‘Snake on Apple Trees’ Kolaborasi Fun dan Fresh Rinni Wulandari bersama Yarra Rai !

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Tahun 2020, di tengah pandemic yang melanda, ternyata malah membuat musisi Indonesia Rinni Wulandarisemakin memantapkan diri untuk comeback ke industri musik Indonesia. Di tahun tersebut, telah dirilis 4 Singlediantaranya: ‘Born Ready’, ‘Keep On Movin’, ‘Feel Good’, dan single yang didedikasikan khusus untuk sang buah hati berjudul ‘Takut Nanti Rindu’. Seakan ingin berkarya terus menerus, di tahun 2021 ini, Rinni kembali dengan singleterbarunya yang berjudul ‘Snake on Apple Trees’. Tidak sendiri, kini Rinni mengajak Yarra Rai untuk berkolaborasi bersama. Warna suara yang khas menjadi salah satu hal yang membuat Rinni tertarik untuk berkolaborasi bersama Yarra Rai, dan tanpa diduga, Yarra Rai juga menyambut dengan baik ajakan Rinni untuk berkolaborasi tersebut. 

‘Snake on Apple Trees’ sebenarnya bercerita tentang sosok sahabat yang telah sekian lama dipercaya, namun sayangnya dia merupakan teman yang ‘fake’ dan suka menusuk dari belakang. “Ceritanya memang tentang temen yang fake dan suka nusuk dari belakang, jadi pertemanan sekedar ada maunya gitu,” ungkap Rinni. “Tapi, lagu ini juga bisa menceritakan tentang seseorang pasangan yang sudah putus karena dia merasa dikecewakan oleh pasangannya,” lanjut Yarra. Cerita ini sengaja diangkat oleh Rinni dan Yarra karena mereka berdua yakin banyak sekali orang-orang di luar sana yang pernah atau sedang mengalami kejadian yang diceritakan oleh mereka lewat lagu ini. Rinni dan Yarra terlibat langsung sebagai Penulis sekaligus Composer untuk lagu ini. Tidak hanya mereka berdua, Jevin Julian, suami dari Rinni, juga ikut terlibat hingga sebagai Produser hingga Arranger.

Rinni mengatakan bahwa proses pembuatan lagu ini tergolong sangat menyenangkan. “Proses bikin lagunya 3 jam, sisanya kita lebih sering ketawa-ketawa karena memang Yarra orangnya seru, jadi ga berasa sedang kerja,” kisah Rinni. “Bahkan, si Yarra sempet ketiduran saat proses recording lagunya, lucu banget kalo inget moment itu,” lanjutnya. Walau mengangkat cerita tentang dikecewakan, ‘Snake on Apple Trees’ dibawakan oleh Rinni dan Yarra secara fun, karena mereka berharap lagu ini dapat masuk ke playlist penikmat musik sembari menikmati kegiatan sehari-hari mereka. Rinnidan Yarra sebenarnya juga ingin berpesan lewat lagu ini bahwa saat kita telah bertemu dengan orang yang tulus, hargai orang tersebut dan selalu berhati-hati dalam pertemanan.

‘Snake on Apple Trees’ jadi single pertama Rinni di tahun 2021 yang akan mengawali karya-karya terbarunya dalam beberapa waktu mendatang. Setelah merilis single tersebut, Rinni sudah berencana untuk kembali merilis single-singleterbarunya mulai dari bulan Juli hingga Agustus 2021. Nantinya, single yang dirilis oleh Rinni ini merupakan single yang akan masuk ke dalam album terbaru Rinni yang rencananya akan rilis di bulan Agustus. Sudah siap menyambut era terbaru Rinni Wulandari?. (*)

The Couch Club Kembali Rilis Single Terbaru nya “Out of Love”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Band Hip-Hop asal Bandung, The Couch Club, kembali menunjukkan produktivitas mereka dengan merilis single terbaru berjudul “Out of Love”. Selain sudah bisa didengarkan di seluruh streaming platform, lagu dari band pendatang baru ini juga hadir dalam format video musik yang dapat disaksikan di kanal YouTube resmi mereka.

The Couch Club, yang merupakan kuartet Gallyglitch, Sbpulsix/Belva Prabowo, Vai Siagian, dan Atria Lintang, membicarakan sesuatu yang nampaknya dialami oleh banyak orang: perasaan yang pudar. “Rasa-rasanya kita semua pernah mengalami “out of love”. Kondisi di mana sparks dalam sebuah hubungan sudah lama hilang dan kita tidak ada yang tahu bagaimana menghidupkannya kembali,” tutur Ghifari yang dikenal dengan moniker Gallyglitch. “Peristiwa ‘sial’ ini terkadang tidak bisa dihindari, membuat kita merasa kalut dan hilang arah. Momen itu yang ingin kami gambarkan dalam single Out of Love” ini.”

Tema tersebut kian mengokohkan identitas The Couch Club sebagai sebuah band hip-hop, baik dalam konteks musik maupun pertemanan. Mereka bisa membicarakan hal yang kasual seperti persahabatan pada “Dawn”, kemarahan dalam “Beacon”, maupun narasi sentimentil seperti pada “Out of Love” ini. “Meski masing-masing dari kami punya perjalanan musiknya sendiri, tapi ketika bicara tentang The Couch Club sebagai sebuah band hip-hop, kami memang ingin tampil sebagai sebuah grup,” ungkap Vai Siagian.

Adapun dari segi musikalitas, sedikit berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya, “Out of Love” menitikberatkan pada vokal groovy milik Atria Lintang. Tentunya dipadukan dengan estetika musik The Couch Club yang mengambil banyak influens dari R&B, Hi-Hop, soul, pop, hingga acid-jazz. Keempat personil band pendatang baru ini juga menyatakan, perilisan single Out of Love” adalah penanda bahwa The Couch Club akan segera merilis mini-album, tentunya masih bekerja sama dengan Microgram dan Champ Hitte. (*)

Single “Kau Tak Pernah Tahu”, Menjadi Bukti Keseriusan Risda In Vienna Dalam Bermusik

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Memendam asa mengenai sebuah rasa pada akhirnya merupakan pekerjaan yang sia-sia. Terlebih jika harus menunggu suatu ikatan semu yang diharapkan, dan berujung pada penantian yang tak berkesudahan. Begitulah untaian pesan Risda in Vienna, dibalut dalam lantunan kata dan nada yang bercerita untuk setiap pendengar karya musik Indonesia.

Risda in Vienna yang lahir pada tahun 1993 berlatar keluarga yang amat mencintai seni terutama di bidang tarik suara, membuat dara jelita ini mengenal seni music sejak usia belia. Berbagai pentas seni music diikutinya sampai menginjak usia remaja. Di Tahun 2014 Risda bersama beberapa sepupunya yang tinggal di Jakarta membentuk sebuah grup musik. Puput Novel, penyanyi yang juga berkarir sebagai aktris film dan sinetron Indonesia adalah salah satu sepupu dari Risda, yang turut serta mendukung ketertarikannya pada musik.

Ketertarikan pada dunia tarik suara sudah Risda rasakan sejak masih bekerjadi salah satu perusahaan akuntansi. Merasa jenuh akan aktifitas kesehariannya, akhirnya membuat Risda memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya itu dan mulai menggeluti bidang tarik suara secara intens.


Lagu berjudul “Kau Tak Pernah Tahu” ini menjadi single pertama Risda in Vienna dibawah naungan Kataolia Talent Management yang bekerja sama dengan Seven Octave Music Production. Rangkaian kata gubahan lagu ini dibalut dengan nuansa musik beraliran pop, dipadu-padankan oleh harmonisasi dan aransemen dari Popo Fauza, akan membawa kita terhanyut dalam setiap bait yang dilafalkan oleh Risda in Vienna. (*)

White Chorus, Duo Elektronik Bandung Rilis Album Debut berjudul FASTFOOD

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah merilis lima single sejak pertengahan tahun 2020, duo elektronik asal Bandung, White Chorus, akhirnya merilis album penuh berjudul FASTFOOD. Sepuluh lagu bernuansa electro-pop ini sudah bisa dinikmati di seluruh streaming service.

“Melalui album ini, kami membicarakan tentang isu-isu, baik sosial maupun personal, yang banyak terjadi di sekitar kami hari ini, mulai dari trauma masa lalu, jatuh cinta yang sepaket dengan patah hati, seksualitas, maupun perasaan senang yang dialami,” tutur Clara Friska tentang FASTFOOD. “Berbagai tema tersebut kami kemas secara instan, sama seperti ketika kamu makan french fries atau ice cream.”

Di sisi lain, Emir Agung mengakui proses pembuatan album ini tergolong cukup dinamis. “Album ini memang menandai fase terkini dari White Chorus, di mana kami berdua sedang ‘nyaman-nyamannya’ membuat lagu berdasarkan spontanitas atau impulsivitas mood kami,” tuturnya. “Sehingga dari segi musik pun, semua lagu dalam FASTFOOD bisa dibilang ringan, singkat, namun variatif. Ini supaya pendengar bisa menikmatinya berulang-ulang tanpa membutuhkan waktu atau pemikiran terlalu dalam.”

Pertanyaan Friska dan Emir dapat dibuktikan langsung dengan mendengarkan FASTFOOD. Mulai dari sentuhan psychedelia seperti “I Shouldn’t Bring My Heart Next Time”, retro-chillwave di “HEATWAVE”, electro-pop yang danceable di “Disappear”, hingga kombinasi lo-fi pop dan triphop yang pas di “Go Run Away!”

Keduanya juga sepakat, White Chorus amat terbantu dengan kehadiran pihak-pihak lain dalam pembuatan album ini, seperti Mamoy (BLEU HOUSE) sebagai produser untuk 7 lagu di FASTFOOD. “Adanya Mamoy membuat kita lebih pede, sih. Kualitas mixing dan mastering beliau menurut kami sangat baik, ditambah dia bisa memberikan tweak pada beberapa bagian di lagu-lagu kami sehingga semakin nge-hook,” jelas Emir.

Menanggapi ekspektasi terhadap album debutnya ini, Friska dan Emir mengharapkan FASTFOOD dapat menjadi teman pendengar ketika menjalani momen-momen kecil sehari-hari. “Kamu percaya semua orang itu layered. Jadi ketika kamu sedang dalam perjalanan, di kamar, lagi sedih maupun senang, ada berbagai perasaan yang kita tidak akan pernah tahu di baliknya. You guys are always welcome to listen to FASTFOOD. Hope you all get addicted to it,” imbuh mereka.(*)

Menandai Debut Singlenya I Industri Musik Tanah Air, Cilli In Sicily Merilis “I’ll Be Alright”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, rasanya perumpamaan tersebut melekat erat pada Cilli in Sicily. Putri dari pasangan Gail Satyawaki dan Yudita Royandi ini merilis single music pertamanya yang berjudul “I’ll Be Allright”.

Nuansa urban contemporary pop terasa jelas pada setiap nada yang dilantunkan Cilli di single perdananya. Pemilihan kata dan nada yang dilakukan sendiri oleh putri dari mantan personil grup musik Yovie & Nuno ini menghadirkan warna tersendiri bagi musik pop Tanah air.

“Lagu ini nyeritain tentang sahabatku yang akhirnya harus pisah sekolah dan pisah kota juga sama aku”, ungkap Cilli. Selama masa pandemic, dara yang kebetulan masih bersekolah itu ditugaskan untuk membuat sebuah karya seni secara berkelompok, dan pada akhirnya terciptalah single nya yang berjudul “I’ll Be Allright”. “Di awal pandemic itu susah banget buat selesaikan tugas secara kelompok karena terbatas waktu, dan juga agak susah ketemu sama temen kelompokku, jadi akhirnya aku putusin untuk ambil alih tugas itu untuk ku kerjain sendiri”, pungkasnya.

“Aku ikut serta di Konser musik virtual “Teman Baru” diawal tahun 2021, itu pertama kalinya aku ketemu sama Kataoila Talent Management, pada akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dalam gerakan “What in Where” yang diusung oleh 76 Rider” tutur Cilli. Cilli in Sicily akhirnya merilis single pertamanya yang berjudul “I’ll Be Allright” bersama Seven Octave Music Production. (*)

‘Why Can’t We’ single kolaborasi Calvin Jeremy, Amanda Caesa & Myia Thornton.

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Nama Calvin Jeremy adalah nama yang tidak asing di dunia musik Indonesia. Sudah kurang lebih 11 tahun dia telah berkarier dan telah merilis puluhan single juga album sepanjang kariernya. Setelah vakum sekitar 2 tahun lamanya dan berkarier di balik layar sekaligus mengasah kemampuan aktingnya, kini Calvin Jeremy siap comeback dengan single terbarunya ‘Why Can’t We’.

Tidak sendiri, Calvin juga mengajak musisi baru Amanda Caesa dan juga musisi asal Amerika Serikat, Myia Thornton. Lagu ini tercipta saat Calvin dan Amanda bertemu dalam sebuah kesempatan untuk membuat konten bersama. Karena dirasa menulis lagu bersama terdengar menyenangkan, Calvin mengajukan ide tersebut ke Caca (panggilan Amanda). Ide-pun bersambut dan Caca juga semangat untuk bisa menulis lagu bersama Calvin. Akhirnya, rencana membuat konten bersama yang bernama One Hour Song Challenge inilah yang melahirkan lagu ‘Why Can’t We’ ini. 

Nama Myia Thornton muncul saat Calvin memutuskan lagu ini untuk diproduseri oleh seorang Produser asal Indonesia lulusan Berklee, Amerika Serikat bernama Abram Lembono yang juga sudah pernah bekerjasama dengan Marcel Siahaan hingga Isyana Sarasvati. Saat merekam lagu ini, baik Calvin dan Abram merasa terdapat bagian dalam lagu yang cocok untuk diisi seorang rapper. Maka, dari sekian banyak pilihan nama rapper dari berbagai negara, nama Myia Thornton’lah yang kemudian dipilih oleh Calvin dan Caca. 

Myia sendiri merupakan musisi yang juga merupakan lulusan Berklee dan sedang meniti karier di dunia musik. “She’s the bombrapper muda dari Amerika yang ternyata chemistry-nya bisa nyambut banget sama aku dan Calvin,” ungkap Caca. “Myia juga merasa excited ketika kami tawarkan untuk bisa berkolaborasi. Dia mengaku tidak sabar untuk merilis lagu ini dan didengarkan oleh ratusan juta orang di Indonesia,” tambah Calvin. Selain Abram Lembono sebagai Lead Producer di lagu ini, Calvin Jeremy juga terlibat langsung sebagai Producer bersama Tendra.

‘Why Can’t We’ bercerita tentang kisah cinta yang belum usai. Walau begitu, lagu ini tetap bisa dinikmati dalam berbagai suasana. “Selain lagu ini asik buat di dengarin di segala mood, mau galau, lagi jatuh cinta, lagi rame atau sendiri, lagu ini bisa membawa kamu rilesk tapi bisa sambil goyang-goyang asik,” kata Caca ketika ditanya tentang alasan mendengarkan lagu ini. “Menurutku, dalam hidup ini, orang-orang membuat kesalahan. Jadi, kenapa tidak kita memberikan kesempatan kedua,” pesan Calvin. “Kesempatan kedua ini baik dari aku yang memberikan kesempatan kedua untuk musik, dan penikmat musik Indonesia yang memberikan kesempatan kedua untuk Calvin dan mengenal lebih jauh sosok Caca sebagai musisi,” lanjutnya. 

Calvin juga menambahkan harapannya mengenai klaborasi bersama dengan Amanda Caesadan Myia Thornton ini. “Harapannya dari kolaborasi ini, lagu ini bisa menemani dan menghibur fans Amanda Caesa, Calvriends, dan semua penikmat musik tanah air. Dan dengan kehadiran Myia Thornton, Abram Lembono bisa menjadi bukti juga inspirasi, bahwa kreatifitas tidak terbatas oleh jarak dan waktu, ataupun pandemi sekalipun,” kata Calvin. “Lewat kolaborasi ini juga, menjadi bukti bahwa musik Indonesia juga bisa punya tempat sampai ke panggung dunia!” pungkasnya. (*)

Ungkapan Perasaan JVSAN dan Reikko lewat Genre yang Tidak Biasa Dalam ‘4:55PM’

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Semakin tahun, semakin banyak bermunculan musisi-musisi berbakat baru di Industri Musik Indonesia. Termasuk salah satunya adalah penyanyi dan produser asal Jakarta yang satu ini, JVSAN. JVSAN sudah berkecimpung di dunia musik sepanjang hidupnya. Dimulai dari menguasai piano di kelas tiga Sekolah Dasar, hingga mengambil gelar Composerdi Universitas Musik beberapa waktu yang lalu. Kini, setelah merilis single original pertamanya bersama Sara Fajiraberjudul ‘Truth Serum’, JVSAN telah siap merilis karya original keduanya yang berjudul ‘4:55PM’. Lagu ini juga merupakan lagu kolaborasi bersama Reikko yang sempat juga berkolaborasi bersama Yellow Claw dan Weird Genius.

Lagu ini menggabungkan dua genre yang tidak biasa, Folk Acoustic dan Chill/Ambience. Lagu bercerita tentang dua orang yang saling mencintai namun tidak bisa bersama. Walau begitu, mereka tetap berusaha saling mendukung satu sama lain di saat susah karena rasa sayang antara mereka berdua. Ditulis oleh JVSAN dan juga Reikko, lagu ini juga ikut diisi oleh Nathania Jualim di Guitar, Tracking oleh JVSAN dan Irene Edmar Irawan dan Mixing Mastering oleh DhandyAnnora. 

‘4:55PM’ bisa dikatakan sebagai lagu yang dikerjakan JVSAN untuk mengejar keyakinan dalam merilis musik yang imajinatif dan non-konvensional yang, menurutnya, belum diapresiasi secara luas oleh penikmat musik. Selain itu, di lagu ini, JVSAN berusaha menceritakan juga emosi yang dia rasakan selama ini. Walau punya makna yang mendalam dan cenderung sedih, JVSAN dan Reikko tetap berusaha menampilkannya ke dalam lagu yang ceria dan easy-listening supaya dapat lebih dimengerti oleh para pendengarnya.Tentu saja, karya terbaru JVSAN ini baru merupakan awal karya-karya yang akan dia rilis dalam beberapa waktu ke depan. Kita tunggu saja! (*)

Bertopeng Kelinci, Ini Lima Fakta Menarik Tentang AmPm (Baca: Ampam)

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Berikut lima fakta menarik yang banyak orang belum tahu tentang AmPm. Apa aja?? Yuk kita simak bareng!

1. AmPm adalah proyek kreatif.

Sebuah unit yang terdiri dari 2 seniman yang tampil dengan topeng setiap kali tampil di depan publik. Memilih untuk menutup identitas dan penampilan mereka sebagai artis yang notabene figure publik bukan tanpa alasan. Ada alasan khusus mengapa pencitraan seperti ini mereka pilih.

“Yang kerap terjadi adalah musik dinilai dari penampilan musisi. Entah itu dari wajah tampan dandanan sang artis, atau bahkan ras. Kami tidak ingin seperti itu. Kami ingin menyampaikan musik tanpa harus dinilai karena penampilan atau gaya kami. Penampilan bukan hal yang penting buat kami,” jelas AmPm.

Inspirasi menggunakan topeng ini muncul setelah menonton sebuah pertunjukan di New York yang berjudul Sleep No More.

2. Topeng AmPm tidak selalu topeng kelinci lho.

Jangan tanya mengapa topeng AmPm menampilkan bentuk kelinci karena di awal karir mereka, topeng mereka justru bukan berbentuk kelinci. Hanya sekarang saja, mereka sedang senang menggunakan topeng kelinci. Di kemudian hari, ada kemungkinan bentuk topeng akan berubah lagi, mengambil inspirasi dari binatang lain di kebun binatang.

“Awalnya, kami menggunakan topeng berbentuk beruang kutub. Tapi, setelah kami debut dan berkeliling dunia, topeng yang kami kenakan berubah-ubah. Sampai akhirnya sekarang menggunakan topeng kelinci. Mungkin di masa mendatang, kami akan mengubahnya menjadi topeng lainnya. Inspirasi visual kami biasanya datang dari alam. Entah itu binatang atau tumbuhan. Ini bisa dilihat dari video klip dan juga topeng yang kami pilih.

3. Karir awal AmPm ternyata bukan dari dunia music

Sebagai unit kreatif, musik bukanlah satu-satunya yang dikerjakan oleh kedua anggota AmPm. Pertemuan awal mereka justru di dunia fashion dimana salah satu anggota bekerja di butik fesyen dan yang adalah pelanggannya.

“Kami bertemu di sebuah acara. Pada saat itu, kita belum bekerja sama. Hanya saling mendukung satu sama lain setiap kali ada proyek. Tapi, lama kelamaan, proyek yang kami kerjakan sama. Akhirnya, kami membuat sebuah perusahaan dan menciptakan lagu, Best Part of Us, yang diperuntukan sebagai musik konsep perusahaan. Respon publik terhadap lagu bagus. Akhirnya, kami putuskan untuk debut sebagai artis dan lahirlah AmPm. Padahal,

kita tidak pernah terpikir untuk memulai debut sebagai artis. Tapi dari situlah awal mulanya. Proyek AmPm dimulai pada 2015. Kami mulai memikirkan konsep apa yang akan dikeluarkan, bahkan topeng apa yang akan kami pakai.”

4. Dua konsep penting bagi AmPm dalam bermusik yang perlu diketahui

Selain anonimitas identitas mereka di balik penting, ada hal penting lain yang ingin ditekankan dalam musikalitas AmPm. Kepuasan bisa menemukan talenta baru langsung dirasakan sejak AmPm pertama didirikan dimana single pertama mereka, Best Part of Us yang menggamit Michael Kaneko mendapat respon bagus secara global. Semenjak itu, AmPm pun terus bereksplorasi mencari talenta baru untuk diajak berkolaborasi.

“Berada dalam posisi untuk memperkenalkan vokalis dan produser, kami benar-benar ingin memperkenalkan mereka. Selain ingin melakukan sesuatu bersama mereka, kami pikir akan lebih baik jika artis dengan format seperti kami memperkenalkan para talenta baru itu,” terang AmPm melalui blog mereka di medium (https://ampm-tokyo.medium.com/ampm- starting-midium-self-introduction-and-reasons-for-starting-a77bba698dd)

5. Alasan kenapa Indonesia memiliki kesan mendalam bagi AmPm

Dalam perjalanan karir AmPm, Indonesia meninggalkan kesan mendalam. AmPm memulai debutnya di bulan Maret 2017. Namun, setelah 2 bulan kemudian, mereka diundang untuk tampil di panggung Spotify Stage di Jakarta. Sebagai artis pendatang baru, AmPm mengaku tidak mempunyai ekspektasi apa pun.

“Kami berpikir tidak akan banyak yang tahu tentang lagu kami. Namun, saat tampil, penonton tidak hanya tahu tetapi mereka menyanyi bersama dengan antusias. Kami cukup terkejut akan respon tersebut. Benar-benar di luar dugaan. Penonton sangat welcoming dan energi penonton yang tinggi itu bisa kami rasakan di panggung.”

Kedekatan AmPm dengan penggemarnya di Indonesia juga sempat mengejutkan. Sebagai artis yang menggunakan topeng, beberapa penggemarnya sempat mengenali dan menyapa mereka di bandara saat akan Kembali ke Jepang.

“Kenang-kenangan lainnya adalah saat kami akan pulang ke Jepang, kami tidak menggunakan topeng di bandara. Tapi, ada beberapa orang yang bisa mengenali kami sebagai AmPm. Cukup mengejutkan! Kami tidak tahu bagaimana mereka bisa mengetahui itu kami.”

Melalui panggung Spotify Stage 2017 pula, AmPm berkenalan dengan Dipha Barus dimana hubungan mereka berlanjut melalui media sosial dan akhirnya membuahkan satu kolaborasi manis di tahun 2021 ini. Dipha Barus me-remix lagu AmPm, “On The Black and White” (feat. Doul).

“Ada banyak produser di industri musik dance. Esensi bermusik Dipha, menurut kami, cenderung ke arah musik Eropa tetapi dari segi melodi, sangat khas Indonesia. Itu sebabnya kami menyukai Dipha Barus. Ia adalah salah artis yang kami hormati dan ini pertama kali lagu kami di-remix musisi lain. Adalah wajar jika kami akhirnya menawarkan padanya untuk me-remix On The Black and White. Kami tidak memberikan arahan apapun dan membiarkan dia melakukan apa saja yang ia ingin lakukan. Hasilnya benar-benar di luar dugaan karena lagu garapannya yang tidak tipikal karya produser Jepang. Hasilnya sangat unik. Kami berharap bisa berkolaborasi lagi, mengerjakan lagu orisinal di masa mendatang.” (*)

‘Waktu Bersamamu” Sebuah Lagu Penuh Arti Bagi Perjalanan DELUA Setelah Kepergian Sosok Drummer

WARTAMUSIK.com – Jakarta.  Setelah berduka akibat kehilangan sosok drummer tercinta, Delua band asal Yogyakarta yang terbentuk pada tahun 2021 ini kembali merilis single kedua berjudul “Waktu Bersamamu”, setelah sebelumnya sukses merilis single pertama berjudul “Izinkan” pada bulan Januari 2021 kemarin. Band yang beranggotakan Rieza (vokal), Anggita (vokal), Rois (gitar), Awal (keyboard), Arya (bass), Daniel (saxophone) dan Rizal pada drum yang lebih dulu di panggil oleh yang maha esa. Single kedua “Waktu Bersamamu” merupakan sebuah lagu untuk mengenang almarhum Mohammad Reza Saifur Rizal (drummer Delua) yang berpulang pada, 31 Maret 2021 kemarin, sebagai sebuah penghargaan setinggi – tingginya atas dedikasi untuk waktu dan perjuangan semasa hidupnya.

Bukan hal yang mudah untuk memberanikan diri kembali, berkarya tanpa sosok dummer yang pernah bermimpi bersama untuk Delua, sampai akhirnya Delua kembali merilis single ‘Waktu Bersamamu’ yang di nyanyikan oleh semua personil sebagai bentuk penghormatan untuk sosok yang tak pernah terlupakan bagi perjalanan band ini.

“Lagu ini menceritakan tentang rasa cinta yang mendalam bagi sang penulis untuk istrinya. Penulis (Mohammad Reza Syaifur Rizal) rencananya menulis lagu ini untuk dijadikan hadiah ulang tahun pernikahannya. Tapi waktu berkata lain, sang penulis lebih dulu berpulang. Berawal dari lirik yang dibuat penulis, kami berusaha merealisasikannya menjadi sebuah lagu untuk menghormati dan mengenang penulis sebagai bagian dari keluarga kami. Dalam prosesnya, istri almarhum turut andil dalam penulisan reff di lagu ini”. Ucap Rieza Vokalis Delua kepada media.

Tidak pernah ada yang tau dalam sebuah perjalanan. Yang harus dilakukan adalah tetap melalakukan hal terbaik untuk meneruskan cita – cita yang pernah di impikan bersama, dan menjadikan band ini Delua menjadi sebuah rumah yang bisa meneduhkan bagi semua orang yang mendengarkan karyanya.

“Semoga kami ‘Delua’ bisa terus berkarya melajutkan semua harapan yang pernah di impikan sosok almarhum (Mohammad Reza Syaifur Rizal). Terima kasih atas segala amanah yang di berikan”. Tutup Arya bassist dari Delua.

“Waktu Bersamamu” sudah rilis serentak di berbagai platform digital musik seperti Spotify, iTunes, Deezer, Joox. Selain itu, Official Lyric Video lagu ini juga bisa dinikmati di channel YouTube resmi Kita Delua. (*)

DIBAWAKAN ULANG OLEH PABLO CIKASO, DUA ANTHEM INDIE LOKAL ERA 2000-AN ‘DIRESMIKAN’ OLEH DEMAJORS

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Demajors dengan penuh suka cita mengumumkan perilisan rekaman pertama dari Pablo Cikaso, “Konservatif” dan “Bersandar”, yang keduanya akan tersedia serentak di berbagai platform digital pada tanggal 25 Juni 2021. “Lagu milik The Adams dan White Shoes & The Couples Company tersebut pada awalnya saya rekam secara iseng-iseng, karena dulu saya memang tumbuh besar bersama lagu-lagu itu. Seiring dengan eksplorasi saya akan bunyi-bunyian serta budaya populer era ’80-an, keluarlah terjemahan sedemikian rupa, Lalu seperti biasa kemudian saya bagikan lewat YouTube,” jelas Raka Surya, sosok tunggal dibalik entitas Pablo Cikaso.

Kini kedua rekaman lagu tersebut untuk pertama kalinya tersedia secara resmi, setelah demajors membantu menyambungkannya dengan pihak pemilik lagu, grup musik The Adams dan White Shoes & The Couples Company. Kedua lagu ini ditemui di platform digital musik dunia dengan penyebutan Pablo Cikaso, The Adams – Konservatif (Pablo Cikaso Version) dan Pablo Cikaso, White Shoes & The Couples Company – Bersandar (Pablo Cikaso Remix).

“Tidak pernah terbayang sebelumnya lagu Konservatif digubah dengan gaya city pop ’80-an itu jadi menarik,” ujar Saleh Husein selaku gitaris/vokalis The Adams. “Pablo Cikaso memberikan tawaran mood yang berbeda, kreatif memaknai musiknya, dan bisa didengar dalam kondisi apapun,” tambahnya lagi.

“Kami di demajors terpikat dengan paket unik yang ditawarkan entitas Pablo Cikaso, estetika khas seni internet yang dia bangun, selain tentunya musiknya yang memang menarik, mewakili jaman,” ujar David Tarigan, A&R dari label rekaman demajors. “Juga sekalian menjadi latihan praktik HAKI jaman sekarang, ‘meresmikan’ kegiatan membagi karya yang secara alami tumbuh di media sosial,” tambahnya. (*)

Exit mobile version