underground belakangan ini semakin kaya, banyak band-band baru menggabungkan berbagai elemen untuk menciptakan suara yang fresh, seperti halnya Gulch dari Santa Cruz (CA) yang menggabungkan hardcore/punk dengan powerviolence, atau Nails dan Magrudergrind yang turut memperkenalkan sentuhan grindcore dengan pengaruh yang berbeda.

Band ini, yang terdiri dari Oji (vokal), Iqbal (gitar), Ago (gitar), Reno (bass), dan Dicky (drum), berhasil menyatukan elemen-elemen grindcore, black metal, dan powerviolence dengan gaya yang mereka sebut “gelap”, “cepat”, dan “bengis”.

Melalui EP “Under Substance”, mereka ingin menunjukkan bahwa percampuran 90’s black metal dengan nuansa kacau khas industrial grindcore bukan hanya sekadar eksperimen, tetapi sebuah tradisi baru dalam musik underground.

Dalam wawancaranya, para personel Hurricane Out menjelaskan, mereka ingin menciptakan tradisi baru, di mana riff-riff dissonant yang ringkas, gelap, dan cepat bisa berdampingan dengan elemen black metal serta industrial. Ini adalah sebuah hibrida baru yang kami rasa membawa angin segar bagi kancah musik underground.

Baca Juga : Liar’s Wife Hadirkan Single Pertama “Checks and Calls”, Menyusuri Sisi Gelap Cinta dengan Cara Unik

EP “Under Substance” ini hadir dengan lima track yang mengusung tema sosial dan pemberontakan, mencerminkan kerisauan dan rasa geram yang meluap dari para personel band.

Lagu-lagu dalam EP ini menggambarkan ketegangan sosial yang terjadi di dunia nyata, dipenuhi dengan lirik yang kuat dan penuh amarah. Tracklist EP “Under Substance”;  “Black Sheep”  “Salvatory”, “W.P.W.W.W”, “Eternal Dissorder”, “Prison Break” menjadi track andalan mereka. (*)

Candei Rilis Mini Album Self-Titled, Angkat Tradisi Lokal dengan Sentuhan Kekinian

WARTAEVENT.com – Palembang. Geliat kelompok musik kontemporer yang mengangkat narasi tradisi lokal semakin berkembang di Sumatera Selatan, dan salah satu nama yang turut meramaikan gerakan ini adalah Candei, kelompok musik asal Muara Enim.

Setelah melalui perjalanan panjang, Candei kini merilis album mini perdana mereka yang bertajuk Self-Titled, yang menghadirkan lima lagu dengan lirik berbahasa Melayu Besemah.

Baca Juga : Raditya Dika Perkenalkan Proyek Musik Timun Jelita dengan EP “Volume 1” dan Novel Cerita

Mini album ini terdiri dari lima lagu yang masing-masing menawarkan cerita dan nuansa budaya lokal, di antaranya “Ghimbe,” “Sendari,” “Titah Raje,” “Cerite Baghe,” dan “Tikate Tuwe.”

Album ini juga bisa dinikmati dalam format digital, serta rilisan fisik dalam bentuk compact disc dan vinyl, memberikan fleksibilitas bagi para pendengar untuk menikmati karya ini dengan cara yang berbeda.

Candei awalnya dimulai sebagai duo yang terdiri dari Fram Prasetyo (gitar akustik, vokal) dan Triwibowo S. P. (suling), yang terbentuk secara spontan untuk memenuhi undangan pertunjukan di Palembang. Kala itu, kelompok ini masih menggunakan nama Candei Banaspati, tanpa niatan untuk melanjutkan proyek ini lebih jauh.

Baca Juga : Somnyfera Rilis Album Mini “Mantis Anggrek Pink” yang Ekspresi

Namun, seiring berjalannya waktu dan dorongan dari kolektif musik Dangau Sesiar, yang juga melibatkan band seperti Hutan Tropis dan Diroad, Candei pun berkembang dan akhirnya terbentuk secara resmi pada tahun 2020 di Muara Enim.

Raditya Dika Perkenalkan Proyek Musik Timun Jelita dengan EP “Volume 1” dan Novel Cerita

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Raditya Dika, sosok multi-talenta yang dikenal sebagai komedian, sutradara, dan penulis ternama, kini memperkenalkan sisi kreatifnya yang berbeda melalui proyek musik terbarunya Timun Jelita.

Dalam proyek yang menghadirkan kombinasi unik antara musik dan narasi ini, Raditya Dika berkolaborasi dengan Mutiara Amadea, vokalis berbakat yang turut membawakan elemen emosional dalam setiap lagu.

Baca Juga : Somnyfera Rilis Album Mini “Mantis Anggrek Pink” yang Ekspresi

Proyek musik ini meluncurkan sebuah EP (mini album) berjudul “Volume 1” yang berisi empat lagu serta sebuah novel cerita, memperkaya pengalaman pendengaran dan pembacaan penggemar.

Timun Jelita bukan sekadar proyek musik biasa. Dibentuk oleh Raditya Dika sebagai penulis lagu dan gitaris, serta Mutiara Amadea sebagai vokalis, Timun Jelita menawarkan narasi yang mendalam melalui setiap lagu yang dibawakan.

Baca Juga : Maudy Ayunda Rilis Album”Pada Suatu Hari”: Perjalanan Musik yang Penuh Makna

EP pertama mereka, “Volume 1”, menghadirkan empat lagu dengan tema yang beragam namun tetap menyentuh hati:

Jika Bersamamu – Lagu yang menggambarkan bagaimana pasangan bisa menjadi sumber energi dan kebahagiaan.

Bukan Orang Pintar – Sebuah kisah tentang jatuh cinta yang membuat seseorang merasa tidak bisa berpikir jernih.

Sadar Sendiri – Lagu tentang mencintai sahabat dan berharap perasaan tersebut bisa disadari.

Juga Berdua – Sebuah lagu tentang seseorang yang ingin menjalani hidup bersama orang tercinta.

Baca Juga : Gisella Kembali dengan Album Pertama “Perjalanan Berharga” dan Single Terakhir “Hai! Apa Kabar?”

Mutiara Amadea, yang debut sebagai vokalis dalam proyek ini, berhasil membawa emosi dan kekuatan narasi dalam setiap lagu. Dengan suara yang penuh perasaan, ia mampu menjembatani cerita yang ditulis oleh Raditya Dika dan menyampaikannya dalam bentuk musik yang dapat dirasakan oleh setiap pendengar.

Tidak hanya menawarkan musik, proyek Timun Jelita juga dilengkapi dengan sebuah novel yang mengisahkan perjalanan hidup Timun, seorang pria berusia 40 tahun yang terinspirasi untuk kembali bermusik setelah menerima gitar tua dari ayahnya.

Baca Juga : Lyodra Rilis Album Kedua “Melangkah,” Tampilkan Kemampuan Sebagai Penyanyi dan Songwriter

Bersama sepupunya, Jelita, seorang mahasiswi yang juga terampil dalam musik, mereka memulai perjalanan musikal yang sarat makna, menggali hubungan mereka dan tantangan yang mereka hadapi dalam menciptakan karya bersama.

Proyek ini juga menjadi debut yang signifikan bagi Mutiara Amadea di industri musik Indonesia. Dengan kemampuan vokalnya yang luar biasa, Mutiara berhasil menunjukkan potensinya untuk menjadi talenta muda yang patut diperhitungkan di dunia hiburan tanah air. (*)

Somnyfera Rilis Album Mini “Mantis Anggrek Pink” yang Ekspresi

WARTAMUSIK.com – Bandung. Somnyfera, band asal Bandung yang dikenal dengan gaya musik indie pop/rock dan neo-progressive yang berbau era ’90-an, resmi merilis album mini terbaru berjudul “Mantis Anggrek Pink” melalui label rekaman demajors dan berisi enam track.

Berbeda dari album-album sebelumnya seperti Paralyensomnyvm!!Xx dan Stegosaurus Rex, album mini ini menampilkan keragaman musikal yang lebih luas, memperkaya identitas Somnyfera dengan eksplorasi tema-tema mendalam dan musikalitas yang semakin matang.

Baca Juga : D.O.S.A Merilis EP “Swara Bergala Nostalgia” dengan Instrumen Post-Rock Skramz

Album Mantis Anggrek Pink mencerminkan berbagai tema dan nuansa. Salah satunya adalah dua bagian dari track “Senandung Pasifik Part 1 dan Part 2”, yang terinspirasi dari novel Senandung Ombak karya Yukio Mishima, penulis Jepang kontroversial. Lagu ini menceritakan kisah cinta antara seorang nelayan miskin dan gadis kaya, berlatar sebuah pulau kecil di Jepang.

Somnyfera juga tidak meninggalkan sisi surealis dalam musik mereka, seperti yang dapat ditemukan di track “Planetlvmba”. Lagu ini mengangkat konsep imajinatif tentang tubuh manusia sebagai planet air yang dihuni oleh jiwa-jiwa berbentuk lumba-lumba, yang berusaha keluar dari planet mereka menuju pencerahan spiritual.

Track “Fluida Dramatika” terinspirasi dari pengalaman mimpi yang mengalir, penuh kejutan dan dinamika emosional. Lagu ini menggambarkan perasaan-perasaan yang datang silih berganti seperti dunia khayalan yang dramatis, dingin, dan penuh ketegangan.

Sementara itu, “Ringan” adalah lagu yang menyuarakan perjalanan seorang makhluk bumi yang berkendara di malam hari, membawa pesan agar hidup lebih pelan, menikmati setiap detik, dan melepaskan beban duniawi. Lagu ini juga menyampaikan ajakan untuk lebih meresapi kehidupan dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan.

Baca Juga : Grup Musik Punk Rock Korea Merilis EP ‘Sailor Honeymoon’

Lagu penutup album ini, “Adalah Kosmonot Purba Berasal dari Masa Depan yang Lain”, menyajikan sebuah spekulasi tentang misteri alam semesta. Dengan judul yang penuh tanda tanya, lagu ini bukanlah tentang jawaban atau pernyataan, melainkan tentang pertanyaan besar yang mengundang pemikiran mendalam tentang fenomena alam dan kehidupan.

Proses mixing dan mastering album ini ditangani oleh Adhit Androit, yang berhasil memberikan sentuhan teknis untuk menghasilkan suara yang dinamis dan ekspresif. Selain itu, karya visual yang menghiasi album ini dikerjakan oleh seniman Asti Elmanisa, yang menciptakan artwork yang sesuai dengan tema surealis dan artistik album ini. (*)

Maudy Ayunda Rilis Album”Pada Suatu Hari”: Perjalanan Musik yang Penuh Makna

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Penyanyi dan penulis lagu berbakat, Maudy Ayunda, kembali menghadirkan karya terbarunya dengan merilis album studio keempatnya yang bertajuk Pada Suatu Hari.

Album ini menandai babak baru dalam karier musik Maudy, sekaligus menunjukkan kedalaman seni bercerita dan eksplorasi artistiknya. Dengan lirik yang puitis, kritis, dan imajinatif, Pada Suatu Hari mengajak pendengar untuk meresapi perjalanan hidup yang penuh dengan kenangan, cinta, dan pencarian jati diri.

Baca Juga : Gisella Kembali dengan Album Pertama “Perjalanan Berharga” dan Single Terakhir “Hai! Apa Kabar?”

Di Album ini juga mengusung judul yang sarat makna, yaitu Pada Suatu Hari, yang mencerminkan sebuah cerita yang terus berkembang. Judul tersebut tidak hanya merujuk pada suatu momen atau waktu tertentu, tetapi juga mencakup refleksi terhadap masa lalu, kenangan yang tak terlupakan, serta harapan-harapan untuk masa depan.

Setiap lagu dalam album ini menyuguhkan pengalaman emosional yang kaya, seolah membentuk sebuah narasi sinematik yang mengundang pendengar untuk menyelami dunia imajinasi dan perasaan Maudy Ayunda.

Lirik-lirik dalam Pada Suatu Hari dipenuhi dengan tema-tema yang relevan dengan kehidupan modern. Maudy menyentuh isu-isu penting seperti kesehatan mental, tantangan kehidupan di perkotaan, dan dampak besar dari media sosial.

Baca Juga : Lyodra Rilis Album Kedua “Melangkah,” Tampilkan Kemampuan Sebagai Penyanyi dan Songwriter

Melalui gaya bercerita yang reflektif, album ini mengajak pendengar untuk merenung, memahami diri, serta menerima kerentanannya. Maudy mengungkapkan, album ini adalah sebuah perayaan akan kerapuhan dan ketangguhan dalam hidup.

Gisella Kembali dengan Album Pertama “Perjalanan Berharga” dan Single Terakhir “Hai! Apa Kabar?”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah tiga tahun hiatus dari dunia musik, Gisella Anastasia atau yang akrab disapa Gisel, kembali menyapa penggemarnya dengan single terbaru berjudul “Hai! Apa Kabar?”.

Lagu ini menandai kembalinya Gisel ke industri musik, sekaligus menjadi bagian dari album pertamanya yang diberi judul “Perjalanan Berharga”. Lagu tersebut dirilis bersama dua single lainnya, melengkapi debut album Gisel yang sangat dinantikan oleh para penggemar.

Baca Juga : Anya Geraldine Hidupkan Kembali Lagu Dangdut “Jablai”

“Hai! Apa Kabar?”, yang diciptakan oleh Irwan Simanjuntak, membawa tema kerinduan dan penyesalan atas masa lalu. Liriknya mengisahkan seseorang yang merenungi keputusan-keputusan yang telah diambil, sembari bertanya-tanya bagaimana hidupnya jika memilih jalan berbeda.

Namun, lagu ini juga dapat diinterpretasikan lebih luas, sebagai ungkapan kerinduan terhadap orang-orang atau kenangan dari masa lalu, seperti teman lama, keluarga yang telah tiada, atau hal-hal yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup.

Dalam Album “Perjalanan Berharga” menjadi sebuah karya monumental bagi Gisel. Beberapa lagu populernya seperti “Cara Lupakanmu,” “Indah Pada Waktunya,” dan “Sendirian” juga turut dimasukkan ke dalam album ini.

Album tersebut didedikasikan bagi para penggemar yang selalu setia mendukung Gisel, serta untuk mereka yang berperan penting dalam perjalanan kariernya di dunia musik.

Baca Juga : Single Terbaru Olla Ramlan “Bahaya” Tawarkan Lagu dengan genre Afrobeat yang Fresh 

Meskipun Gisel saat ini juga dikenal sebagai aktris, influencer, dan ibu, ia tetap menganggap musik sebagai bagian integral dalam hidupnya.

“Musik adalah awal mula saya berkecimpung di dunia entertainment, dan meskipun saya sibuk di bidang lain, saya merasa tidak bisa meninggalkan musik begitu saja,” ungkap Gisel. (*)

Lyodra Rilis Album Kedua “Melangkah,” Tampilkan Kemampuan Sebagai Penyanyi dan Songwriter

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Lyodra, kembali merilis album terbarunya yang bertajuk “Melangkah”. Album ini merupakan karya kedua Lyodra setelah sukses dengan debut album “Lyodra” di tahun 2021. Dirilis oleh Universal Music Indonesia, album ini memuat delapan lagu yang menampilkan kematangan musikalitas Lyodra.

Empat dari lagu-lagu dalam album ini sebelumnya sudah dirilis sebagai single, termasuk “Tak Selalu Memiliki” (OST Ipar Adalah Maut), “Ego”, serta dua lagu hits yang menduduki puncak tangga lagu Indonesia, “Sang Dewi” dan “Tak Dianggap”.

Baca Juga : Glenn Samuel Rilis Mini Album Perdana Berjudul “Egen”

Sementara, empat lagu baru yang baru dirilis bersamaan dengan album ini adalah “Malu Malu Tapi Nyaman”, “Sana Sini Mau”, “Sampaikan Rindu”, dan “Jangan Pernah Kembali”.

Album “Melangkah” terasa istimewa karena Lyodra tidak hanya menunjukkan kualitas vokalnya yang luar biasa, tetapi juga mengukuhkan posisinya sebagai songwriter. Beberapa lagu dalam album ini, seperti “Malu Malu Tapi Nyaman”, “Sana Sini Mau”, dan “Jangan Pernah Kembali”, ditulis sendiri oleh Lyodra.

Menurutnya, album ini merupakan langkah pertamanya dalam mengeksplorasi berbagai aspek baru, termasuk keterlibatannya dalam proses penciptaan lagu.

“Kenapa judulnya Melangkah? Karena selama proses pembuatan album ini, banyak hal yang membuat aku melangkah lebih jauh, salah satunya adalah menciptakan lagu. Itu berarti banget buat aku,” ujar Lyodra.

Baca Juga : Floor Inc, EVERYDAYINDO, dan USS Networks Berkolaborasi Rilis Album Kompilasi Hip-Hop

Selain itu, album ini juga menandai langkah pertamanya dalam menyanyikan lagu remake, seperti pada lagu “Sang Dewi” yang diaransemen ulang.

Exit mobile version