10 Diplomat Indonesia Bersuara Merdu di Event “Untaian Nada Bersama Sekdilu-X Kemlu”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Siapa nyana, dibalik menjalani padatnya rutinitas tugas negara, ternyata para diplomat mempunyai talenta dalam melantunkan lagu. Dan tak kalah professional, dengan penyanyi papan atas Indonesia.

Ihwal ini diketahui dalam acara “Untaian Nada Bersama Sekdilu-X” pada hari Sabtu (16/10/2021) lalu. Selain melantunkan paduan suara, para alumni Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) Angkatan X, Kementerian Luar Negeri ini pun membawakan lagu solo.

Beberapa talenta Sekdilu Angkatan X yang memiliki suara merdu dalam event “Untaian Nada Bersama Sekdilu-X” di antaranya;

Ira Hapsari

Kala membawakan lagu “Keroncong Tanah Airku” ciptaan Kelly Pupito, pirsawan acara ”Untaian Nada Sekdilu-X” dibuat takjub oleh suara Ira Hapsari atau akrab disapa dengan Ira ini. Lagu tersebut menjadi tembang andalan dan wajib dalam kejuaran nasional keroncong.

Ternyata Ira, sejak bangku sekolah kanak-kanak sering mengikuti pentas di RRI hingga berlanjut sampai ke bangku kuliah di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ira pun pernah terlibat dalam paduan suara Tri Ubaya Cakti milik Kodam VII/Diponegoro. 

Ira pun mengaku sempat ikut misi kesenian ke beberapa negara bagian di Malaysia atas undangan Tentara Diraja Malaysia. 

Sebagai diplomat Ira pernah ditempatkan di KJRI Chicago. Setelah itu pindah di BBC World Service Radio. Terakhir Ira pernah menjadi staff di Badan PBB (UNCHR dan UNDP). 

Sunarti Ichwanto

Akrab dipanggil dengan nama Nana, lahir di Kediri. Ketika SMP, Nana sesekali ikut kegiatan menyanyi di sekolah. Lanjut belajar gitar semasa kuliah, di sanggar Kusbini, Yogyakarta. Mulai belajar melukis setelah mempunyai 2 anak, akibat ”ketularan” suaminya Bagus Ichwanto dan abangnya, yang  seorang pelukis impresionis. 

Beberapa karya merupakan lukisan bunga, landscape, dan abstrak. Kedua hobi ini menjadi aset yang sangat mendukung tugas-tugas diperwakilan, utamanya ketika kita menangani fungsi Pensosbud. 

Nana pernah dtempatkan di KBRI Ottawa, KJRI Marseille, KBRI Tashkent, KJRI Sydney dan KBRI Manila. Dalam acara Untaian Nada Sekdilu X, Nana membawakan lagu ”Dia” ciptaan biduan Anji sambil memetik gitar akustik.

“Bercumbu” EP Perdana Mariani Oelong Berkisah Harmonisasi Kehidupannya

WARTAMUSIK – Jakarta. Sebagai seorang musisi keturunan Tionghoa, Mariani yang memiliki ciri khas suara sinden dengan nuansa etnik Jawa, dia ternyata juga tertarik dengan dunia travelling terutama mendaki gunung. 

Bahkan, Mariani sering meluapkan pandangannya dalam sebuah puisi. Hal ini yang membuat Mariani memantabkan diri mengembangkan puisi-puisinya yang berdasarkan pengalaman pribadi ke dalam bentuk lagu.

Baca Juga : Solois Rendy Pandugo Rilis Single Digital terbarunya “Morning Light”

Lagu-lagu tersebut kemudian dirangkai oleh Mariani ke dalam sebuah EP perdana berjudul “Bercumbu”. EP ini menceritakan tentang “Bercumbu” menceritakan tentang krisis seperempat kehidupan yang dilalui oleh Mariani. 

Dalam perjalanan kehidupannya, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam emosi, terutama saat menginjak usia 25 tahun. Keputusan-keputusan hidup sekaligus pengalaman yang dialami sering kali membuat banyak manusia mengalami kesedihan yang bertubi-tubi. 

Baca Juga : FLØRE Rilis Single Ketiga ‘Cigarette’, Yang Diambil dari album EP Terbarunya ‘Romaniac’

Mariani sendiri kini telah berhasil menemukan solusi akan hal tersebut melalui kegiatan travelling yang dia lakukan. Lewat pengalaman tersebut, Mariani percaya bahwa

kejutan akan selalu datang dan berjuang untuk menjalani hidup setiap hari adalah anugerah yang indah. 

Dalam pembuatan EP tersebut Mariani turut dibantu oleh beberapa musisi seperti di antaranya Vinson Vivaldi sebagai pengisi Musik, Petra Sihombing sebagai pengisi Gitar dan Penulis Lagu, dan Yosua Jose sebagai pengisi Perkusi. Vinson Vivaldi juga menjadi Produser EP milik Mariani ini, Mixing oleh David Erdi dan Mastering oleh Ibo.

Baca Juga : Gambaran Sudut Pandang Kehidupan Saat Ini di Singel terbaru Chiki Fawzi, Berjudul ‘Bandara’

Lewat EP Perdananya ini, Mariani ingin menyampaikan bahwa tiap manusia akan selalu menghadapi masalah, mulai dari percintaan, teman, atau bahkan dengan dirinya sendiri.

Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Jadi, menurut Mariani, mencari solusi dan bangkit kembali untuk menghadapi liku-liku dunia adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. [*]

Group Musik WSR Hadir Membawa Marwah Musik Pop Indonesia Era LCLR

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Industri musik era 77-78-an melahirkan lagu-lagu legendaris dan selalu mendapat tempat di hati para penikmat musik. Selain alunan dan beat musiknya yang orisinil, era ini pun lagu-lagunya everlasting dan enak di dengar.

Musik di era  ini juga bisa dibilang masa keemasan musik Tanah Air, dimana  Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors atau yang biasa disebut LCLR sangat digandrungi dan melahirkan banyak lagu-lagu evergreen seperti “Kidung”, “Nuansa Bening”, “Zamrud Khatulistiwa”, “Kelana”, dan masih banyak lagi.

Hal itulah yang menjadi alasan grup band Wisnu Serta Rekan (WSR) untuk bereksperimen dengan musik Pop Indonesia penuh kharisma ini. Tak hanya ingin mengobati rindu para pecinta musik Indonesia, grup WSR juga mencoba membangkitkan musik di era Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) Prambors, dengan gaya dan proporsi yang sama di era itu. 

Diharapkan sensasi segar akan didapat setelah mendengarkan musik lawas yang sudah lama tidak diperdengarkan kepada masyarakat pencinta music Indonesia.

WSR Terbentuk Dimasa Pandemi

Wisnu Serta Rekan (WSR) adalah grup band dengan 3 personil vokalis sekaligus memegang alat musik. Mereka adalah Zaky (vocal), Wisnu (bass), dan Dhimas (keyboard).

Uniknya, para anggota WSR juga memiliki pengalaman sebagai musisi dari group bandnya masing-masing. Sebut saja Wisnu yang aktif sebagai bassis Funky Kopral, dan Zaky yang sebelumnya menjadi lead vocal di beberapa band dengan beragam genre mulai dari musik Pop yang mendayu syahdu hingga cadasnya musik Rock. 

Sementara Dhimas yang memainkan keyboard banyak dipengaruhi gaya musikalitas Yockie Suryoprayogo, Debby Nasution, atau Ronnie Harahap.

Lagu “Langit Favoritku” Menjadi Trilogi Semesta Cerita Teddy

WARTAMUSIK – Jakarta. Langit Favoritku merupakan rilisan pembuka dalam rangkaian Trilogi persembahan dari Teddy Adhitya yang terdiri dari tiga lagu yang saling bertautan.

Di lagu ini Teddy bercerita tentang proses untuk berdamai dengan memori dan kenangan melalui proses merayakan rasa. Kesadaran bahwa terdapat sebuah pembelajaran kehidupan di dalam setiap peristiwa yang terjadi. 

Dari pembelajaran tersebut kita bisa memulai merayakan rasa. Semua rasa yang kita dapatkan dari kenangan-kenangan yang kita punya. 

Baca Juga : Kisah Hidup Rinni Wulandari Yang Tertuang Jujur Lewat Album “Skins”

“Langit Favoritku” adalah hasil kontemplasi diri yang terlahir berdasarkan pengalaman pribadi saat Teddy melewati fase kehidupan yang cukup berat dengan masalah-masalah yang datang bertubi-tubi. P

roses penulisan lagu ini dimulai ketika Teddy menyepi selama dua bulan di Bali pada awal tahun 2021. Menjadi perkenalan karya perdananya dalam Bahasa Indonesia, Langit Favoritku adalah perumpamaan tentang sesuatu yang indah dan nyaman.

Baca Juga : Gugah Semangat Persatuan Dalam Menjalani Kesulitan, Cinta Wirawan Rilis ‘Kita Bersama’

Teddy Adhitya adalah seorang storyteller, penyanyi, penulis lagu, produser musik, dan pengembara yang merintis karir bermusiknya sejak tahun 2008. Di tahun 2016, Teddy merilis single pertamanya sebagai solois berjudul “In Your Wonderland”.

Semenjak itu, Teddy sudah merilis dua buah album yaitu “Nothing is Real” (2017) dan “Question Mark” (2019). Langit Favoritku dapat dinikmati di berbagai platform musik digital di tanggal 25 Agustus 2021. (*)

Video Musik #THISISINDONESIA Viral, Langsung Trending di 6 Negara Sekaligus

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Video Musik (VM) Lagu #THISISINDONESIA langsung trending di 6 negara sekaligus. Ini artinya lagu tersebut berhasil diterima dengan baik oleh masyarakat, bahkan bukan hanya di Tanah Air, tetapi sampai ke mancanegara.

Buktinya,setelah dirilis pada (15/08/2021) lalu lagu #THISISINDONESIA langsung trending kurang dari 24 jam, bahkan di 6 negara sekaligus. Di Indonesia trending 1, Hongkong trending 3, Singapore trending 5, Taiwan trending 7, Malaysia trending 19 dan di Dubai trending ke 23.

Kesuksesan lagu #THISISINDONESIA ini tidak lepas dari lirik, tema, kolaborasi hingga konsep video klip yang dikemas dengan apik bersama Rizal Mantovani, Atta sebagai sutradara VM.

Baca Juga : International Jazz Competition: Buktikan Jika Group Musik Jazz Kalian Mampu Memukau Dewan Juri

VM ini memanfaatkan teknologi computer-generated imagery (CGI) yang menampilkan keindahan alam dan ciri khas Indonesia, seperti baju, kesenian, budaya, dan ikon-ikon Indonesia.

Mengangkat konsep futuristik tanpa menghilangkan sisi Indonesia menjadikan VM ini megah dan elegan. “Untuk proyek ini saya ingin benar-benar spesial, dan saya meminta kepada Rizal Mantovani untuk membuat video klip. Sempat beradu konsep, sampai akhirnya dipilihlah video klip yang sekarang rilis ini,” jelas Atta.

Ketika proses syuting juga benar-benar dibuat nuansa perdesaan, seperti di Papua yang dikemas lebih futuristik dan elegan, ditambah lagi ada penari yang menampilkan tarian-tarian kontemporer. 

International Jazz Competition: Buktikan Jika Group Musik Jazz Kalian Mampu Memukau Dewan Juri

WARTAMUSIK.com – Bandung. Sempat vakum di tahun 2020 akibat Pandemi Covid-19, annual event The Papandayan Jazz Fest (TPJF) dinyatakan bakal kembali digelar secara online pada tanggal 10-11 Desember 2021 mendatang.

Sebelum penyelenggaraan TPJF digelar, pihak penyelenggara menggelar “road to” berupa kompetisi Jazz Online. Yakni, ajang kompetisi pencarian musisi dan group band Jazz berbakat tanah air dan internasional dengan format online.

Baca Juga : Hari Jazz Sedunia 2021: Menggelar Konser Global Secara Virtual di Aula PBB

Fifi Aleyda Yahya, VP Corporate Coomunication Media Group dalam sesi webinar hari ini Rabu (18/08/2021) mengatakan, International Jazz Competition adalah kompetisi band jazz yang dilaksanakan secara virtual menggunakan platform Zoom conference dan social media untuk menemukan talenta jazz baru dan membantu mengenalkan musisi jazz baru Indonesia. 

“Kompetisi ini akan dinilai oleh para dewan juri yang terdiri dari para musisi jazz terkenal tanah air dan juga dari mancanegara, seperti Ben Van Gelder, Dwiki Dharmawan, Eki Puradireja, Venche Manuhutu, dan Harry Pochang,” tambahnya.

VM “This is Indonesia” Gunakan Kecanggihan Teknologi CGI

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Dibalik ciamiknya Video Musik (VM) dari lagu berjudul “This is Indonesia”  dari Atta Halilintar ini ternyata menggunakan kecanggihan teknologi CGI.

Atta menggandeng Rizal Mantovani untuk menyutradarai video klipnya dengan menggunakan teknologi computer-generated imagery  (CGI) yang menampilkan keindahan alam dan ciri khas Indonesia, seperti baju, kesenian, budaya, dan ikon-ikon Indonesia. 

Video klip ini mengangkat konsep futuristik tanpa menghilangkan sisi Indonesia yang megah dan elegan. 

Baca Juga : Atta Halilintar Kolab dengan DJ BEAUZ Rilis Single “This is Indonesia”

Di video klip ini, Atta juga mengajak serta Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Menurut Sandiaga Uno, musik tidak hanya sekedar memainkan instrumental tapi bisa juga menjadi ekspresi dari membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme.

Dalam webinar yang digelar oleh ATTA MUSIC, Menparekraf Sandiaga Uno menerangkan, musik menjadi simbol kemandirian dan kreativitas anak-anak muda Indonesia. 

Atta Halilintar Kolab dengan DJ BEAUZ Rilis Single “This is Indonesia”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Sukses sebagai YouTuber, kini Atta Halilintar fokus kembali ke industri musik. Bersama ATTA MUSIC, suami dari Aurelie Hermansyah ini merilis single terbarunya yang berjudul “This is Indonesia”. 

Lagu #THISISINDONESIA yang bertemakan tentang kebangsaan ini bakal dirilis menjelang hari Kemerdekaan RI pada (15/05/2021) mendatang melalui akun YouTube ATTA MUSIC.

Baca Juga : Cerita Noui Kerinduan Akan Sebuah Rumah Lewat Single “Hometonone”

Dalam projek ini Atta Halilintar kolab bersama DJ internasional keturunan Indonesia DJ BEAUZ, Krisdayanti, Aurelie Hermansyah dan sang ibunda Lenggogeni Faruk Halilintar. 

Momen kolaborasi ini menghasilkan suatu lagu dengan genre Hip Hop Etnic. Komposisi dalam lagu ini hasil perpaduan music modern dan music etnik khas Indonesia.

Lagu berjudul #THISISINDONESIA ini berisikan pesan-pesan tentang persatuan Indonesia, mengenal dan mempelajari kembali bagaimana bangsa Indonesia memiliki budaya yang luhur. 

Genre Electronic Music, Menginspirasi adidas Membuat Seragam Tandang Juventus

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Terinspirasi dari Budaya Musik “electronic music” di Turin, Italia, adidas merilis seragam tandang klub sepak bola Juventus untuk musim 2021/2022.

Sebagaimana diketahui, electronic music sangat digemari oleh generasi muda di Kota Turin. Dan telah menjadi sub kultur serta gaya hidup anak muda di kota tersebut.

Permainan cahaya di klub malam dan festival musik oleh adidas dijadikan desain seragam sekaligus melambangkan nuansa warna ikonis dari seragam Juventus.

Baca Juga : ‘Holding On To Letting Go’, single emosional Scott Quinn

Saat merilis seragam ini adidas dan Juventus telah membuat sebuah film lewat kolaborasi dengan C2C Festival (sebelumnya bernama Club To Club) asal Turin, salah satu festival musik avant-pop yang terkemuka di dunia. 

Narasi film ini diisi oleh Carlo Pastore dan Lil C, sementara, musik latarnya dibuat Koreless. 

Film ini menampilkan beberapa artis musik yang paling ternama di italia dan Inggris, termasuk Gang Of Ducks, Koreless, Mana, Romy, Sara Berts, dan spime.im. [*]

Single “Sunyinya Malam” dari Willy Anggawinata Tersedia Secara Ekslusif di Resso

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Lagu berjudul “Sunyinya Malam” dari Willy Anggawinata yang diproduksi di bawah Proyek EKslusif Resso ini telah tersedia secara ekslusif pula di aplikasi streaming musik Resso.

Matthew Tanaya, Artist and Music Development Manager, Resso Indonesia mengatakan, Proyek Konten Ekslusif Resso merupakan salah satu dari banyak inisiatif yang dikerjakan Resso untuk membantu musisi millennial dan berbakat.

Baca Juga : Tat Mannerz Menuangkan Kisah Hidup yang Sarat Pelajaran di EP Perdananya, “Fall Risk”  

“Kami terus berkomitmen untuk mendukung industri musik dengan mengorbitkan lebih banyak penyanyi berbakat baru, merilis lagu-lagu orisinal baru sehingga memungkinkan kami untuk memperkaya daftar putar (playlist) lagu asli kami,” jelas Matthew.

Proyek Willy bersama Resso ini dimulai ketika ia memproduksi video sendiri, mengcover lagu-lagu populer, dan mengunggahnya di saluran media sosialnya, seperti TikTok. 

Konten-konten tersebut membuatnya populer hingga memiliki 1,4 juta pengikut dan mendapatkan 24,5 juta ‘like’. 

Baca Juga : Pahit Manis Kehidupan Mariani Oelong, Tertuang Harmonis Dalam EP Perdana-nya, “Bercumbu”

Menyadari potensi yang dimilikinya, Resso menawarinya untuk bergabung di proyek Artis Cover tahun lalu, membawakan lagu ‘Biarlah Semua Berlalu’, yang tayang hingga 13 juta kali.

Kini Resso bermitra dengan Willy dalam proyek Konten Eksklusif di mana ia memproduseri dan mempromosikan lagu karyanya, ‘Sunyinya Malam’ di Resso.

Lagu Tentang Kesepian dan Kesendirian

Willy adalah salah satu musisi dengan jumlah followers yang terus bertambah di masa pandemi, dan terus meraih sukses. 

Resso sebagai platform music sharing bangga bisa melakukan kerjasama ini dengannya, sehingga dia bisa menapaki jenjang karir yang lebih tinggi sebagai musisi. 

Baca Juga : Ariana Grande, Ajak Kalian Menikmati Parfum Terbarunya God is a Woman

“Survey menunjukkan perilaku audiens pendengar di platform digital telah meningkat pesat sejak pandemi dimulai tahun lalu. Ini adalah waktu yang tepat bagi seorang artis seperti Willy yang bisa tetap kreatif dan produktif selama masa yang penuh tantangan ini, dalam membangun karirnya,” tambah Matthew lebih lanjut.

Mendapat dukungan positif dari Resso, Willy Anggawinata mengaku memiliki dorongan dan komitmen untuk membangun karirnya di musik, lebih dari sekadar sebagai artis cover. 

Baca Juga : Velvet Mess, Grup Pop-Punk Asal Jakarta, Memperkenalkan Diri Lewat Single “Affectionless”

Lagu “Sunyinya Malam” terang Willy, ia tulis saat pandemi mengharuskannya berada di rumah. Lagu ini menceritakan tentang kesepian dan kesendirian. Willy menuangkan pikiran dan perasaannya dari pengalamannya sendiri ke dalam lagu ini. 

“Sebagai musisi independen, saya sangat menikmati bekerja dengan Resso. Selain dukungan promosi dan aplikasi yang luar biasa, saya juga menghargai  tim Resso yang memberikan kebebasan untuk fokus pada musik dan pekerjaan saya,” pungkas Willy. [*]

Exit mobile version