Marsha Ayuni Lavinia , Talenta Indonesian Idol Junior Rilis Single “Fall For You”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Marsha Ayuni Lavinia adalah gadis cantik berusia 14 tahun yang merupakan Top 12 Indonesian Idol Junior 2018 silam. Memiliki talenta vokal yang luar biasa, Marsha telah menekuni berlatih vocal sejak ia berumur 7 tahun. Penampilannya di Indonesian Idol Junior pada tahun 2018 tersebut menjadi bukti bahwa ia sangat bertalenta karena berhasil menarik perhatian para juri, salah satunya adalah Rayi Putra yang berduet dengannya membawakan lagunya featuring Marion Jola yang berjudul “Jangan”.

Kini Marsha yang sudah remaja ini ternyata memiliki kemampuan dalam menulis lirik lagu dan ia ingin serius menekuni dunia musik yang dicintainya ini. Lagu “Fall For You” yang ditulisnya dalam lirik berbahasa Inggris adalah lagu yang dipilihnya sebagai single perdana yang dirilisnya dibawah naungan label RK Music.

Lagu “Fall For You” ini memiliki arti yang mendalam tentang cinta. Di lagu ini Marsha banyak dibantu oleh Yoshua Perwirana sebagai Music Arranger dan vokal Marsha di direct oleh Kamga Mo.

“Lagu ini bercerita tentang orang yang insecure atau bingung mengenai perasaannya terhadap orang yang dicintainya padahal mereka tidak saling kenal satu sama lain dan hanya bertemu sekali, seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, Fall For You”, ungkap Marsha.

Yoshua Perwirana, sang Music Arranger juga menambahkan, “Awalnya marsha sudah memiliki materi lagu yang bagus, jadi saya rapihin dan menambahkan sedikit notasi. Setelah lagu sudah rampung, saya banyak bertukar ide soal influence dua musik yang Marsha suka. Akhirnya, dalam memproduksi lagunya, saya terinspirasi dari beberapa musisi seperti Men I TrustBoy Pablo, hingga The Beatles”.

Marsha sangat berharap lagu ini dapat diterima oleh seluruh penikmat musik Indonesia. Dan ia ingin dapat menginspirasi semua orang diluar sana dan mereka dapat jatuh terbawa suasana mendalam dengan lagu ini, seperti judulnya “Fall For You”.(*)

Inspiratif, Perjalanan Dita Karang Si Idol Korea Selatan Asal Indonesia Menggapai Cita-Cita

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Penggemar K-Pop dalam negeri sempat dihebohkan dengan girlband pendatang baru bernama Secret Number yang baru saja memulai debutnya pada tahun 2020 lalu dengan merilis single “Who Dis?”. Pasalnya, salah satu membernya adalah orang asli Indonesia, yaitu Dika Karang.

Bernama lengkap Anak Agung Ayu Puspa Aditya Karang, perempuan ini menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil menjebol permusikan K-Pop. Sebagai main dancer di Secret Number, Dita memainkan peran penting dalam grup musiknya.

Pencapaiannya untuk bisa berhasil menjadi seorang idol bukanlah hasil sulap mantra peri yang bisa dicapai dalam waktu semalaman. Sebaliknya, perempuan asal Yogyakarta ini harus berjuang keras melewati bermacam rintangan untuk mencapainya.

Perjalanan Dita bermula dari ketertarikannya pada dunia tari. Impian masa kecilnya ternyata bukanlah menjadi idol, melainkan seorang performer. Oleh karena itu, sejak kecil dia berlatih balet dan mencoba jenis tarian modern.

Dalam live Instagram bersama Dian Sastro, dia mengaku mulai mengenal musik K-Pop ketika memasuki bangku SMP. Dita mulai sering melakukan cover dance dari grup 2NE1 yang cukup booming saat itu.

Memasuki bangku SMA, dia semakin mantap untuk menapaki karier sebagai seorang performer. Perempuan berusia 24 tahun ini pun mengambil kuliah di AMDA College and Conservatory of the Performing Arts di New York, Amerika Serikat.

Namun, keputusan tersebut tak mudah untuk direalisasikan. Keluarga Dita skeptis dengan cita-citanya. Demi mendapat restu dan meyakinkan kedua orang tua, dia pun berusaha mendapatkan beasiswa.

Akhirnya, beasiswa pun berhasil didapatkannya, meskipun bukan beasiswa penuh. Tetapi upaya ini cukup menyentuh hati orang tua Dita.

Setelah dua tahun masa perkuliahan berhasil diselesaikan, Dita mencoba peruntungan di bidang drama musikal sesuai jurusan kuliahnya, dan mendaftar di berbagai agensi atau drama musical based di AS.

Gagal berkali-kali dalam audisi tidak menyurutkan langkah Dita. Beberapa kali perempuan yang mengaku menggemari Chrisye ini sempat mendapatkan peran-peran kecil dalam drama musikal, tapi dia merasa cita-citanya belum terpenuhi.

Kemudian, dia menyadari minatnya pada musik Korea Selatan yang membuat Dita memutuskan mengambil kelas menari K-Pop di AS. Kerja kerasnya pun terbayarkan, akhirnya dia lolos audisi agensi VINE Entertainment di Korea yang menaunginya sekarang.

Setelah itu, Dita masih harus berlatih vokal dan mempelajari dengan cepat bahasa serta budaya Korea. Selama debutnya yang belum lama ini Dita dan rekan-rekannya di Secret Number telah mencatatkan berbagai prestasi.

Pada 2020, Secret Number mendapatkan penghargaan untuk kategori Best New Artist (Singer). Sebelumnya, grup yang terdiri dari lima perempuan ini juga menerima trofi pertama mereka karena masuk dalam 4th Ten Asia Top Ten Awards (TTA).

Tak hanya itu, perempuan penyuka kopi ini juga masuk nominasi perempuan tercantik dunia tahun 2021 versi TC Candler. Dia bersaing dengan tiga artis dalam negeri lainnya dan puluhan selebriti perempuan dunia lainnya.

Keturunan bangsawan

Di balik penampilan dan pembawaan Dita yang rendah hati, ternyata perempuan yang hobi melukis ini punya latar belakang keluarga “darah biru”. Dia masih memiliki hubungan darah dengan raja Bali. Nama depannya “Anak Agung Ayu” merupakan salah satu nama yang biasanya digunakan oleh keturunan raja dan bangsawan.

Pada 2020, dalam sebuah acara Fact in Star yang dipandu oleh Yves Loona, Dita pernah ditanya mengenai latar belakang keluarganya yang katanya berdarah bangsawan itu. Dia pun mengakui bahwa namanya biasa dipakai oleh keturunan bangsawan Bali.

Informasi tersebut sempat membuat semua member Secret Number dan pembawa acara  terhenyak. Rupanya, Dita tak pernah membahasnya bersama anggota lain.

Menurut vlogger Sunny Dahye dalam akun Youtube SunnydahyeIn, keluarga Dita adalah pemilik dan pengelola Tegel Kunci, sebuah perusahaan yang memproduksi dan memasarkan tegel.

Dalam salah satu video yang diunggahnya Sunny menjelaskan bahwa dia pernah mendapatkan tote bag merek Tegel Kunci dari Dita. Dari pertemuan itu, Sunny mengetahui bahwa keluarga Dita adalah pemilik Tegel Kunci.

Dia juga sempat menceritakan kesan pertamanya ketika bertemu Dita. Awalnya dia tak tahu harus berekspektasi apa, namun setelah berbincang bersama, ternyata Sunny merasa nyambung dengan Dita. Menurutnya, Dita adalah orang yang sangat sangat baik. (*)

Cerita Panjang Di Balik Kesuksesan Anggun C. Sasmi

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Kesuksesan memang memerlukan pengorbanan. Begitu kira-kira gambaran perjalanan karier Anggun C. Sasmi, penyanyi kenamaan dunia yang terlahir dari tanah Nusantara. Dunia mulai mengenalnya ketika lagu “Snow on the Sahara” melejit ke puncak tangga lagu internasional. Lagu ini sempat bertengger di posisi pertama dalam chart di Spanyol, Italia, dan beberapa negara di kawasan Asia Timur.

Sebelumnya, single tersebut dibuat dalam versi bahasa Perancis berjudul “La Neige au Sahara” yang sempat menjadi Hit Summer 1997. Karena sambutan yang luar biasa, satu tahun kemudian Anggun pun merilis album berbahasa Inggris dengan judul sama, Snow on the Sahara.

Di Inggris, lagu tersebut juga masuk dalam Top 5 UK Club Chart. Di Amerika Serikat, Anggun bahkan sempat tampil dalam acara televisi Rossie O’Donnel Show dan New York Session West 54th. Album tersebut laris manis di 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika, terjual hingga meraih triple platinum di Italia dan Indonesia.

Sejak itu, kariernya sebagai penyanyi internasional terus bergulir. Lagu “Savior” didapuk menjadi soundtrack film box office The Transporter 2 yang diperankan oleh aktor kenamaan Jason Statham. Nama Anggun pun semakin melejit ketika dia menjadi salah satu juri Asia Got Talent, bersama David Foster sang legenda produser musik.

Di Prancis tempatnya sekarang bermukim, perempuan kelahiran 29 April 1975 ini seakan tak terhentikan. Kariernya meluas hingga ke dunia akting. Video cuplikan dia saat berakting di FTV Prancis sempat viral baru-baru ini. Dalam cuplikan tersebut, Anggun membuktikan kefasihannya berbahasa Prancis ketika memimpin sebuah rapat. Dalam film berjudul Coup de foudre à Bangkok, Anggun memerankan karakter Malee Suthama yang ceritanya adalah anak sulung dari keluarga Suthama yang kaya raya.

Tak seindah mimpi

Menengok kebelakang, perjalanan karier Anggun nyatanya tak seindah seperti yang terlihat sekarang. Perempuan keturunan Jawa yang terlahir dari seorang produser sekaligus penyanyi terkenal di eranya, Darto Singo.

Terinspirasi dari sang ayah, Anggun kecil memutuskan mengikuti jejaknya.Di tahun 1986, dia melakukan rekaman studio pertamanya dengan judul lagu “Dunia Aku Punya”. Di usia tujuh tahun, dia sudah tampil di panggung Ancol. Di tahun 1990, namanya mulai dikenal diblantika musik tanah air dengan sederet single hits seperti “Mimpi”, “Tua-Tua Keladi”, “Kembalilah Kasih”, dan “Laba-Laba”. Bahkan pernah dianugerahi sebagai “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991”.

Di tengah kesuksesannya, Anggun justru hijrah ke Eropa untuk meniti karier sebagai penyanyi internasional, membuka babak baru di tanah asing di usia 20 tahun.

Ketika menetap di London, Inggris, dia rajin mengirimkan demo rekaman ke berbagai studio. Tapi hasilnya nihil. Kemudian tinggal di Belanda sebelum akhirnya menemukan jalan kesuksesannya di Prancis.

Raihan suksesnya tak lepas dari pertemuannya dengan Erick Benzi, seorang produser besar Prancis yang kerap menangani album penyanyi dunia, salah satunya Celine Dion. Dengan bantuan Benzi, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya yang diberi judul ‘Snow on the Sahara’, yang menjadi lompatan penting dalam karier Anggun hingga ke puncak kesuksesan.

Namun ditengah kesuksesannya, Anggun harus rela melepas statusnya sebagai warga negara Indonesia. Menjadi keputusan yang berat bagi Anggun, namun harus dilakukan untuk mendukung karir bermusiknya dikancah Internasional. Menurut pengakuannya, dirinya sulit mendapatkan visa untuk masuk ke banyak negara demi keperluan promosi albumnya. Pernah sekali waktu dia bertemu dengan duta besar Indonesia untuk Prancis dan membahas permasalahan ini, namun tidak mendapat respon positif.

Dalamdi banyak kesempatan, dia menyatakan bahwa dirinya dia tetap orang Indonesia yang bangga membawa nama Indonesia ketika tampil di panggung musik  Internasional. (*)

KSP Band ‘Hadirkan’ sosok mediang Marthin Saba di Single ‘Kekagumanku’, Recycle Lagu Ciptaan Chandra Darusman

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Musisi legendaris Indonesia, KSP, telah merilis single recycle terbarunya yang diambil dari lagu ciptaan Chandra Darusman yang juga ditulis oleh Harry Sabar berjudul ‘Kekagumanku’. Lagu ini sempat dibawakan oleh ChandraDarusman di tahun 1983 dan menjadi hits pada jamannya. Dan, kini, seolah ingin menghidupkan lagi lagu-lagu cinta yang penuh kebahagiaan, KSP merilis lagu ini dengan sedikit sentuhan yang berbeda. 

‘Kekagumanku’ sebenarnya bercerita tentang kekaguman seseorang yang telah lama dipendam dan dia sadar cukup terlambat untuk mengungkapkan rasa yang dipendam tersebut hingga akhirnya rasa yang dia pendam hanya menjadi kekaguman saja. Dibuat oleh KSP di bulan November dan Desember 2020, proses pembuatan lagu ini tidak dirasa sulit oleh tiap anggota KSP. Hal ini karena, lagu ini sudah sering dibawakan pada show-show mereka sebelumnya. Hanya saja, saat dirilis sebagai single ini, mereka menambahkan harmoni vocalbrass section, dan juga string section yang memperindah nuansa lagu.

 ‘Kekagumanku’ versi KSP diaransemen langsung oleh Donny Herdanto yang merupakan Arranger sekaligus Keyboardist KSP Band. Aransemen String oleh Dorry yang dimainkan oleh Kawan String Bandung. Mixing dan Mastering oleh Ari Renaldi dan Eksekutif Produser diserahkan sepenuhnya pada Rahmat Gobeldan KSP Band sendiri. Lagu ini dirilis di bawah label Halaman Records. 

Lagu ini juga merupakan lagu terakhir dari almarhum Marthin Saba yang meninggal dunia pada 7 Februari 2021silam. Saat meninggal tersebut, KSP sedang merencanakan untuk membuat video musik dari lagu ini. Untuk itulah, sebagai bentuk persembahan untuk almarhum, KSP akhirnya membuat video musik lagu ini menjadi cuplikan foto dan video selama Marthin Saba tergabung dalam KSP Band.

Dengan dirilisnya lagu ini, KSP berharap untuk bisa memberikan sumber kebahagiaan bagi semua yang mendengarkan, terutama di masa sulit seperti sekarang ini. Selain itu, ‘Kekagumanku’diharapkan KSP menjadi pelepas rindu pendengar KSP karena memang terakhir kali KSP merilis album adalah di tahun 2011.  Tentu, tidak hanya single ‘Kekagumanku’ saja yang telah disiapkan oleh KSP. Mereka mentargetkan paling tidak akan merilis 3 lagu dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, mereka juga telah mempersiapkan konser khusus secara virtual sebagai bentuk promosi untuk single mereka ini.(*)

Pahit Manis Kehidupan Mariani Oelong, Tertuang Harmonis Dalam EP Perdana-nya, “Bercumbu”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Mariani Oelong adalah seorang pribadi yang unik. Sebagai seorang musisi keturunan Tionghoa yang memiliki ciri khas suara sinden dengan nuansa etnik Jawa, dia ternyata juga tertarik dengan dunia travelling terutama mendaki gunung. Selain itu, pekerjaan yang tengah dijalani yaitu sebagai perencana perlindungan keuangan menjadikan kehidupan Mariani semakin berwarna. Keragaman ini jugalah yang membuat Mariani selalu melihat dunia lebih dalam dan luas. Bahkan, Mariani sering meluapkan pandangannya dalam sebuah puisi. Hal ini yang membuat Mariani memantabkan diri mengembangkan puisi-puisinya yang berdasarkan pengalaman pribadi ke dalam bentuk lagu. Lagu-lagu tersebut kemudian dirangkai oleh Mariani ke dalam sebuah EP perdana berjudul “Bercumbu”. 

“Bercumbu” menceritakan tentang krisis seperempat kehidupan yang dilalui oleh Mariani. Dalam perjalanan kehidupannya, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam emosi, terutama saat menginjak usia 25 tahun. Keputusan-keputusan hidup sekaligus pengalaman yang dialami sering kali membuat banyak manusia mengalami kesedihan yang bertubi-tubi. Mariani sendiri kini telah berhasil menemukan solusi akan hal tersebut melalui kegiatan travelling yang dia lakukan. Lewat pengalaman tersebut, Mariani percaya bahwa kejutan akan selalu datang dan berjuang untuk menjalani hidup setiap hari adalah anugerah yang indah. Dalam pembuatannya Mariani turut dibantu oleh beberapa nama besar di dunia musik. Yaitu Vinson Vivaldi sebagai pengisi Musik, Petra Sihombing sebagai pengisi Gitar dan Penulis Lagu, dan Yosua Jose sebagai pengisi Perkusi. Vinson Vivaldi juga menjadi Produser EP milik Mariani ini, Mixing oleh David Erdidan Mastering oleh Ibo.

Lewat EP Perdananya ini, Mariani ingin menyampaikan bahwa tiap manusia akan selalu menghadapi masalah, mulai dari percintaan, teman, atau bahkan dengan dirinya sendiri. Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Jadi, menurut Mariani, mencari solusi dan bangkit kembali untuk menghadapi liku-liku dunia adalah sesuatu yang patut diperjuangkan.(*)

Tat Mannerz Menuangkan Kisah Hidup yang Sarat Pelajaran di EP Perdananya, “Fall Risk”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Perjalanan hidup selalu  menjadi inspirasi yang membuat kita membuahkan karya yang gemilang. Itu jugalah yang dijadikan pondasi Tiana Mannering atau yang kini memperkenalkan dirinya sebagai Tat Mannerz dalam EP Debut-nya yang berjudul “Fall Risk”. Pelajaran berharga yang dia dapat tahun lalu, kini menjadi energy motivasi Tat Mannerz untuk berkarya dengan lagu-lagu yang bisa menginspirasi para pendengarnya sekaligus menjadi sebuah jamming song bagi para penikmat musik.

“Fall Risk” seluruhnya diambil dari perjalanan dan pengalaman hidup yang dialami oleh Tat Mannerz tahun lalu. Dimulai dari single ‘Blackout’ yang menceritakan kegelisahan Tat Mannerz saat dia dihadapkan pada masa koma dan kritis tanpa dapat mengetahui apa yang sedang terjadi. Dilanjutkan dengan single ‘Fall Risk’ adalah saat dimana Tat Mannerz menyadari pentingnya mengambil hikmah dari perjalanan hidup yang dia alami sekaligus menjadi sebuah cahaya kesadaran baginya untuk tidak mengulangi proses perjalanan yang sama. 

Sementara ‘Titanium’ menceritakan proses bangkitnya Tat Mannerz dengan tekat baja penuh rasa sadar jiwa untuk kembali berkarya dan membangun dirinya untuk kemudian menjadikan musik sebagai platform untuk menceritakan pengalaman hidup yang dia alami sehingga dapat menjadi inspirasi bagi remaja atau masyarakat pada umumnya.Dalam pembuatan EP ini, Tat Mannerz mendapatkan dukungan yang luar biasa dari Keluarga, Khususnya dari sang Kakak, Nicola Mannering yang sudah seperti bagian dari detak jantung Tiana Mannering selama ini, great supporter dan sahabat perjalanan.  Adapula Lutfi Dipa sang Manager. Diapun juga ikut dibantu oleh Bima, Music Producer oleh Zidan, dan Fadil sebagai Editor. 

Seperti deskripsi yang diberikan di masing-masing lagu dalam EP ini, Tat Mannerz memang benar ingin agar lagunya menjadi inspirasi serta dapat membantu mereka yang sedang hilang arah atau mencari jalan keluar. “Siapa tahu dengan lagu-lagu di EP ini, mereka lebih merasa dimengerti dan akhirnya menjadikan lagu-lagu ini sebagai suara mereka yang selama ini tidak dapat mereka ekspresikan,” ungkap Tat Mannerz. Tentu, ini adalah awal mula Tat Mannerz merilis rangkaian kisah hidupnya. Karena dalam waktu dekat, dia juga akan merilis sebuah Dokumenter yang menceritakan proses pemulihan dirinya serta merilis lagu-lagu terbarunya yang diharapkan masih akan bisa menjadi sumber inspirasi bagi orang lain.(*)

Velvet Mess, Grup Pop-Punk Asal Jakarta, Memperkenalkan Diri Lewat Single “Affectionless”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Velvet Mess merupakan band pop punk pendatang baru asal Jakarta yang beranggotakan Valdo (vokalis), Max (Gitar), Omar (Gitar), Reuben (Bass), Valdi (Keyboard), dan Rainard (Drum). Berawal dari sebuah projek sekolah, mereka kemudian sepakat membentuk band yang banyak terinfluens dari Neck Deep, Blink-182, Four Year Strong dan New Found Glory.

Band pop punk ini merilis single perdana mereka berjudul “Affectionless” pada Jumat, 30 Juli 2021. Single tersebut secara umum bercerita tentang isi hati seorang remaja dalam hubungan yang sekarat dengan seorang gadis dari ingatannya. Sepanjang lagu, remaja tersebut mengenang kenangan indah yang dia miliki dengan gadis ini sebelum hubungan mereka menjadi sepihak dan bagaimana dia mencoba berjuang untuk menjaga hubungan tetap hidup. Namun seiring berjalannya lagu, remaja itu mulai menerima nasibnya tetapi kemudian mengakui bahwa dia merasa tersesat dalam hidup setelah melakukannya. Judul “Affectionless” digunakan untuk menggambarkan jenis perilaku yang diterima remaja dari pasangannya selama hubungan mereka sekarat.

Berangkat dari narasi tersebut, Velvet Mess mengemas emosi yang dirasakan dengan nada yang cukup melankolik tetapi memanfaatkan style drum yang up-beat, gitar distorsi dan vokal berdinamis agar mempertahankan nuansa punk dan rock-nya. Selain itu, Velvet Mess juga memperkuat lagunya dengan suara synthesizer, fitur yang biasanya ditemukan dalam lagu-lagu rock klasik tahun 80-an. Secara keseluruhan, Velvet Mess mengambil inspirasi dari beberapa genre seperti punk, hardcore, electronic dan pop.

Single pertama tersebut dirilis sebagai pemanasan, serta perkenalan Velvet Mess kepada publik sebelum mempersiapkan album pertama mereka. Ke depannya, Velvet Mess ingin menambah pengalaman dalam menulis dan menciptakan lagu yang bisa mengandung pesan-pesan atau perasaan yang ingin diungkapkan kepada pendengar dan berharap pendengarnya dapat menikmati dan merasa terhubung dengan emosi yang disalurkan melalui lagu ini. 

“Affectionless” dapat dinikmati di berbagai portal digital seperti Spotify, Apple Music, dan layanan music streaming lainnya, dan video klipnya di kanal YouTube Velvet Mess. Adapun video klip “Affectionless”, dibuat sejalan dengan kisah cinta seorang remaja. Video klip “Affectionless”, yang menceritakan lagunya secara visual, dibintangi oleh Lucca Fauri dan Chaya Sabina dan proses shooting dibantu oleh Apollo Pictures. (*)

Merayakan Persahabatan, Yuricho Rilis Single Yang Diberi Judul “Grow Apart”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Persahabatan yang merenggang barangkali hanya perlu masa tenggang. Suatu hari di masa depan, kita akan bertemu lagi sebagai versi terbaik dari diri masing-masing. Melalui single terbarunya yang diberi judul Grow Apart, Yuricho menuangkan pengharapan untuk hal-hal baik di kehidupan yang sedang diupayakan setiap sahabat.

“Ada hal yang cukup mengganggu ketika saya mencoba menulis lagu ini: kenapa saya cuma berani menyanyikan kegelisahan dan gak coba kontak sahabat saya? Jadi saya harap, melalui lagu ini saya, dan kita semua, jadi bisa menemukan keberanian untuk menyambung komunikasi kembali.”

Maka, di hari yang indah ini, Yuricho tidak hanya ingin bernyanyi bagi sahabat di masa lalunya, tapi dia juga ingin semua orang bisa berdiri, berani, dan menghubungi teman-temannya. Untuk itu, berkolaborasi dengan After Midnight Club (IG @aftermidnight.club), Yuricho mengadakan kampanye #GrowCloser yang mengajak semua orang untuk menyambung komunikasi melalui tantangan “7 Days Reconnect Challenge” yang diakhiri dengan mengirimkan sebuah surat kepada sahabat yang lama tak terlihat.

“Jujur memulai komunikasi yang sudah lama terabaikan menurut saya menakutkan, sih. Tapi saya berharap, kalau kita lakukan bareng-bareng, semuanya jadi tidak semenakutkan itu.”

Untuk single terbarunya, Yuricho mengajak Juan Mikha, Ezra Abraham, dan Kevin Jonathan sebagai co-producer. Ketiga musisi Bandung ini juga pernah membantu showcase Yuricho di bulan Mei. Ia juga bekerja sama dengan David Erdy untuk mixing dan Ibo untuk mastering. Vokal dari Grow Apart diarahkan oleh Deasy Huang dan direkam di LS Music Studio Bandung. Lagu ini telah dirilis di berbagai digital music streaming platform favorit saat ini, termasuk Spotify. Selamat menikmati lagu baru ini. (*)

Melanjutkan Sesi Melankolianya, Gangga Kembali Merilis Single Bertajuk “Waiting for You”

WARTAMUSIK.com – Jakarta. Setelah menyajikan single di bulan Juni lalu, Gangga kini melanjutkan sesi melankolianya dengan kembali merilis single terbarunya di akhir bulan Juli bertajuk Waiting for You

Waiting for You ini memang punya keterkaitan cerita dari single sebelumnya, Whiskey Bottle. Bedanya, kalau kemarin itu tentang kerinduan, sementara Waiting for You menceritakan tentang suatu hubungan yang kandas, tetapi salah satu pihak masih menunggu sesuatu yang mustahil.” Ungkap Gangga.

Baginya, Waiting for You merupakan karya lanjutan dari Whiskey Bottle yang turut akan mengisi album perdana Gangga di akhir Agustus tahun ini. Melalui single ini, Gangga masih menceritakan tentang prosesnya dalam melupakan seseorang yang pernah menjadi bagian dari dirinya, salah satu karya teranyar yang tentunya menjadi personal untuk dirinya pribadi dalam menceritakan proses penerimaannya. 

Melalui Waiting for You, Gangga masih akan menemani para pendengarnya dengan penulisan lirik yang sederhana dan berterus terang dalam memberikan pesannya. Rangkaian kesederhanaan tersebut turut memberikan kesan yang mudah untuk didengar dan diterima. 

Setelah memberikan warna baru pada single sebelumnya, Waiting for You juga kembali disajikan dengan formasi nada yang berbeda.

Meski pun punya tema lagu yang mirip sama lagu-lagu sebelumnya, tapi di single ini gue merasa suasananya lebih tenang, dan santai, meski liriknya tetap menyakitkan.” Jelasnya Gangga.

Dalam proses pembuatan,Gangga menggandeng Petra Sihombing selaku produser, dan Mohammed Kamga sebagai pengarah vokal (vocal director). Selain itu, penulisan lirik pada lagu ini juga dilakukan olehnya secara beriringan bersama Petra Sihombing. Bekerja sama untuk kedua kalinya dengan keduanya, Gangga menganggap kolaborasi ini sebagai mediumnya untuk kembali bereksplorasi dalam pembuatan karyanya.

Sama halnya dengan perilisan karya-karya sebelumnya, Gangga sangat menikmati proses di dalam pembuatannya yang relatif singkat. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa membawakan Waiting for You menjadi sebuah tantangan baru untuknya pribadi. 

Buat tantangannya sendiri dalam proses pembuatan lagu ini, gimana caranya gue bisa menyampaikan pesan dan rasa sedih di dalam lagunya, di saat yang bersamaan suasana lagunya santai dan joyful.” tutur Gangga.

Melalui karya terbarunya, Gangga turut berharap para pendengarnya dapat menerima ketenangannya sendiri dalam proses menerima tanpa paksaan dan mengikhlaskan sesuatu yang hilang.

Waiting for You, akan resmi dirilis di berbagai layanan streaming musik bersamaan dengan video lirik di kanal YouTube pada 30 Juli 2021, juga akan dibawakan dalam sesi Into My Room di kanal YouTube pribadinya pada 6 Agustus 2021. 

Karya ini, akan menjadi akhir rangkaian rilisan single lepasan dari Gangga, sebelum album perdananya dirilis di akhir Agustus. Diharapkan, lagu ini dapat menjadi pemantik rasa semangat para pendengar untuk bersama-sama menantikan rilisnya album penuh  Gangga. Semoga karya ini berkenan dan bisa melengkapi hati para pendengarnya.(*)

Mutiara Azka, Singer Jebolan Indonesian Idol Rilis Single berjudul “Butterfly”

WARTAMUSIK.com – Jakarta.  Mutiara Azka, yang akrab di sapa Azka ini adalah penyanyi pendatang baru jebolan Indonesian Idol tahun 2021. Di ajang pencarian bakat tersebut, ia masuk sampai ke babak Showcase 1 dan cukup mencuri perhatian publik dengan kemampuan bernyanyinya yang ceria, menulis lagu hingga kemampuannya dalam bernyanyi Rap.

Penyanyi lulusan The University of Queensland dan Universitas Indonesia yang juga pernah mengikuti The Voice Indonesia di tahun 2019 ini, memiliki segudang kegiatan di luar musik. Salah satunya sebagai aktivis di sebuah organisasi LSM perlindungan anak yang fokus pada HAM, kesejahteraan anak dan kesetaraan gender. Azka juga merupakan pecinta hewan dan pernah menjadi Videographer khusus untuk membuat video tentang hewan yang terlantar untuk menemukan kembali rumahnya. Bukan hanya itu, si cewek cheerful ini juga aktif sebagai Content Creator dan Voice Over Talent.

Sebelumnya Azka sudah pernah merilis 2 single secara independen yang berjudul “Clouds” dan “Breathtaking”. Kemudian ia sempat merilis single dengan grup trio yang bernama Day & Night dengan judul lagu “Pergi”.

Kini di tahun 2021, Azka kembali merilis lagu terbaru yang ditulisnya sendiri yang berjudul “Butterfly”. Namun kali ini, Azka dibantu oleh beberapa musisi handal seperti Andre Dinuth untuk Music Arranger & Music Producer, Ayu Purnamasari untuk Vocal Director, serta Rayendra Sunito dan Bonar Abraham untuk Mixing dan Mastering di lagu ini.

“Aku senang banget sih bisa bekerjasama dengan musisi-musisi hebat yang selama ini aku idolakan. Aku kan suka banget sama Glenn Fredley dan di tahun 2019 aku pernah nonton konser terakhir  beliau bersama bandnya, The Bakucakar. Dan siapa sangka, aku sekarang diproduseri oleh gitarisnya beliau yaitu Mas Dinuth. Aku bersyukur banget karena Mas Dinuth banyak banget membantu aku selama proses kreatif lagu ini”, ucap Azka.

Lagu “Butterfly” sendiri dibuat Azka berdasarkan pengalaman pribadinya saat dirinya sedang jatuh cinta.  Lalu ia diperkenalkan oleh sang Manager ke Andre Dinuth. Bersama-sama mereka meramu lagu bergenre Pop ini dengan nuansa musik yang ceria dan kekinian. Dengan lirik yang ringan dan sederhana, lagu ini sangat easy listening.

“Aku bilang ke Managerku, karena aku juga sudah bergabung dengan management SMN, jalan ku terbuka untuk bisa kenal dengan musisi-musisi hebat dan legend. Dan aku ingin  laguku ini diproduseri oleh musisi yang memang sudah punya nama. Lalu dikenalin lah aku dengan Mas Dinuth. Kemudian kita workshop bareng dan dia nanya apa yang sedang aku rasain sekarang. Aku bilang aku lagi jatuh cinta”, Jelas Azka sambil tertawa.

Sebagai Songwriter, Azka memang terbiasa menulis lagu berdasarkan pengalamannya sendiri. Dan saat itu dirinya ingin menulis lagu yang menggambarkan kebahagiaan seperti isi hatinya saat itu. Hingga terciptalah lagu “Butterfly” ini.

“Memang saat itu aku mood-nya lagi pengen bikin lagu yang upbeat. Dan Mas Dinuth juga  mengarahkan aku untuk membuat lagu sesuai karakter aku dan perasaan aku yang sedang aku rasakan saat itu supaya tetap ada Sense Of Me-nya. Jadi secara lirik lagu ini bisa dibilang tentang perasaan jatuh cinta dengan seseorang yang selama ini di idam-idamkan. Seperti menemukan orang yang selalu kita harapkan dalam doa dan kemudian di amin-kan”, tambah Azka.

Azka berharap lagu ini bisa dirasakan oleh banyak orang yang sedang merasakan cinta. Bahwa perasaan jatuh cinta layak untuk dirasakan oleh semua orang, untuk menjadikannya sebuah harapan dan semangat untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

“Jatuh cinta buat aku sebenarnya Previllege. Pasti banyak orang dimasa lalunya mengalami hubungan percintaan yang gagal. Tentunya menyenangkan bisa mencintai dan dicintai oleh orang yang tepat. Aku berharap orang yang mendengarkan lagu ini bisa semangat bahwa suatu saat nanti akan ada cinta yang membahagiakan untuk mereka dan buat yang sedang merasakan jatuh cinta atau yang sudah memiliki pasangan, pasti banyak menemukan keajaiban dari kebucinan percintaan duniawi ini. Jadi buat mereka yang sedang bucin atau jatuh cinta, atau mereka yang sedang bersyukur dengan pasangannya, this song is for you!”, tutur Azka. (*)

Exit mobile version